Aku dan Siswaku

Pendidikan, YPTD36 Dilihat

“Bu There,” terdengar suara seorang anak perempuan memanggil namaku, persis berada dibelakangku. Dengan seketika, akupun menoleh ke arah suara panggilan, sambil menjawab, “Yaa nak, bagaimana?” tanyaku. Dan tanpa kuduga, anak tersebut menyodorkan sebuah bingkisan, sambil berkata, “Bu, ada titipan dari mama untuk ibu.” Sesaat aku terdiam dan berfikir, sambil mengingat-ingat, dalam rangka apakah,  aku kembali mendapatkan bingkisan? Namun aku tak menemukan jawaban dari kebingunganku itu, hingga akhirnya, aku bertanya kembali kepada siswaku tersebut, “Maaf, nak, dalam rangka apa ya, kok mama menitipkan bingkisan ini kepada ibu?” Jawab siswaku, “Tidak ada bu, hanya oleh-oleh saja saat kemarin kami liburan ke Yogyakarta.” Mendengar jawaban tersebut akupun hanya dapat tersenyum sambil memeluknya dan menyampaikan ucapan terima kasih serta salam untuk kedua orangtuanya, “Terima kasih, ya nak. Sampaikan salam ibu kepada mama.” Siswakupun tersenyum sambil menganggukkan kepala, dan pergi meninggalkan aku.

Sementara akupun melanjutkan langkah kaki menuju ke ruang guru untuk menikmati jam istirahat pertama hari ini. Sesampai di ruang guru, suasana tidak terlalu ramai seperti tadi pagi, karena teman-teman guru mungkin masih dan atau sedang berjalan menuju ke ruang ini. Akupun meletakan tas kerjaku beserta bingkisan tersebut. Lalu, perlahan aku berjalan menuju ke arah dispenser yang letaknya takjauh dari meja kerjaku, untuk mengambil segelas air putih hangat kesukaanku.

Setelah kudapatkan segelas air putih hangat, akupun kembali ke meja kerjaku, untuk segera menikmati dan membasahi tenggorokanku yang terasa kering setelah cuap-cuap bersama anak tadi di kelas, dan kebetulan hari ini memang cuaca terasa sedikit lebih panas dibanding dengan cuaca kemarin, sehingga semakin mendukung rasa dehidrasi melandaku, hehehehee …

Sesaat kemudian, ruang guru pun berubah menjadi ramai, karena sebagian guru telah berdatangan dari kelas. Dan salah seorang guru, bertanya padaku, “ Apaan tuh, Bu There, bungkusan dimejamu?” Aku hanya menjawab dengan senyum yang penuh arti. Namun, karena sifat dasar manusia itu selalu memiliki rasa ingin tahu, temanku itu mendesak, agar aku membuka bingkisan yang baru saja kuterima dari siswaku. “Hayo, Bu There, buka dong!! Bu There, kok sering banget ya dapat bingkisan dari orangtua siswa?” Mendengar pertanyaan itu, aku hanya mampu terdiam saja, karena jauh di dalam lubuk hati, pertanyaan itupun hadir dan membuatku merasa bersedih karena aku tak mengerti alasannya, “Mengapa, banyak orangtua yang begitu perhatian padaku?” Sedangkan aku termasuk guru yang sangat disegani oleh banyak siswa. Entah apa alasannya, yang pasti mereka sangat segan, terhadapku.

Padahal, tak jarang pada saat jam istirahat tiba, aku dan beberapa siswaku, ngobrol bareng sambil menikmati sebungkus keripik ubi bersama-sama. Tapi inilah kenyataannya, bingkisan demi bingkisan sering kudapatkan dari orangtua para siswaku.

Dan pada kesempatan kali ini, aku mencoba berdiskusi tentang pernyataan yang sempat dilontarkannya tadi, “Bu There, kok sering banget ya dapat bingkisan dari orangtua siswa?” bersama sahabatku yang membongkar bingkisan yang baru saja kuterima. Namun sahabatku, juga takdapat memberikan jawaban yang memuaskan bagiku, karena jawaban yang diberikan sangat sederhana sekali, bahwa setiap siswa yang meminta sesuatu kepada orangtuanya itu karena faktor subyektifitas siswa kepada guru yang disenangi. Mendengar jawaban itu, timbul pertanyaan lain, “Jika itu alasannya, mengapa hanya aku yang sering mendapatkannya? Apakah guru-guru lain kurang disukai siswa?” tanyaku dalam hati

Yah, sudahlah, inilah aku diantara siswaku, yang tiap hari saling merindu untuk saling tersenyum dan memuji serta bercanda bersama, dikala jam istirahat tiba. Apapun yang aku lakukan, bersama siswa tidak lain ingin mengatakan kepada mereka, “Nak, dalam diri kalian, ibu titipkan cita-cita ibu yang belum terwujud.”

Semoga Tuhan mendengarkan harapan dan pintaku,  yang sederhana ini. Aku taktahu, apakah mereka kelak mampu mewujudkan harapan ini, karena kusadari sepenuhnya, begitu banyak tantangan moral yang dihadapi mereka di tengah kehidupan masyarakat luas, yang terkadang tidak ramah kepada masa depan mereka.

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

6 komentar