Hardiknas Yang Kutunggu, Tanpa Batas Waktu

Terbaru79 Dilihat

Untuk kedua kalinya, peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2021 diadakan secara virtual, ditengah wabah pandemi yang belum usai. Masih dengan logo yang sama seperti pada tahun 2020, yaitu bintang, keceriaan, dan pena.

Logo ini menggambarkan semangat hardiknas akan melahirkan generasi unggul, cerdas, dan berkarakter, dengan semangat gotong royong memadukan kemampuan intelektual, emosional, dan holistik. Tema Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini adalah “Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar”. Mari kita maknai kalimat “Serentak bergerak, wujudkan merdeka belajar”.

Pendidikan bukanlah semata tanggungjawab guru/sekolah. Seluruh elemen masyarakat juga memiliki peran penting dan tanggung jawab terlaksananya pendidikan di negeri kita, terutama di masa pandemi yang memasuki tahun kedua.

Maka, saat ini dengan mudah kita temukan berbagai founder baik secara perorangan maupun kelompok, serta berbagai kanal pendidikan yang secara nyata telah memberi kontribusi bagi dunia Pendidikan. Untuk itulah, maka artikel kali ini saya akan menyajikan dengan sudut pandang berbeda.

Bagi para guru, nama Mohammad Ihsan tentu tidak asing lagi. Beliau adalah founder Sagusabu (Satu Guru Satu Buku); Sasisabu (Satu Siswa Satu Buku); Sadosabu (Satu Dosen Satu Buku); dan Samasabu (Satu Mahasiswa Satu Buku). Kemudian muncul Sagusavi, Sagusakti, Sagusapop dan sebagainya. Yang saya sebut terakhir adalah Satu guru satu pola pembiasaan dengan founder Kang Asep Gunawan, guru SD didaerah Kuningan Jawa Barat. Hari ini, Sagusapop mengadakan workshop online dengan materi ‘quizizz’, selain itu juga mengadakan kajian khusus ramadhan dengan beragam topik.

Untuk daerah Sumatera Utara, sahabat-sahabat saya sudah bergerak, bahkan jauh sebelum pandemi, Sofyanto telah membentuk komunitas ‘Omah Dondong”; Surianto-Praktisi Hypnoterapis; Zainal Arifin-Ngopi Karir; Fahruroji founder-POSI; Gelora M. Lubis-Ketik Fiksi; Sunarji Harahap-Penulis Mendunia dan sebagainya.

Maka dapat dikatakan, jauh sebelum semboyan ‘ Serentak Bergerak’, mereka ini telah berpikir jauh kedepan serta berbuat dan beri manfaat bagi dunia pendidikan. Kita tetap mengingat sejarah dunia Pendidikan beserta tokohnya di negeri ini, namun jangan diabaikan peran serta generasi x, generasi milenial, serta generasi z yang telah berkiprah dengan sungguh-sungguh.

Dunia Pendidikan kita dihiasi dengan nama-nama yang telah tercatat dengan apik di Wikipedia, buku-buku sejarah, bahkan di buku pintar. Berikut ini adalah tokoh-tokoh pendidikan yang namanya layak diabadikan dalam sejarah, meski sebagian diantaranya kurang dikenal(kan):

  1. Willem Iskandar (1840-1876)

Selama ini saya hanya sekadar tahu bahwa nama tersebut merupakan salah satu jalan didaerah Sampali, ternyata jauh sebelum Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, Willem Iskandar telah mendirikan sekolah guru pertama di Tanobato, Mandailing Natal, Sumatera Utara pada tahun 1862.

Dengan mengantongi ijazah guru bantu (beasiswa dari kerajaan Belanda), maka Willem melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan meraih ijazah kepala sekolah. Kemudian Willem memberi saran kepada pemerintah Belanda agar mengirim pemuda untuk belajar ilmu keguruan di Belanda. Maka berangkatlah 8 orang pemuda yang berasal dari Mandailing; Jawa; Sunda; dan Manado dengan fasilitas beasiswa. Willem Iskandar yang bernama asli Sati Nasution telah melakukan terobosan besar Gerakan pencerahan dibidang Pendidikan di Mandailing.

  1. Dja Endar Muda Harahap

Beliau merupakan mantan guru, pengarang novel, pendiri sekolah swasta pertama di Padang, dan editor surat kabar Perjta Barat di Padang tahun 1895. Dikemudian hari, cucu beliau, Ida Loemongga Nasution merupakan doktor wanita pribumi pertama yang meraih gelar dari Universiteit Amsterdam.

  1. Raden Ajeng Kartini

Lahir di Jepara 21 April 1879, beliau dikenal sebagai tokoh Pendidikan Indonesia yang gemar melakukan surat menyurat dengan para sahabatnya di negeri Belanda. Tradisi memingit anak perempuan pada masa itu sangat membekas dihati Kartini, hingga dia selalu mengungkapkan dalam berbagai tulisan bahwa betapa menderitanya perempuan Ketika dikekang, serta tidak diberi kebebasan untuk menuntut ilmu.

