Shalat Jumat di masjid dekat rumah tadi siang saya mendapat kejutan. Saat masuk masjid saya melihat sajadah sudah terbentang menunggu jamaah datang menunaikan kewajibannya. Tanda silang sebagai pembatas jarak antar jamaah sudah tidak ada lagi, rupanya pihak pengurus masjid sudah yakin kalau virus Corona sudah tidak ada lagi di kampung kami. Walau hanya tiga baris atau saf bagian depan saja yang digelar karpet, tapi itu sudah cukup untuk menandakan bahwa pengurus masjid sudah yakin kalau si Corona tidak akan mengganggu lagi. Jamaah yang datang pun banyak yang sudah tidak memakai masker.
Saya lalu mengambil tempat di baris ke empat, menggelar sajadah yang saya bawa dari rumah di belakang sajadah masjid yang terbentang. Sambil tetap mengambil jarak dengan jamaah di sebelah kiri dan kanan serta depan, serta tetap memakai masker.
Sebagaimana biasanya, shalat jumat di sini berlangsung lebih cepat. Khutbah masih tetap disampaikan dengan full bahasa Arab, waktu yang terpakai buat khutbah pun hanya sekitar 6-8 menit. Beda dengan khutbah jumat di masjid-masjid yang sering saya singgahi di banyak tempat, baik di Jakarta maupun luar Jakarta, yang waktu khutbahnya bisa mencapai antara 20 hingga 30 menit. Walau disampaikan dengan bahasa Indonesia, namun sering disambut oleh jamaah dengan manggut-manggut, bukan karena paham dengan apa yang disampaikan Khatib atau Pengkhotbah, tapi karena mengantuk, bahkan ada yang ketiduran.
Selesai shalat jumat yang ditambah zikir dan berdoa, saya pulang kerumah. Dalam hati saya berdoa, semoga saja apa yang saya temui barusan benar-benar menjadi kenyataan, dimana keseharian kita tidak lagi diganggu dengan kecemasan atau ketakutan terhadap gangguan virus yang mematikan itu. Insya Allah.