CITA-CITAKU

Gaya Hidup0 Dilihat

Assalamualaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera bagi kita semua. Perkenalkan nama saya Ardiansyah. Saya merupakan mahasiswa angkatan ke – 27 Akademi Keperawatan Polri R. Said Sukanto yang bertempat di Kramat Jati, Jakarta Timur. Izinkan saya bercerita sedikit tentang cita-cita saya.

Sewaktu duduk di sekolah dasar dulu, ibu guru pernah bertanya kepada murid-muridnya, “ Anak-anak, apa cita-cita kalian ?”, kami semua  yang sedang duduk di kursi masing-masing kebingungan karena tidak memahami perihal apa yang sedang ditanyakan ole ibu guru di depan kelas. Sambil kebingungan anak-anak bertanya, “Bu guru, cita-cita itu apa sih ?” dengan polosnya  kami menanyakan hal tersebut. Ibu guru menanggapinya dengan senyuman dan berkata, “Anak-anakku, cita-cita itu adalah ketika kalian besar nanti kalian mau jadi apa.” Seorang anak laki-laki berkata, “Bu guru, saya mau jadi tentara.”Ada lagi anak perempuan yang berakata, “Bu guru, saya mau jadi dokter.”

Kebanyakan anak laki-laki ingin menjadi tentara dan polisi termasuk saya sendiri yang bercita-cita ingin menjadi seorang tentara, sedangkan kebanyakan anak perempuan ingin menjadi dokter dan guru. Pada waktu itu, kebanyakan anak sekolah dasar bercita-cita ingin menjadi seperti orang yang mereka kagumi, baik itu seperti orang tuanya, kerabatnya maupun orang lain yang pernah mereka lihat secara langsung maupun secara tidak langsung melalui perantara media, seperti televisi dan radio. Sebagai contoh, anak-anak memandang seorang tentara sebagai sosok yang kuat, gagah, keren dan berwibawa. Begitupun halnya dengan berbagai profesi lainnya yang mereka cita-citakan dengan sudut pandang mereka masing-masing saat itu. Cita-cita merupakan wujud dari harapan/ keinginan seseorang terhadap suatu hal yang ingin dicapai/ dimiliki olehnya suatu saat nanti. Cita-cita dapat berubah-ubah seiring dengan bertambahnya usia, kebutuhan dan pengetahuan seseorang.

Ardi, begitulah orang-orang memanggil ku. Aku dibesarkan jauh dari kedua orang tua, sejak kecil dibesarkan oleh kakek dan nenek yang merupakan petani di desa. Hamparan hijau tanaman padi yang begitu luas memanjakan mata, pepohonan yang rimbun menyejukkan raga dan suara burung berkicau di setiap menjelang pagi bagaikan alunan musik yang menenangkan jiwa merupakan gambaran desa tempat dimana aku tinggal.

Saya bersekolah di sekolah dasar dekat rumah tempat tinggal saya yang jaraknya  tidak jauh, hanya perlu melewati jalan lurus untuk sampai ke sekolah. Sebuah sekolah dasar biasa yang terdiri dari tujuh ruangan, yaitu ruang kelas 1 sampai kelas 6 dan satu ruang guru. Di sanalah tempat saya mencari ilmu selama 6 tahun lamanya. Setelah jam pulang sekolah berbunyi, biasanya saya dan teman-teman bergegas pulang dan segera pergi bermain bersama – sama. Kehidupan anak desa yang sangat menyenangkan.

Setelah lulus SD, saya memutuskan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang SMP di kota. Saya memilih SMP di kota karena saya ingin mendapatkan jaminan masuk SMA favorit. Jarak antara rumah saya dengan SMP cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk mencapai sekolah dengan menggunakan sepeda. Pada waktu itu, jumlah angkot yang melewati desa saya tidak terlalu banyak dan hanya ada pada waktu tertentu saja sehingga saya memutuskan untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi ke sekolah.

Perjuangan saya akhirnya tercapai dengan diterimanya saya di SMA favorit. Di saat kelas 10, saya mengikuti sebuah ekstrakulikuler yaitu organisasi pecinta alam. Alasan saya mengikuti ekstrakulikuler ini karena saya merupakan anak desa yang selalu melibatkan alam dalam setiap aktivitasnya sehingga saya memiliki skill dan pengetahuan yang berkaitan dengan alam. Di dalam ekstrakulikuler, saya mendapatkan pengetahuan yang belum diketahui sebelumnya seperti teknik survival, navigasi, muontaineering dan masih banyak lainnya. Saya sendiri bercita – cita menjadi seorang tentara, karena  itu saya telah mempersiapkan fisik maupun pengetahuan sejak SMA. Di ekstrakulikuler pecinta alam ini saya mendapat pengetahuan yang mungkin berguna untuk saya apabila menjadi tentara suatu saat nanti.

Setelah lulus SMA, saya berencana untuk mendaftar bintara TNI AD. Saya pun mendaftar secara online terlebih dahulu dan mempersiapkan berkas – berkas yang diperlukan untuk tahap administrasi. Setelah lolos tahapan administrasi dilanjutkan dengan tes kesemaptaan.Tes kesemaptaan terdiri dari tiga tes yaitu lari 12 menit, pull up, dan renang 50 meter. Tes kesehatan merupakan tahap selanjutnya apabila lolos dari tes kesemaptaan. Di sini, peserta di check kesehatannya yang meliputi mata, gigi, kaki, postur tubuh, dsb. Setelah lolos ketiga tes tersebut, peserta akan mengikuti tahap pantukhir daerah. Sayang sekali, saya gagal pada tahapan ini. Walaupun kegagalan rasanya menyakitkan, saya tetap sabar dan menerima apapun hasil yang diberikan. Kegagalan saya merupakan bahan introspeksi bagi diri saya sendiri. Kegagalan ini bermakna bahwa saya masih memiliki kekurangan dari kriteria yang diperlukan apabila ingin menjadi seorang tentara. Next chance, saya akan mempersiapkan diri lebih matang lagi baik itu fisik maupun intelligency agar saya dapat lolos dan diterima menjadi seorang tentara yang dapat membanggakan orang tua serta berguna bagi nusa dan bangsa.

Sekian sedikit cerita tentang cita – cita saya. Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, tetaplah berjuang hingga akhir dan jangan lupa untuk tetap bersyukur serta berdoa.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tinggalkan Balasan