Nilai Lebih di Balik Keindahan Seni Kolase

Edukasi, Humaniora1766 Dilihat

kolase

Hujan di Pagi Hari

Tadi pagi hujan mengguyur dengan deras di daerah kami. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 wita, pertanda saya harus bergegas menuju sekolah. Jarak rumah ke sekolah yang biasanya ditempuh selama 15 menit naik motor, rasanya akan semakin jauh jika saya harus menumpang bemo. Ya, bemo adalah sebutan bagi angkutan kota (angkot) di daerah kami. Pasalnya saya harus berdiri dengan sabar menunggu kedatangan bemo tersebut.

Jika di kota besar, angkutan kota ramai menghiasi jalanan, maka di tempat ini, teman – teman harus menunggu dalam waktu yang relatif jauh lebih lama, mungkin sekitar 30 menit – 1 jam lamanya. Apalagi di tengah kondisi hujan seperti tadi pagi.

Bayangan Tiba – Tiba

Terbayang kembali cerita pelajaran di sekolah pada hari Sabtu yang lalu, beberapa saat sebelum kelas usai. Saya menjanjikan anak – anak untuk membuat karya seni rupa kolase pada hari Senin. Mereka sangat antusias! Bahkan ketika saya meminta mereka untuk membawa kertas origami, mereka tampak kebingungan.

Saya pun berusaha menjelaskan kepada mereka tentang kertas itu dengan menggunakan istilah “kertas warna”. Namun, mereka tetap kebingungan. Lalu, saya menenangkan mereka, bahwa saya yang akan memfasilitasi kertas tersebut, asalkan mereka tetap datang ke sekolah.

Sudah sekitar 3 minggu yang lalu, kami efektif belajar tatap muka di sekolah. Walaupun dalam kondisi yang serba terbatas. Baik dari segi kesiapan sekolah maupun dari kesiapan guru dan siswa.

“Apa itu kolase, Bu?” tanya salah satu anak, sebut saja namanya Andi. Saya pun tersenyum mendengar pertanyaannya. “Nanti hari Senin baru Ibu jelaskan, ya.” jawabku.

Tiba – tiba saya merasa pundak saya ditepuk. Rupanya suami memberi tahu bahwa ada mobil yang lewat di depan kami dan bersedia memberi saya tumpangan menuju sekolah. Setengah kaget, saya pun melipat payung dan masuk ke dalam mobil.

Saya merasa sangat bersyukur karena masih ada orang yang peduli di tengah situasi seperti ini. Baju sedikit basah, rupanya payung tidak cukup menaungi badan saya. Di dalam mobil pun, saya sempat menyampaikan bahwa saya bertekad tetap datang ke sekolah karena yakin anak – anak pasti sudah menunggu.

Akhirnya Belajar Kolase

Sesampainya di sekolah, saya melihat dua orang anak yaitu Vony dan Ratih berdiri di depan pintu kelas. Mereka melayangkan pandangan ke arah jalan, dan ketika melihat saya memasuki halaman sekolah sambil membawa payung, mereka terlihat berlari masuk ke kelas.

Syukurlah, saya tidak mengecewakan mereka, pikir saya.

Setelah berdoa dan mengondisikan siswa untuk belajar, saya pun mengajak mereka untuk mempelajari materi pembelajaran tematik, melanjutkan materi hari sebelumnya. Kemudian barulah kami belajar membuat kolase.

Saya mendemonstrasikan cara membuat kolase di depan kelas, kemudian membagikan potongan kertas warna – warni kepada setiap siswa lalu meminta mereka untuk mencoba membuat kolase tersebut.

Pada awalnya anak – anak terlihat bingung. Namun, ketika hampir 15 menit mereka mencoba, akhirnya mereka menjadi bisa untuk melakukannya. Berkali – kali saya pun harus mengingatkan mereka untuk melakukannya dengan hati – hati dan teliti.

Tanpa terasa, waktu istirahat pun tiba. Hujan kembali mengguyur di luar sana. Namun, anak – anak tetap tenang di dalam kelas. Mereka memilih untuk beristirahat sambil mengerjakan kolasenya. Sesekali beberapa anak menyuap makanan dan minum.

Semuanya terlihat tenang dan asyik mengerjakannya. Saya pun berjalan – jalan mengagumi kesungguhan mereka dalam belajar membuat karya seni rupa kolase.

Cermin Inspirasi

Malam ini, saya mencoba mereflesikan pembelajaran yang terjadi hari ini. Dan dari beberapa kegiatan yang dilakukan, saya merasa tertarik untuk merefleksikan pembelajaran kolase ini. Menurut saya, ada nilai lebih di balik keindahan karya seni rupa kolase ini.

Nilai yang pertama adalah spiritualitas yaitu ketika anak – anak belajar untuk mensyukuri karya ciptaan Tuhan melalui gambar ikan sebagai makhluk ciptaannya yang indah. Selain itu selama proses pembelajarannya, anak – anak juga belajar untuk mandiri, bekerja keras, teliti, dan percaya diri.

Mereka belajar untuk mengekspresikan diri melalui karya yang mereka buat. Selain itu juga belajar untuk mengapresiasi hasil karya orang lain.

Bagi saya, kolase bukan hanya sebagai sebuah bentuk karya seni rupa yang indah, melainkan sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

Terima kasih anak – anakku. Hari ini semangat kalian lebih besar dibandingkan hujan yang mengguyur deras.

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar