Antara Penipuan dan Kepercayaan

Coretan Tanpa Bekas

 

Antara Penipuan dan Kepercayaan

Oleh: Arfianto Wisnugroho

 

Mempercayai seseorang adalah hal yang wajar. Banyak dari kita melakukan hal tersebut untuk waktu yang cukup lama. Kita biasanya memberikan kepercayaan pada orang yang sudah kita kenal sebelumnya. Namun bagaimana jika mempercayai seseorang yang baru dikenal? Pastinya tidak semua orang dapat melakukannya. Hal tersebut tentu susah untuk diterima akal sehat. Dikarenakan kita belum tahu bagaimana sifat orang tersebut. Jangankan orang yang baru dikenal, orang sudah lama kenal saja belum tentu bisa dipercaya.

Itulah yang mas Nyentrik pikirkan setelah mendengar cerita tentang tipu-menipu dari keponakannya. Saat itu mereka sedang santai, menikmati sore dengan duduk diatas balkon rumah. Karena penasaran dengan pikiran anak muda, mas Nyentrik meminta keponakannya bercerita. Adapun mas Nyentrik membebaskan tema cerita dari keponakannya. Kebetulan keponakan mas Nyentrik memiliki hobi bicara. Tentunya sangat sesuai dengan keadaan sore yang semakin gelap karena mendekati magrib. Namun dengan waktu singkat tersebut mas Nyentrik jadi tahu tentang beberapa orang terkait tipu menipu.

Keponakan mas Nyentrik menceritakan tentang si A yang sedang gandrung dengan mobil. Karena ingin memiliki mobil, si A mencari mobil dengan harga terjangkau. Kebetulan ia sudah menabung selama tiga tahun. Selama itu tabungannya sudah mencapai puluhan juta. Mungkin tidak cukup untuk membeli mobil baru, tetapi mobil setengah pakai sudah bisa. Tentunya ya disesuaikan dengan budget yang ada. Sebagai pekerja serabutan, si A tidak memiliki gengsi yang besar, jadi asal mobil tidak rewel sudah cukup baginya.

Pada waktu yang sama, salah satu saudara si A sedang menawarkan sebuah mobil. Mobil tersebut masih mulus, kinclong, dan warnanya belum pudar. Performa mobil juga masih bagus jika dibandingkan dengan usianya yang sudah dua kali berganti plat nomor. Setelah melihat dan mengecek sendiri, si A tertarik dengan mobil tersebut. Untuk mendapatkannya ia harus membayar uang sejumlah 30 juta rupiah sebagai uang muka. Singkat cerita si A membawa pulang mobil setelah membayar uang tersebut. Tidak ada persetujuan khusus saat transaksi, saudara si A hanya memberitahu kalau kekurangan pembayaran dapat dilakukan kapanpun. Tentu si A sangat senang dengan hal tersebut. Namun tidak sampai satu bulan, datanglah debt collector ke rumah si A untuk mengambil mobil tersebut dengan alasan kalau mobil masih menjadi hak milik leasing. Si A hanya bisa diam, merelakan debt collector membawa mobil tersebut.

“Lho..kok begitu..?” Tanya mas Nyentrik.

“Lha iya, kan semua surat atas nama orang lain!” Timpal keponakan mas Nyentrik.

Tidak hanya persoalan mobil, keponakan mas nyentrik juga menceritakan tentang si B yang tertipu uang sekitar 60 jt rupiah. Mungkin tidak sepenuhnya si B ini menjadi korban penipuan. Namun hal tersebut lebih kepada rasa saling percaya. Awal mula si B kehilangan uang sebesar itu adalah saat ia menitipkan sebagian gaji kepada bosnya. Si B berniat mengambil gaji jika sudah mencapai batas tertentu. Si bos yang seperti orang baik-baik tentunya tidak membuat si B curiga. Ia percaya dapat mengambil uang tersebut saat membutuhkannya sewaktu-waktu.

Namun karena suatu insiden, si B memiliki pertengkaran dengan si bos. Saat itu juga si B meminta si bos menyerahkan uang yang ia titipkan. Pertama kali si B meminta uangnya, si bos mengatakan kalau ia belum ada uang sebanyak itu. Kedua kali dan seterusnya, si Bos selalu berdalih untuk tidak menyerahkan uang si B. hal itu membuat si B sering beradu mulut dengan si bos. Dengan keadaan seperti itu, si B akhirnya resign dari pekerjaan tanpa mendapatkan uang yang sudah ia titipkan. 

“Lho kok begitu pula..! Bukankah itu uang si B?” Tanya mas Nyentrik pada keponakannya.

“Lha iya, kan tidak ada perjanjian…! Hitam diatas putih.!” Jawab keponakan mas Nyentrik dengan menggebu-nggebu.

Mendengar dua cerita keponakannya tersebut, mas Nyentrik berpikir bahwa permasalahan sering terjadi dengan orang yang dipercaya. Seperti dengan saudara, teman dekat dan teman kerja atau atasan. Kalau diingat, mas Nyentrik juga pernah mengalami hal serupa. Yaitu ada seseorang yang ia kenal meminjam uang, ia meminjamkan tanpa syarat karena ada rasa percaya. Namun uang tersebut tidak pernah kembali sampai saat ini. kejadian serupa juga terjadi pada orang-orang disekitar mas Nyentrik. Lagi-lagi permasalah terjadi dengan orang yang mereka kenal dekat.

“Sudahlah, ayo masuk. Adzan magrib sudah berkumandang..!” ucap mas Nyentrik kepada keponakannya. 

“Tunggu sebentar Om… masih ada satu lagi ni, mau dengar gak?” Tanya keponakan mas Nyentrik.

“Apa…?” Tanya mas Nyentrik dengan rasa penasaran.

Dengan nada penuh kehati-hatian keponakan mas Nyentrik berkata, “Om berminat beli HP gak? Ini ada barang bagus.”

Tinggalkan Balasan