Meski badan ini pegal – pegal, kepala pusing, dan sedikit flu, aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk mengerjakan tantangan menulis di Blog hari ke – 2. Meski aku tidak punya ide mau menulis apa, aku tetap harus berjuang memaksakan diri untuk tetap konsisten dengan niatku, yaitu menjawab tantangan Om Jay.
Bukan ngongso dan ngoyo, aku menulis di blog ini karena untuk menjaga niat belajarku tetap terikat dalam hatiku. Kata teman, sekali saja aku mentolerir kemalasanku, maka akan minta yang ke dua, ke tiga dan seterusnya. Akhirnya akan mentolerir pula untuk meninggalkan niat ini tanpa bekas.
Sebagai penguat semangatku, aku ingat betapa besar perjuangan temanku Om Jay dan Bu Salamah hingga menjadi penulis yang produktif. Beliau adalah dua dari sekian banyak nara sumber belajar berbicara PGRI. Mereka produktif bukan karena punya waktu luang dan tanpa ujian dalam hidupnya. Om Jay yang sempat kena Covid, ternyata justru menjadikan ujiannya sebagai sumber inspirasi dan lahan ibadahnya, yakni dengan menyusun buku yang berisi nasihat agar setiap orang tetap waspada terhadap covid-19, tetapi bukan berarti harus frustasi bagi yang terkena. Bu Salamah, yang memiliki jam terbang tinggi, mengisi pelatihan di sana – sini, menyusun buku yang sangat bermanfaat bagi teman guru se Indonesia, ternyata ditengah kesibukannya dia tidak meninggalkan tugas dalam keluarganya.
Nah, kalau melihat perjuangan Om Jay dan Bu Salamah, apakah pantas aku menjadikan badan pegal, kepala pusing dan sedikit flu sebagai alasan untuk menghancurkan niat dan cita – citaku untuk bisa menulis? Aku memang sudah tua dibanding teman – teman peserta program belajar berbicara PGRI. Tapi semangatku tidak boleh tua. Aku sudah masuk di komunitas belajar maka aku harus mempunyai semangat muda untuk belajar, belajar, dan belajar,
Aku yakin, jika hari ini, besok, dan seterusnya aku kuat melawan rasa malasku untuk menulis, Insya Allah niatku untuk tuntas belajar di Program Belajar Berbicara PGRI akan tercapai. Aku harus bersyukur karena sebenarnya sejak dulu aku ingin belajar Public Speaking , tapi sangat sulit untuk terealisir. Karena sebelum masa pandemi Covid – 19, untuk bisa ikut kursus-kursus aku harus meluangkan waktu meninggalkan rumah bahkan pekerjaan. Selain itu juga harus mengeluarkan biaya yang tidak murah. Apalagi kalau aku ingin bertemu teman – teman guru se Indonesia, sangat kecil kemungkinannya.
Di masa Pandemi ini, kalau kita mau belajar apa saja gampang menemukannya. Banyak program – program belajar ditawarkan baik yang tidak berbayar, berbayar murah, bahkan ada yang berbayar mahal. Ternyata belajar tanpa tatap muka pun justru lebih efektif. Keberhasilannya tergantung pada niat peserta sendiri.
Program Belajar Berbicara PGRI diselenggarakan dengan persiapan matang dan sungguh – sungguh. Jadwal kegiatan dan pemateri disusun secara rapi, menghadirkan pemateri – pemateri yang luar biasa hebat, serta pemberian tugas meresume dan menuliskannya di Blog Pribadi. Panitia tidak memaksa, tetapi untuk apa ikut program ini kalau tidak mengikuti semua arahan atau kurikulum yang sudah disusun. Insya Allah semua peserta yang konsisten mengikuti program ini, akan terlatih untuk menulis, menulis, dan menulis. Latihan yang rutin dilaksanakan selama 20 hari akan menjadikannya suatu pembiasaan.
Nah, jika impian untuk bisa berbicara di depan umum dengan baik serta bisa menjadi penulis yang konsisten, maka mengikuti Lomba Blog Guru ini adalah salah satu langkahnya. Selama 28 hari rutin nulis, Insya Allah hari ke 29 dan seterusnya akan menjadi terbiasa.
Yang ada di pikiranku saat ini adalah, mengapa tulisanku saat ini masih berantakan?
Maka akupun bisa menjawabnya sendiri, yaitu karena aku kurang banyak membaca sehingga minim kosa kata, minim kalimat – kalimat yang bermakna. Semoga semangatku untuk belajar berbicara dan menulis akan mendorong semangatku untuk banyak membaca.
Terima kasih untuk Panitia Lomba Blog Guru karena mereka adalah guru – guru ku yang sesungguhnya.
Dari Guru Jogja yang sedang belajar menulis
Yogyakarta, 2 Februari 2021
Askariyah Dasa Novembriyati, S.Pd.