Cacar Air

Terbaru47 Dilihat

Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi semua. Rasanya sudah lama ya saya gak berbagi cerita ke kalian. Bagaimana kabar kalian? Ku harap baik-baik selalu ya. Oh ya, pasti ada yang belum kenal kan sama saya? Kalau begitu izinkan saya perkenalkan diri terlebih dahulu ya.

Halo semuanya, nama saya Amanda Sukma Dewanthi. Saya penghuni lama di situs ini, namun ada beberapa hal yang membuat saya tidak lagi menulis di situs ini cukup lama. Untuk kali ini saya akan membagikan cerita saya kepada kalian semua tentang kejadian beberapa bulan lalu, tepatnya di bulan Juli lalu.

Mari kita flashback ke bulan Juli ya.

Kejadian ini baru saya sadari waktu awal Juli tanggal 5, bermula dari munculnya bintik menyerupai jerawat di area wajah saya. Awalnya bintik itu muncul hanya sedikit di wajah saya menyerupai jerawat, sehingga saya sempat mengira bahwa itu memang jerawat.

Lalu, keesokkan harinya di tanggal 4, daerah punggung saya terasa gatal, waktu saya sentuh, ternyata terdapat bintik seperti jerawat. Saya biasa saja, karena yang saya tahu jerawat juga bisa tumbuh di daerah tubuh dan kakak saya juga mengalami jerawat punggung. Ya sudah saya berpikir, hormon saya di bulan Juli sedang meningkat.

Kemudian, di tanggal 5 bintilan di punggung saya pecah karena saya garukin dan bintik di muka saya semakin banyak. Jujur, saya benar-benar tidak kepikiran untuk menganggapnya bahwa saya Cacar. Seharian di tanggal 5, saya merasa lemas sekali. Saya jadi sering mengantuk dan tertidur dari siang hingga malam.

Lalu, di tanggal 6 Juli, suhu tubuh saya meningkat, saya panik dan berpikiran kalau saya kena covid karena lagi pandemi seperti ini dan lingkungan saya banyak sekali yang terpapar covid-19. Saya tidak memberanikan diri untuk memberitahukan kepada orangtua saya. Kemudian, saya meminum obat penurun suhu tubuh. Di waktu malam, suhu tubuh saya Alhamdulillah menurun. Namun sekitar jam 2 malam, saya terbangun dan mengigil.. Saya beranjak mengambil termometer saya dan mengecek kembali suhu tubuh. Saya mendapati suhu tubuh saya kembali meningkat, yakni 39°C. Kemudian saya kembali meminum obat penurun panas di kotak P3K, setelah itu saya kembali tertidur.

Di waktu pagi, saya kembali terbangun dan bersiap-siap untuk ujian online. Saya merasa tubuh merasa lebih baik, akhirnya saya memutuskan untuk mandi menggunakan air dingin agar lebih fresh. Di waktu saya mandi, saya mendapati dari cermin di kamar mandi saya ada 2 bintilan seperti terisi air di daerah punggung saya. Saya bingung, kemudian saya mempercepat pergerakan mandi saya dan bergegas masuk ke dalam kamar tidur.

Saya kembali bercermin, saya melihat di daerah bibir dan bawah hidung saya terdapat bintilan serupa. Namun saya tidak berpikiran saya sakit. Karena saya haus, saya bergegas kembali pergi ke warung dekat rumah saya menggunakan sepeda roda dua milik adik saya. Karena sudah lama tidak mengendarai sepeda, saya cukup berkeringat hari itu dan merasakan sesak yang luar biasa. Hingga pada saat saya kembali tiba di rumah, pakaian atas saya sudah basah kuyup oleh keringat. Saya segera mengganti pakaian dan kembali ke kamar untuk mengikuti ujian, waktu 10 menit menuju persiapan ujian online. 6 jam berlalu, saya dapat melewati ujian online 2 mata kuliah dengan baik dan tenang. Setelah itu saya melanjutkan aktivitas saya dengan menonton kartun favorite saya di YouTube. Waktu saya menonton, badan saya terasa gatal terus menerus, sampai saya tak terasa sering menggaruk daerah punggung dan wajah saya.

