Oleh : Ardiansyah
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh dan saling menasihati dengan kebenaran dan saling menasihati dengan kesabaran.” (al -‘Ashr 103:1-3)
Demikianlah bunyi surat yang sangat kita kenal tentang waktu. Allah SWT telah bersumpah dengan waktu-waktu tertentu dalam beberapa surah Alquran, seperti al-Lail (waktu malam), an-Nahar (waktu siang), al-Fajr (waktu fajar), adh-Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik), al-‘Ashr (masa). Ketika Allah SWT bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, maka hal itu menunjukkan urgensi dan keagungan hal tersebut. Dan agar manusia mengalihkan perhatian mereka kepadanya sekaligus mengingatkan akan manfaatnya yang besar
Rasulullah SAW pun telah mengabarkan bahwasanya waktu adalah salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah kepada hamba-Nya yang harus disyukuri. Jika tidak, nikmat tersebut akan diangkat dan pergi meninggalkan pemiliknya. Manifestasi dari syukur nikmat adalah dengan memanfaatkannya dalam ketaatan dan amal saleh. Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi padanya: waktu luang dan kesehatan.” (HR Bukhari).
Di dunia ini tidak ada yang diberi jumlah waktu berbeda. Semuanya sama-sama punya waktu 24 jam sehari semalam. Allah memberikan kita setiap hari “modal” waktu kepada semua manusia adalah sama, yaitu 24 jam sehari, 168 jam seminggu, 672 jam sebulan, dan seterusnya. Lalu kenapa ada orang bisa lebih produktif setiap harinya dan ada juga yang sebaliknya? Mereka yang bisa lebih produktif dalam bekerja adalah yang tahu cara mengatur waktu. Tahu bagaimana menempatkan satu pekerjaan di atas pekerjaan yang lainnya, dan tahu persis apa yang harus diutamakan dalam setiap pekerjaan.
Disini kita bisa mengelompokkan manusia dalam 2 kategori, yaitu :
- Manusia yang dapat mengolah waktunya dengan baik sehingga bisa melakukan tugas dan kewajibannya dengan sempurna serta tidak ada waktu yang terbuang untuk hal yang tidak bermanfaat
- Orang yang diolah (diatur) oleh waktu, yaitu orang yang membiarkan waktu terbuang sia-sia dan beranggapan esok masih ada waktu, ini merupakan salah satu tanda tidak memahami pentingnya waktu, padahal waktu dan kesempatan tidak pernah datang untuk kedua kalinya. Imam Syafi’I pernah berkata “Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan memotongmu”
Jadi, marilah kita mulai mengolah dan memanfaatkan waktu dan kesempatan yang kita miliki untuk melakukan hal-hal yang positif serta bermanfaat karena Kita tidak pernah tahu berapa banyak waktu yang kita miliki.