Dalam usia muda, Kartini wafat setelah melahirkan anak pertamanya pada tahun 1904. Atas jasa-jasa beliau dibidang pendidikan dan upaya memperjuangkan emansipasi wanita, maka didirikanlah ‘Kartini School/Sekolah Kartini’ oleh Yayasan Van Deventer tahun 1912

  1. KH. Ahmad Dahlan
  2. Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis lahir pada 1 Agustus 1968. Dikenal sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah, beliau berperan membangkitkan kesadaran bangsa dengan jargon ‘Pembaharuan Islam dan Pendidikan’. Pada tahun 1961, pemerintah RI menetapkan beliau sebagai pahlawan nasional
  3. KH. Hasyim Ashari

Lahir di Jombang pada 14 Februari 1871, beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. KH. Hasyim mendirikan pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang tahun 1899. Beliau dikenal sebagai Hadratus Syeikh yang artinya maha guru.

  1. Siti Walidah

Lahir pada 3 Januari 1872, Siti Walidah adalah istri dari KH. Ahmad Dahlan. Bersama suami bahu membahu mendirikan sekolah untuk masyarakat, yang diawali dengan pendirian “ Sopo Tresno, Wal’Ashri, dan Maghribi School”. Maghribi School adalah sekolah khusus untuk kaum ibu yang diadakan setelah maghrib, dengan tujuan untuk mencerdaskan kaum ibu, agar tidak hanya memahami ilmu agam, namun juga harus cerdas dibidang kemanusiaan dan lingkungan sekitar. Sopo Tresno kemudian berubah nama menjadi ‘Aisyi’ah’, yang merupakan organisasi Muhammadiyah perempuan.

Pada tahun 1919, “Aisyi’ah” mendirikan sekolah taman kanak-kanak pertama di Indonesia dengan nama Frobel. Kemudian tahun 1928 “Aisyi’ah” memelopori KOngres Wanita Pertama di Indonesia; selanjutnya mendirikan sekolah dasar “Volk School”. Hingga kini, seluruh sekolah-perguruan tinggi yang berada dibawah naungan “Muhammadiyah-Aisyi’ah” terdiri dari 162 Perguruan Tinggi; 1143 SMK/SMK; 1772 SMP/MTs; 2604 SD/Ibtidaiyah; 4623 TK/TPQ yang tersebar diseluruh penjuru tanah air.

  1. Ki Hadjar Dewantara

Tokoh Pendidikan yang memiliki nama lain Raden Mas Soewardi Soejaningrat ini lahir di Pakualaman 2 Mei 1889. Tanggal kelahiran beliau kemudian ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Ki Hajar mendirikan perguruan Taman Siswa pada tahun 1922, dengan semboyan “ Tut Wuri Handayani; Ing Madya Mangun Karsa; Ing Ngarso Sung Tulodo”.

  1. Dewi Sartika

Lahir di Cicalengka pada 8 Desember 1884, Dewi Sartika mendirikan ‘Sekolah Istri’ di Bandung pada 16 Januari 1904, kemudian berubah menjadi “Sekolah Keutamaan Istri”. Dalam kurun waktu 2 tahun, Dewi berhasil mendirikan 9 sekolah di Jawa Barat. Tahun 1929 berubah nama menjadi “Sekolah Raden Dewi Sartika”.

  1. Rahmah El Yunusiyah

Lahir di Kota Padang Panjang pada 20 Desember 1900, Rahmah mengecap Pendidikan di Diniyah School, dimana anak laki-laki dan perempuan membaur dalam satu kelas. Rahmah kurang menyukai dominasi kaum laki-laki di kelas, hal itulah yang memotivasi pendirian Madrasah khusus perempuan pada tahun 1923. Ayah Rahmah merupakan ulama besar, yang sangat mempengaruhi tulisannya pada buku “ Ulama Perempuan Indonesia”. Hamka mengabadikan nama Rahmah sebagai perempuan muslim yang revolusioner dan pantang menyerah dalam memperjuangkan Pendidikan bagi kaum perempuan.

  1. Lafran Pane

Lahir di Sipirok pada 5 Februari 1922, Lafran Pane dikenal sebagai tokoh pemuda yang memprakarsai pembentukan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 5 Februari 1947. Lafran juga dikenal sebagai pelopor pembentukan Ikatan Sarjana Muslimin Indonesia (ISMI) dan memelopori pembentukan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UGM untuk memenuhi kebutuhan guru pada Pendidikan dasar dan menengah.

Demikianlah sekilas tulisan sederhana tentang apresiasi saya terhadap para pahlawan pendidikan, yang telah memberi sumbangsih kepada negara tercinta. Mari kita bercermin dari kegigihan para pahlawan pendidikan generasi tradisional; generasi baby boomers; generasi x yang sangat minim sentuhan teknologi. Bandingkan dengan kita, generasi x; generasi z, bahkan generasi alpha, dimana lompatan teknologi sangat jauh.

Masihkah kita mengeluh, bahwa jaringan internet tidak stabil; fasilitas kurang canggih; dalam gebrakan Serentak bergerak untuk wujudkan merdeka belajar? Jadilah manusia merdeka, merdeka berkarya, merdeka pola pikir, dan merdeka dalam melakukan pengabdian terbaik bagi dunia pendidikan, kini dan nanti.

Selamat hari pendidikan nasional, jangan lupa 3 hal; ingat masa lalu, jalani masa kini, songsong masa depan. Anyhow, peringatan hardiknas tetap kutunggu, kuyakin kau tahu, sampai batas waktu. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

Tinggalkan Balasan