 

Dua jam saya habiskan waktu untuk menonton kartun. Karena merasa gatalnya tak kunjung reda, saya mengambil bedak gatal dan membalurinya ke daerah punggung saya. Saya membalikkan tubuh saya sambil bercermin dengan bedak gatal yang sudah siap jatuh ke punggung saya. Dan yash, saya terkejut, melihat punggung saya sudah ada sekitar tiga sampai empat bintilan dengan berisi air. kemudian saya mengurungkan niat saya untuk menaburkan bedak gatal di daerah punggung saya. Saya kemudian mengambil handphone saya dan mencoba memfoto bagian punggung saya dan saya kirimkan ke ayah saya. Lalu, saya telusuri kembali tubuh saya, dari mulai area wajah hingga kaki. Wajah saya mendapati bintilan di bibir yang semakin membesar (awalnya hanya bintik saja), kemudian bagian bawah mata yang terdapat bintilan serupa hingga pipi, betis, pinggang, paha, dan perut saya. Tidak banyak, hanya satu sampai dua bintilan di setiap daerah.

Ayah saya membalas pesan saya, kata ayah saya itu cacar air. Tapi saya tidak percaya. Akhirnya ayah saya menghubut dokter pribadi keluarga saya dan dokter tersebut mengatakan hal demikian. Karena ayah saya sedang berdinas di luar kotas, akhirnya ayah saya meminta ibu saya mengatar saya ke rumah sakit untuk meminta resep obat setelah ibu saya pulang bekerja.

Gatal terus memenuhi tubuh saya, ayah saya berpesan untuk tidak menggaruknya. Ya sudah, saya memilih untuk tidur. Kemudian sore hari saya terbangun, pacar saya berkunjung ke rumah untuk mengajak saya berkeliling mencari makanan ringan (cemilan) di sekitar rumah saya. Hampir sekitar 2 jam, kami berkeliling akhirnya tiba kembali ke rumah. Kami menghabiskan waktu dengan menonton film sembari memakan cemilan yang kami beli tadi.

Waktu saya mau mengambil cemilan, pacar saya juga ingin mengambil cemilan yang sama dengan saya sehingga tangan kami bersentuhan. Pacar saya terkejut, karena mendapati kulit tangan saya yang panas. Lalu, saya menceritakan bahwa saya memang sedang mengalami demam dari dua hari yang lalu. Kemudian, ia meminta saya untuk mengukur tubuh kembali dan ternyata suhu tubuh saya kembali meningkat yakni 39,5°C.

Pacar saya meminta saya untuk beristirahat tapi saya tidak mau, akhirnya pacar saya memutuskan untuk tetap tinggal di rumah hingga ibu saya pulang dari kantornya. Setiba ibu saya pulang ke rumah, pacar saya berpamitan untuk pulang dan ibu saya berterima kasih kepadanya karena sudah menemani saya. Setelah itu sekitar pukul 8 malam, saya dan ibu saya pergi ke rumah sakit terdekat, dokter menyatakan saya terkena cacar air dengan suhu 39,3°C dan saturasi oksigen dibawah batas normal yaitu 84%. Kemudian saya diberikan obat sekitar 5 macam. Saya diminta untuk minum teratur, bila obat telah abis dan saya tak kunjung sembuh, saya diminta untuk kembali ke dokter. Setelah itu saya berpamitan untuk pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya beristirahat.

Di tanggal 8 bulan Juli, bintilan yang sudah cukup banyak muncul di daerah tubuh saya. Hanya di bagian kaki saja yang terbilang sedikit karena hanya muncul tiga sampai lima bintilan. Di hari itu saya meminum obat saya dengan rutin. Kemudian pada malamnya, saya diberikan air kelapa muda hijau oleh ibunya dan meminta saya untuk minum. Setelah saya minum, saya merasa sesak saya berkurang dan saya dapat tertidur dengan nyenyak.

Lalu sekitar pukul 1 malam saya terbangun karena badan saya benar-benar menggigil namun berkeringat. Hingga keringat tersebut menembus ke bantal saya. Saya merasakan badan saya panas dan gatalnya yang luar biasa hingga saya menangis sangat kejer. Orangtua saya terbangun dan mendatangi saya ke kamar. Saya disuruh beristighfar oleh kedua orangtua saya, namun saya tidak kuat karena badan sya benar-benar gatal, menggigil, dan panas yang luar biasa. Kemudian ayah saya memberikan obat tidur kepada saya. Lalu saya bisa tertidur kembali.

Pada tanggal 9 di pagi hari, ibu saya meminta saya untuk mandi dengan air sirih dan air antiseptik. Lalu, saya melakukannya. Rasanya enak sekali, rasa gatalnya berkurang. Selesai mandi, saya bergegas ke kamar dan bercermin. Saya mendapati diri saya penuh dengan bintilan, hingga daerah wajah saya semua penuh dengan bintilan. Kebayang tidak? Wajah saya sangan menyeramkan saat itu, bahkan ada beberapa dibagian wajah yang keluar nanah. Selama saya sakit cacar air, saya benci diri saya. Saya takut melihat cermin dan bagian tubuh saya yang lainnya juga sama halnya, penuh sekali dengan bintilan kecuali kaki saya sebab kaki saya jarang sekali berkeringat.

Kemudian saya menyalakan AC saya agar saya tidak berkeringat. Saya merasa nyaman saat udara sekitar dingin karena rasa gatal saya dapat berkurang. Waktu sore, saya kesulitan menelan yang ternyata disebabkan cacar saya ada di tenggorokan sebanyak satu bintilan, namun saya tetap memaksa makan dan minum obat walau sangat sakit saat menelan. Menjelang magrib, saya memberanikan diri kembali melihat ke cermin, saya menyorotkan cahaya ke dalam tenggorokan saya dan mendapati cacar di dalam tenggorokan saya semakin banyak, sekitar tiga bintilan dan seluruh gusi saya berwarna putih.

Di waktu malam sebelum tidur, saya diminta untuk berkumur dengan obat kumur agar tenggorokan dan gusi saya membaik.

Hingga tanggal 12 Juli, cacar saya mengering. Satu per satu bintilan itu kembali mengecil dan ada beberapa yang tanpa sengaja pecah, mungkin karena waktu aku tertidur aku reflek menggaruk atau dengan sebab yang lainnya.

Saya sangat senang, saya sudah tidak lagi merasakan pusing. Saya kembali bersemangat untuk menghabiskan obat pemberian dokter dan merutinkan setiap mandi untuk menggunakan cairan antiseptik, rebusan air sirih, serta berkumur dengan obar kumur. Tidak lupa, setiap habis mandi, saya meminum rebusan air sirih dan madu hitam serta mengoleskan madu tersebut ke daerah wajah saya. Jujur, itu sangat manjur. Walaupun saya masih tetap tidak bisa menelan, namun setidaknya saya merasakan diri saya jauh lebih baik dari sebelumnya.

Oh iya, karena saya tidak dapat menelan, berat badan saya berkurang hampir 6 kilogram disebabkan saya setiap makan hanya memakan dua sampai tiga sendok saja dan itu hanya sayur dan bubur yang super lunak buatan ibu saya.

Pada malam harinya di tanggal 12, saya mendapati selaput putih keluar dari mulut saya yang ternyata adalah selaput yang sempat menutupi gusi saya. Saya kembali bercermin dan benar saja, gusi saya kembali seperti seperti semula. Saya pun merasa tiga bintilan di tenggorokan saya mengecil karena saya sudah mulai menelan sedikit demi sedikit.

 

Pada tanggal 13 Juli, saya menyatakan diri saya sembuh. Karena apa? Karena saya sudah tidak merasakan lagi gatal di tubuh saya. Dan saya pun juga tidak merasakan lagi sakit saat menelan, suhu tubuh saya sudah menurun, walaupun masih lemas dan sedikit sesak. Namun Alhamdulillah merasa lebih baik. Kemudian saya sengaja berjemur pada pagi hari agar saya berkeringat, dan benar saja, saat saya berkeringat, saya tidak merasakan gatal.

