Garda Terdepan Kesehatan

Terbaru0 Dilihat

Halo, perkenalkan nama saya Amanda Sukma Dewanthi. Saya terlahir dalam keluarga yang alhamdulillah bercukupan. Saya anak ke-2 dari tiga bersaudara. Kakak saya berprofesi sebagai perawat dan adik saya baru menduduki bangku SMA kelas 10.

Usia saya 18 tahun. Tepat di bulan April lalu, saya dinyatakan lulus SMA di salah satu sekolah swasta yang berada di Jakarta.

Setelah dinyatakan lulus, saya melanjutkan mendaftar di berbagai universitas negeri dan bahkan di sekolah kedinasan (perjalanan secara detail sudah ada postingannya dengan judul “Kenyataan Yang Memotivasi Diri”. Yang belum baca bisa baca dulu di profil saya biar nyambung hehehe).

Oke lanjut, setelah dinyatakan lulus, saya pun menyiapkan segala berkas yang saya perlukan. Siang dan malam saya terus belajar untuk mencapai cita-cita saya yaitu sekolah kedinasan STSN.

Selain daftar STSN, saya juga mendaftar di kepolisian mengikuti jejak ayah dan kakek saya. Dan juga saya mendapatkan kesempatan jalur SNMPTN. Singkat cerita, dari berbagai macam perguruan tinggi yang saya daftar tidak ada satu pun yang diterima.

Setelah mengalami kegagalan di banyak hal, saya sempat mengalami down. Yang saya lakukan hanya mengurung diri di kamar, menangis tanpa henti, tidak ada gairah hidup, tidak ada nafsu makan, hanya diam dan tidak berbicara kepada siapapun.

Hampir seminggu lebih saya mengalami hal tersebut. Di pikiran ku saat itu “aku malu bila tidak kuliah di negeri.”

Namun, seiring berjalannya waktu dan juga atas dukungan orang-orang sekitar, aku mulai bangkit. Walau tidak kembali dengan sepenuhnya tapi aku sudah mulai berinteraksi dengan orang rumah, berbagi cerita dengan orangtua saya, dan berkonsultasi dengan keluarga saya tntang kehidupan saya selanjutnya. Hingga akhirnya ayah saya berkata “Adik malu sekolah di swasta? Mending mana, kuliah di swasta atau tidak kuliah sama sekali? Di luaran sana banyak loh yang mau kuliah tapi gak ada biaya.”

Saya pun termenung mendengarnya. Dalam hati saya membenarkan semua perkataan ayah. Hingga keputusan pun saya ambil, saya meng-iya-kannya untuk berkuliah di swasta. Walaupun saat itu benar-benar tidak ikhlas dan masih berat menerimanya.

Setelah saling setuju, ayah saya mendaftakan saya di Akademi Keperawatan Polri. Benar, sangat tidak terpikirkan saya akan menjadi seorang perawat. “Kenapa bisa begini?” Kalimat itu terus terngiang di telinga ku setiap hari. Hingga awal masuk kuliah pun, saya masih tidak terima kenyataan ini. Terkadang, saya masih sering menangis diam-diam setiap malam melihat kenyataan ini.

Tidak terasa, sudah sebulan saya berkuliah di jurusan keperawatan ini. Seiring berjalannya waktu, saya pun mulai menerima kenyataan ini. Saya mulai menjalani hidup saya dengan semangat. Rasa ambisius saya kembali muncul. Tekad saya kembali menyatu dengan jiwa saya. Setelah berpikir cukup lama “Kenapa saya nangis berhari-hari ya? Kan kalo emang jalannya seperti ini ya gak akan merubah apapun walaupun nangis kejar sekalipun”.

So, setelah itu saya pun sadar menjadi seorang perawat itu tidaklah buruk. Awal mula saya tidak ingin menjadi perawat karena bagi saya seorang perawat hanya memiliki pekerjaan seperti seorang pembantu. Namun, atas segala support  dari keluarga saya, teman-teman saya, dan pasangan saya, saya terus melanjutkan perjalanan yang baru saja saya mulai ini. Mereka tanpa henti terus mendukung saya serta meyakinkan saya bahwa pekerjaan menjadi seorang perawat adalah pekerjaan yang sangat mulia. Profesi adalah profesi yang seperti menjadi pahlawan tanpa jasa.

Hingga pada akhirnya, saya semakin yakin dengan diri saya. Saya berjanji akan memulai hidup saya baru dengan profesi perawat. Saya yakit dibalik perjalanan panjang ini, terselip banyak sekali makna yang telah Tuhan rencanakan untuk saya ke depannya. Sekarang saya bertekad, bahwa saya harus menjadi perawat tanpa pamrih. Saya ingin sekali membantu orang-orang yang kurang mampu untuk berkonsultasi tentang kesehatannya.

Saya tersadar, hidup itu gak selalu tentang tahtu, pangkat, dan jabatan yang kita miliki. Tapi hidup itu tentang seberapa berguna saya selama saya hidup di bumi. Mulai saat ini, saya akan menjadi bagian garda terdepan dalam kesehatan. Walaupun saya hanya seorang perawat dari Akademi swasta tapi hal itu tidak lagi membuat masalah. Aku tidak peduli dari mana aku lulus, aku tidak lagi dari mana aku nanti aku bekerja. Yang pedulikan saat ini adalah saya harus menjadi seorang perawat yang bermanfaat bagi sesama tanpa memandang bulu. Saya haus menjadi perawat yang profesional, yang dapat antar sesama dan mengedukasi tentang kesehatan kepada masyakat.

Teman-teman semua yang membaca tulisannya ini, saya mohon doakan saya agar semakin semangat menjadi seorang perawat yang profesional. Doakan saya semoga yang saya inginkan dan saya tekadkan saat ini terwujud. Karena mulai sekarang tujuan hidup saya bukan hanya mencari kesenangan duniawi, namun juga mencari pahal dan ketentraman di akhirat nanti.

Untuk para pembaca, saya berpesan, jaga kesehatan selalu, gunakan masker, dan jangan keluar rumah disaat tidak genting. Bila kalian rumah tolong tetap jaga jarak dan cuci tangan. Para garda terdepan telah banyak berkorban untuk kita semua. Hargailah perjuangannya sesama.

Gunakan masker ya! Saya melindungimu, kamu melindungi saya. Stay safe and healthy! 

Jangan lupa selalu berdoa kapanpun dan dimanapun. Tahun 2020 ini banyak ujiannya, tetap kuat dan semoga awal Oktober ini membawa kabar yang baik untuk kita semua. Pandemi mereda dan kabar baik mulai berdatangan satu per satu, AAMIIN!

Selamat hari Kesaktian Pancasila!

 

Jakarta, 1 Oktober 2020

Ditulis oleh

Amanda Sukma Dewanthi

BIG HUG AND LOVE FOR ALL

 

 

Tinggalkan Balasan