Sebuah Mimpi Azzahra Nur Pradina Putri,

Gaya Hidup0 Dilihat

Hai! perkanalkan nama saya Azzahra Nur Pradina Putri, biasa dipanggil Zahra. Saya berumur 18 tahun dan sedang menjalani kuliah di Akademi Keperawatan Polri. Saya lahir di Klaten 05 Januari 2002, saya anak pertama dari tiga bersaudara. Disaat masa kecil saya yaitu TK, saya masih belum mengerti apa itu cita-cita. Pada saat saya TK pikiran saya masih tentang bersenang-senang dan bermain.

Setelah saya kelar TK saya melanjutkannya ke jenjang Sekolah Dasar di SDN Ceger 01 Pagi. Sedari saya kecil saya sering bulak balik masuk rumah sakit karena fisik saya yang lemah. Pada saat saya SD kelas 1, terlintas dipikiran saya ingin menjadi seorang dokter karena saya pikir jadi dokter itu keren bisa nyembuhin orang sakit. Dan karena saya dari kecil sering bulak balik masuk rumah sakit, saya jadi menyukai bau rumah sakit atau bau obat.

Akhirnya saat saya kelas 5 SD saya mengikuti ekskul dokter kecil, dan saya mengikuti seminar dokter kecil waktu itu. Karena saya sering sakit-sakitan, orang tua saya nyuruh saya mengikuti club olahraga yaitu pencak silat. Saya disuruh mengikuti pencak silat supaya saya ada waktu untuk olahraga dan meningkatkan daya tahan tubuh saya dan juga untuk jaga diri. Dan saat itu saya menekuni dunia silat. Saya mengikuti banyak pertandingan. Pertandingan pertama kali saya, saya sangat beruntung karena saya mendapatkan mendali emas dan orang tua saya sangat bangga dengan saya. Dan sejak saat itu cita-cita saya berubah ingin menjadi altet dunia.

Umur semakin bertambah, lulus dari SD saya melanjutkannya ke jenjang SMP di SMPN 259 Jakarta. Dimasa SMP saya kembali ingin menjadi dokter, tetapi saya belum mengerti bagaimana perjuangan untuk menjadi dokter apapun. Pada saat saya kelas 9 SMP saya iseng searching di google “Bagaimana Menjadi Seorang Dokter”. Ternyata oh ternyata, menjadi seorang dokter tidak semudah apa yang dibayangkan saya selama ini. Menjadi seorang dokter membutuhkan sekolah dengan waktu yang lama dan uang yang tidak sedikit. Akhirnya saya hilang harapan untuk menjadi seorang dokter karena saya takut orang tua saya tidak bisa membiayain saya sekolah kedokteran.

Lulus SMP, saya melanjutkan ke jenjang SMA di SMAS PGRI 4 Jakarta. Saya mengambil jurusan IPA. Saat SMA saya masih aktif dipersilatan tapi semakin naik kelas, dunia silat semakin keras. Saya kadang jadi juara dua, tiga, ataupun tidak jadi juara. Cita-cita saya berubah saat SMA yaitu ingin menjadi TNI karena saya pikir saya sudah ada basic di keolahragaan. Saat saya SMA jika ditanya guru Cita-citanya apa?” saya dengan keras menjawab ingin menjadi TNI. Keinginan saya menjadi TNI hanya bertahan sampe kelas 11 semester 1 karena saya mulai bosen berolahraga☹. Saya jadi jarang aktif lagi di silat.

Di kelas 12 SMA, cita-cita saya sering berubah-ubah. Terkadang saya bingung ingin jadi apa nanti. Saya sempat ingin menjadi farmasi seperti tante saya. Tapi karena farmasi adalah jurusan favorit di saintek, saya engga jadi ngambil farmasi dengan kemampuan saya yang pas-pasan. Sebelum mulai-mulai ujian saya mendaftar di Poltekkes menggunakan jalur raport, tapi saya tidak lolos tahap pertama. Saya tidak putus asa karena masih ada jalur SBM, di SBM pilihan pertama saya mengambil jurusan arsitektur di UPI karena hobi saya menggambar.

Di SBM pilihan kedua saya mengambil jurusan kesmas di UPNVJ. Disela-sela menunggu hasil SBM keluar, saya mendaftar Mandiri UIN Jakarta dan mengambil jurusan Ilmu Keperawatan. Hasil keluar duluan UIN daripada SBM. Alhamdulillah saya lolos tahap 1 UIN jalur mandiri dan menunggu hasil verifikasi berkas. Pada pengumuman tahap 2 UIN saya tidak lolos, entah karena berkasnya ada yang kurang atau salah. Hasil SBM keluar, dua-duanya belum rejeki saya, disatu sisi saya putus asa karena tidak diterima dimana-mana. Tapi saya tetap memutuskan untuk masuk sekolah perawat. Dan akhirnya saya mendaftar di Akademi Keperwatan di Polri.

Pernah terlintas dipikiran, saya ingin menjadi dokter forensik karena menurut saya keren menyelidiki kejahatan dalam penegakan keadilan yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia. Tapi balik lagi kalau jadi dokter itu gamudah. Akhirnya saya searching di google “Apakah ada perawat forensik?” jawabannya cabang ilmu keperawatan forensic belum ada di Indonesia, sedangkan di Amerika Serikat ilmu ini sudah mulai berkembang. Dengan masuknya saya di akper ini, saya berharap bisa lanjut sekolah di luar negeri dan bisa menjadi perawat forensik pertama di Indonesia (Aamiinn). Sekian dan Terima kasih

😊

Azzahra Nur Pradina Putri,

NIM : 20044
1B’27

Tinggalkan Balasan