Dimana Rumput Yang Bergoyang Itu

Kula Menulis Asyik

Dokpri

Mengenang masa kecil sungguh tak akan terulang kembali.

Bertambah usia sejatinya, berkurang karunia nikmat.

Terkadang jasmani kita diterpa keluhan sakit dari beragam diagnosis ahli medis.

Mau mengaku muda, tetap aja usia tak bisa dibohongi.

Betul tidak.? kata dek Upin Ipin sih pasti jawabannya ” betul betul betuuuul” hehe.

Nah dikesempatan pagi ini diberkahi Allah kemampuan untuk menuliskan kenangan manis masa kecil bersebab saat ini sudah usia dewasa.

Perhatikan Poto diatas, itu merupakan galangan pagar pembatas jembatan di kampung Kula.

Jembatan ini historis banget bagi kula. Iseng nya masa kecil, berani nya masa kecil membuat Kula tersenyum sendiri dan geleng- kepala bila diingat.

Apa yang kula lakukan dengan galangan jembatan itu. Bersama teman kerap melakukan lompatan berputar salto diudara bermaksud menceburkan diri ke sungai. Kurang lebih sepuluh meter ketinggian jembatan.

Adaklanya kami bermain lompatan, anak perempuan histeris ngeri mungkin menyaksikan teman laki-lakinya melompat dari atas jembatan. Masa menyenangkan tiada berbanding dengan apapun.

Dokpri

Namun lamunan kenangan itu buyar sudah karena melihat kondisi sungai nan jernih berubah menjadi penampungan sampah.

Siapa gerangan orang yang tak bertanggungjawab atas prilakunya itu.

Jernihnya air, melimpahnya ikan tak nampak seperti dulu.

Kecewa, marah, namun kepada siapa mengadu.

Adakah rumput yang bergoyang peduli kelestariannya,? sekalipun Kula peduli tak mampu menggapainya seorang diri.

Saat ini tahun 2023, akan kah bertahan entah sepuluh atau dua puluh tahun kemudian sungai masa kecil ini.? hanya mampu menjawab dengan suka cita.

Dokpri

Anak kecil masa kini saja tak tertarik keberadaanya. Entah dimasa depan kelak.

Bila melihat kondisi seperti itu wahana masa kecil ini, ingin rasanya menjadi ” Spiderman”. Hehe.

Tapi tak mungkin ya karena tokoh itu dongeng modern.

 

Ampuni Kula, kamu dan kita semuanya Yaa Rabb ,Maha Pencipta pemilik alama jagat raya, Allah Swt.Aamiin.

 

Atas karunia yang diberikan tapi tak mampu memelihara dan melestarikan.

Mari jaga dan lestarikan, bersama untuk tidak meng-abaikan-nya.

Sungai masa kecil tak terhapus dalam ingatan.

 

Salam Literasi

Asikin Widi Jatnika

 

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar

  1. Selamat Pagi Kang Deden. Masa kecil masa paling indah. Hampir sama saya di desa Tempino Jambi juga mengalami mandi bareng di kolam. Kasihan juga generasi sekarang mereka tidak bisa menikmati keindahan alam. Sungai tercemar, udara be pulusi, Apa nak dibuat. Apalah awak ini kata orang melayu. Hanya bisa berdoa semoag alam kita bisa dikembalikan seperi alam terindah yang tidak tercemar. Salam Literasi.