Belajar dari Orang-orang Cerdas

Watch your thoughts, for they become your words

Watch your words, for they become your actions

Watch your actions, for they become your habits

Watch your habits, for they become your character

Watch your character, for they becomes your destiny

In other words, what you think, you become

Margaret Thatcher (perdana menteri wanita pertama di Inggris)

Ketika bertemu dengan teman-teman yang dianugerahi kecerdasan luar biasa, saya menemukan hal-hal unik. Seolah pisau yang terus diasah, mereka yang memiliki otak encer pun ternyata terus mengasah kemampuannya.

Ada yang menghabiskan malam sebelum tidur dengan belajar. Ada yang rutin mengerjakan soal-soal latihan setiap hari. Ada yang membaca ulang apa yang telah dipelajari. Ada juga yang selalu mencari teman belajar yang berbeda-beda.

Teman saya yang mencari teman belajar itu berkata,  “Saya harus bisa belajar dalam kondisi apa pun dan dengan siapa pun. Oleh karena itu saya suka belajar dengan orang yang berbeda-beda”.

Saat praktik lapangan ketika kuliah, saya menemukan murid yang luar biasa cerdas. Mereka bahkan sering ikut olimpiade. Jangan tanya buku sekolah, buku-buku kuliah pun sudah mereka lahap. Masya Allah.

Satu hal yang menjadi kesamaan mereka adalah : habits yang baik dalam proses belajar. Mereka tak hanya mengandalkan guru di sekolah. Mereka sudah mampu belajar secara mandiri. Mencari referensi tambahan dari berbagai sumber. Bahkan ada yang sampai ikut les juga. Yap, mereka tekun dalam belajar.

Saat sebagian siswa merasa belajar itu melelahkan, orang-orang cerdas ini, karena habits-nya yang baik, membuat belajar menjadi menyenangkan. Beberapa habits baik yang saya temukan dari mereka, yaitu:

Daya Baca yang Tinggi

Saat belajar, tentu kita akan membaca. Orang-orang cerdas yang saya temui selalu memiliki daya baca yang tinggi. Mereka mampu melahap buku-buku tebal. Melahap berbagai jenis bacaan. Membaca banyak buku pengetahuan.

Salah satu teman saya malah ada yang jika pergi ke toko buku, minimal satu keranjang penuh buku akan selalu ia beli.

Target yang Lebih Besar

Teman-teman atau murid saya yang cerdas selalu memiliki target yang besar. Misal mereka belajar untuk masuk universitas ternama. Jika sudah tercapai, mereka akan membuat target baru yang tak kalah besar. Contohnya murid saya. Saat ia pernah menjadi juara olimpiade ketiga nasional, di tahun berikutnya ia menargetkan yang lebih tinggi lagi.

Hal ini bukan isapan jempol semata. Teman kostan saya selalu berlatih soal setiap hari. Se-ti-ap- ha-ri. Tanpa jeda. Hasilnya? Ia lulus dalam tes masuk mandiri dan nasional berbagai universitas ternama.

Haus Ilmu

Keingintahuan yang besar telah mendorong mereka untuk senantiasa belajar. Pepatah mengatakan, semakin banyak kita tahu, semakin sadar diri kita bahwa kita adalah makhluk yang bodoh. Rupanya kalimat bijak tersebut terpatri dalam hidup mereka. Apa yang mereka ketahui tidak membuat mereka sombong. Namun justru mendorong mereka untuk belajar dan belajar lagi.

Salah satu kakak kelas saya bahkan bisa menguasai berbagai alat musik seperti biola dan organ hanya dengan belajar mandiri. Rasa ingin tahunya telah mendorong untuk mempelajari hal-hal baru.

Golden Time

Mereka yang cerdas memiliki waktu emasnya sendiri. Ada yang belajar sebelum tidur, setiap memiliki waktu luang, setelah subuh, atau sepulang sekolah. Golden time ini dari pengamatan saya, bisa berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Hal ini tentunya berkaitan dengan gaya belajar masing-masing. Kuncinya adalah mengenali diri sendiri dan waktu terbaik di saat kita paling ingin dan semangat belajar. Maka, belajarlah pada saat itu.

Berbagi Ilmu

Hal yang juga sering dilakukan oleh teman-teman saya adalah berbagi ilmu. Mereka tak pernah pelit membagikan apa yang sudah mereka pahami. Mereka akan membantu teman-teman yang lain yang masih merasa kesulitan. Mereka akan bantu menjelaskan dengan catatan mereka sendiri. Seperti tutor sebaya. Yah, bukankah ilmu itu akan semakin bertambah jika dibagikan?

Bermain

Menjadi pintar atau cerdas ternyata tidak membuat mereka (teman-teman saya) lupa untuk bermain. Ada kalanya mereka benar-benar menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Bersama sahabat atau keluarga. Itulah mungkin yang membuat mereka tetap “waras”.

Ya, memiliki hubungan yang baik dengan sesama menjadikan mereka sosok pribadi cerdas yang tak mudah stress akibat belajar. Meski demikian, mereka yang cerdas ini selalu memiliki batas. Mampu mengendalikan diri kapan saatnya belajar dan kapan waktunya bermain.

Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan

Teman-teman yang saya jumpai selalu memiliki keseimbangan dalam hidup. Ada yang pintar di matematika, namun senang membaca buku-buku sastra. Ada yang jago fisika sekaligus mahir dalam bidang seni. Ada yang pandai di IPA dan aktif di bidang olah raga. See? Otak mereka tak melulu berisi rumus kok.

Nah, adakah beberapa di antara habits di atas yang kita miliki?

Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan