Art. 02. Lukisan Jemari Hati di Hari Kemenangan

Literasi49 Dilihat

Art. 02. Lukisan Jemari Hati di Hari Kemenangan
Theresia Martini, S.Ag., M.M

Lukisan Jemari Hati di Hari Kemenangan

“Tiada kesucian menjadi sempurna tatkala masih ada rasa kebencian yang tertanam dalam jiwa.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 2023, mohon maaf lahir dan batin”.

 

“Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar…” terdengar lantunan merdu suara takbir  berkumandang diiringi dengan tabuhan bedug terbuat dari kulit sapi, terdengar dari Mesjid Al-Fitrah, yang jaraknya tak jauh dari rumah tinggalku.

Kunikmati lantun takbir sambil melanjutkan membaca buku berjudul, “Jejak Literasi Ari Budiyanti,” yang belum sempat kutantaskan membacanya karena berbagai alasan yang tidak dapat kuhindari.

Menikmati lantunan takbir di malam lebaran, seakan mengelupas ingatanku tentang masa kecilku, yang juga tinggal di lingkungan umat muslim dan berdekatan dengan mesjid.

Dari keluarga besar yang mayoritas adalah muslim yang taat, aku mengetahui bahwa dengan ditabuhnya bedug pada malam di hari terakhir berpuasa mengisyaratkan bahwa lebaran telah datang.

Seluruh umat Islam siap menyambut dan merayakan Hari Raya Idul Fitri keesokan harinya setelah menjalankan ibadah puasa semasa bulan Ramadan.

Hari Raya Idul Fitri sering disebut juga dengan istilah lebaran, sebagai istilah yang sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia, sebagai hari yang sangat istimewa bagi seluruh umat Islam.

Lebaran, tentu saja bukan sekadar dimaknai sebagai sebuah perayaan kegembiraan atas tunainya melaksanakan salah satu rukun dari ke-5 rukun Islam yang ada, yaitu menjalankan puasa di Bulan Ramadan

Terlahir dari keluarga besar muslim, lebaran bagiku juga merupakan hal terindah dan sangat kunantikan kehadirannya.

Selain merindukan suasana kekeluargaan yang begitu ramai, heboh dan akrab, aku juga merindukan beberapa hal yang menarik bagiku semenjak kecil.

Pagi ini, entah mengapa aku ingin sekali menuliskannya di sini. Aku ingin menuliskannya sesuai perspektifku sebagai seorang yang beriman Katolik. Beberapa hal yang menarik dan memikat hatiku semenjak kecil itu adalah:

Lantunan Takbir dan Tabuhan Bedug

Lantunan takbir dan tabuhan bedug dari mesjid, akan terdengar usai waktu Mahgrib hingga menjelang pukul 20.30 s.d 21.00 Wib. Dan kembali terdengar, pada esok hari saat mentari mulai bercahaya dan menebarkan kehangatannya bagi dunia. Lantunan demi lantunan takbir disenandungkan dengan kelembutan penuh penghayatan, sungguh memberikan kedamaian dan kesejukan bagi diriku. Lamat-lamat akupun mendengarkan bisikan hatiku turut bersenandung mengikuti irama takbiran, seakan membangkitkan kesadaran diriku untuk selalu datang dan bersembah sujud kepada Sang Pemilik kehidupan.

Sholat Idul Fitri

Lebaran di pagi hari, aku melihat para tetangga dan sahabatku berduyun-duyun, telah mengenakan mukena berwarna putih sambil memeluk sejadah mereka masing-masing, hendak ke mesjid. Pemandangan yang sangat mengagumkan dan menyejukkan bagiku. Senyum ceria tampak tertebaran di wajah mereka. Menyapa dan menyalami tanganku, pada saat mereka melewati halaman rumahku menuju ke mesjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri atau yang sering juga di sebut Sholat Ied.

Silaturahmi atau Halal Bihalal

Silaturahmi atau halal bihalal seakan menjadi puncak perayaan Idul Fitri bagiku. Momen untuk keluarga besar untuk berjumpa dan berkumpul saling mengucapkan selamat Idul Fitri sekaligus menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan. Suasana yang dipenuhi dengan keharuan dan kebahagiaan, yang ditandai dengan linangan mutiara bening jatuh di punggung pipi dan juga pilinan senyum terangkai begitu mempesona hadir menyemarakkan suasana.

Ketupat Lebaran

Ketupat dan kawan-kawannya, seperti rendang, gulai, sambel asem, rawon atau soto bening, merupakan kuliner yang selalu dan pasti tersaji di meja makan, di hari lebaran pertama. Ketupat dan para sahabatnya,  merupakan pelengkap momen kemeriahan dan kegembiraan keluarga di hari lebaran.

Kue Kering

Satu lagi sajian yang selalu menemani kami di saat hari lebaran, yaitu kue kering dan cemilan lainnya, tersaji di dalam toples-toples unik yang tersusun rapi menghiasi setiap meja tamu yang ada.  Tidak lengkap rasanya jika deretan “mereka” tidak turut hadir untuk menambah kemeriahan momen lebaran bersama keluarga, kerabat dan para sahabat.

Bingkisan Amplop

Hahaha, ini saat yang paling seru, yaitu saat bagi-bagi amplop kecil berisi lembaran rupiah bagi anak-anak. Momen yang paling di tunggu oleh bocah-bocah, walau saat menerima mereka agak malu-malu kucing menerimanya, tapi senyum di bibir mereka tetap mengembang saat amplop kecil mendarat di tangan mereka. Melihat ekspresi polos anak-anak saat menerima amplop tersebut merupakan hal terlucu dan paling mengesankan untuk di bahas kembali pada saat di perjalanan pulang setelah ber-silaturahmi.

Mudik

Mudik, sebagai tradisi berikutnya yang menjadi momen dan sorotan banyak media. Situasi dan kisah suka dan duka selama perjalanan mudik ataupun saat liburan mudik di kampung halaman, selalu ramai untuk diperbincangkan dilihat dari berbagai perspektif mudik menjadi momen yang ditunggu-tunggu untuk mengisi liburan lebaran.

Akh, masih banyak tradisi lebaran yang belum kutuliskan. Tapi yang pasti bagiku adalah,“Lebaranmu juga Lebaran bagiku”.

Lebaran yang indah dan membahagiakan selalu bagiku pada setiap perayaannya. Semoga di tahun berikut, “Aku masih diberikan kesempatan untuk merasakan belaian kasih dan kehangatanmu kembali”.

Pangkalpinang, 26 April 2023

 

Tinggalkan Balasan

6 komentar

  1. “masih banyak tradisi lebaran yang belum kutuliskan”
    Sebuah kutipan yang kusimpan di kolom komentar, menunggu lanjutan tulisan berikutnya, walau menunggu tahun depan. sayang kalau tertinggal blm kebaca, tulisan indahnya.