MASUK SMP

Terbaru40 Dilihat

Tahun yang dinanti telah tiba. Pada pertengahan tahun 2011 Reza, Fari, dan Rival berhasil menamatkan sekolah dasar. Satu tahap mendebarkan bagi orang tua berhasil dilewati. Melalui perjuangan panjang dan lumayan melelahkan akhirnya ketiga sahabat ini melenggang lagi ke jenjang sekolah berikutnya.

Seperti biasa pendaftaran masuk SMP dibuka ketika anak – anak SD dan MI  telah  menyelesaikan ujian akhirnya dan menunggu pengumuman lulus. Pilihan SMP lumayan banyak di kota tempat tiga sekawan tinggal. Tentunya sekolah yang hendak dipilh harus berdasarkan zona tempat tinggal. Dalam hal ini lokasi sekolah yang terdekat akan menjadi prioritas utama. Rival tetap melanjutkan di Madrasah Tsanawiyah di kompleks sekolah lama. Reza dan Fari masuk ke Sekolah Menengah Pertama umum yang terdekat. Mulanya Fari ingin mengambil sekolah yang ada Muatan Lokal (Mulok) ketrampilan otomotiv. Namun, pelaksanaan tes masuk saat itu bersamaan jadwalnya. Tentu saja hal ini sangat membatasi ruang pilihan bagi calon siswa baru. Akhirnya Fari memilih sebuah SMP umum yang berbasis pesantren. Dengan demikian kegiatan ekstra keagamaan diprioritaskan.

Ibunya Fari sangat setuju bila Fari masuk di sekolah itu. Dengan demikian Fari bisa memperdalam ilmi agama yang sudah diperoleh sebelumnya di MI. Sedangkan Reza memilih sekolah umum yang berbasis olah raga. Cocok dengan Reza yang memang juga anggota klub sepak bola Beringin Jr. 

Begitulah ketiga sahabat ini menempuh jenjang pendidikan SMP di tempat yang berbeda. Masing – masing memilih sesuia dengan minat dan bakat serta kondisi yang ada.

Namanya saja anak – anak yang baru mengalami masa pancaroba,  pasti banyak hal – hal baru yang mereka temui di lingkungan baru. Lingkungan yang baru memang membutuhkan sebuah kepribadian yang cukup untuk memasukinya.  Kondisi belajar yang berbeda, guru, dan teman baru yang berasal dari latar belakang yang beragam sering membuat sebagian anak kurang nyaman. Keadaan ini biasa menimbulkan konflik  dalam diri.. Keengganan pergi ke sekolah menjadi salah satu indikasinya.

“Fari bangun, sudah siang. Kenapa kamu tidak ke sekolah hari ini?” tanya ibunya  suatu pagi. “Malas saya ke sekolah”  Fari menarik kembali sarung yang ia pakai tidur. Ibunya mencoba membangunkan sekali lagi dengan nada yang sama. Tidak bergemimg. Malah terdengar menggerutu karena kesal. “Nasanda raraku!” Artinya “Malas saya.”

“Aduh, kenapa lagi ini. Ada masalah apa lagi di sekolah? Baru masuk sekolah sudah mulai malas seperti ini,” ibunya Fari membatin. (bersambung)

Salam Literasi

Astuti, S.Pd, M.Pd.

SMPN 14 Palu – Sulawesi Tengah.

Tinggalkan Balasan