Saya kembali menjalankan aktivitas saya seperti biasa, yang awalnya hanya berbaring di tempat tidur mencegah berkeringat dan sesak. Namun, sekarang saya bisa berjalan-jalan mengelilingi rumah yakni ruang tamu, dapur, kamar tidur dan kamar mandi, hanya sebatas itu.

Pada malam harinya, bintilan itu sudah berubah semua menjadi bekasan dan mulai saat itu saya memfokuskan diri untuk menghilangkan bekas cacar tersebut.

Dua hari kemudian, pada tanggal 15 Juli, bekas cacar saya memudar karena saya rajin mengoleskan salep penghilang cacar yang saya beli di toko online. Saya sudah kembali sehat dan bekas cacar memudar. Nafsu makan saya juga sudah meningkat dan bahkan sudah bisa menelan kembali. Pada hari itu tanggal 15 Juli, saya menyatakan bahwa saya benar-benar telah sembuh dari cacar air.

Hingga saat ini, hari ini tanggal 7 Oktober, bekas cacar saya sudah benar-benar menghilang dari daerah tubuh saya. Saya senang sekali, saya sudah kembali percaya diri dan kembali bersemangat. Ini semua berkat doa dan usaha kedua orangtua saya. Serta doa dari teman-teman saya. Saya sangat berterima kasih kepada kalian semua ya.

Ini ringkasan obat untuk penyakit cacar yang waktu saya pakai ya.

Untuk diminum:

1. Acyclovir tablet -> sesudah makan (4 jam sekali)

2. Paracetamol -> sesudah makan

3. Mylanta (karena saya kesulitan menelan jadi menyebabkan saya makan tidak teratur dan magh saya pun kambuh) -> sebelum makan

4. Rebusan air sirih -> sebelum makan

5. Madu hitam -> sesudah makan dan sebelum minum obat

 

Untuk penggunaan luar:

1. Mandi dengan cairan antiseptik (dettol 2 tutup botol).

2. Mandi dengan rebusan air sirih dicampur air dingin.

3. Kumur-kumur dengan obat kumur

4. Sikat gigi yang teratur

5. Mandi 3 kali sehari menggunakan air dingin (Jangan air hangat, nanti cacarnya makin banyak yang keluar)

6. Oleskan tipis madu hitam ke daerah bintilan cacar, sehari sekali.

7. Bersihkan daerah kemaluan dan bokong menggunakan air sirih juga

8. Menggunakan sabun antiseptik

9. Oleskan Acylclovir salep setelah mandi.

 

Peringatan:

1. Jangan berkeringat.

2. Bila sesak, diharuskan bedrest

3. Minum obar yang teratur.

4. Tetap tidur di suhu yang dingin atau sejuk

5. Jangan minum air kelapa muda hijau (Karena nanti akan keluar cacar yang banyak dan efeknya bisa panas, gatal, menggigil. Tapi, kalau kuat ya tidak apa-apa).

6. Cukup minum air sirih 2 gelas per hari.

7. Minum madu hitam sebelum minum obat dan sesudah makan.

8. Oleskan acyclovir salep tipis-tipis saja

9. Jangan digaruk dan diberikan bedak gatal karena nanti akan makin banyak.

10. Berpakaian yang tipis dan nyaman.

11. Hindari mengkomsumsi telur, daging-dagingan, dan ikan-ikanan.

Sekian dulu ya, pengalaman tentang penyakit cacar air saya ini, semoga bermanfaat ya. Di ambil ilmu dan pengalamannya saja ya. Maaf bila ada kekurangan kata-kata atau kesalahan dalam penulisan, saya harap kalian bisa memaklumi saya. Terima kasih semuanya, sampai bertemu di cerita saya selanjutnya. Stay safe and stay health!❤️

 

Tinggalkan Balasan