“Guru terbaik yang mengajarkan kesabaran pada dirimu adalah permasalahan hidup.” Anonim

Suatu hari, saya pernah meminta anak didik saya untuk menulis. Tanpa atau pun disertai nama mereka (tujuannya agar mereka bisa menulis sebebas mungkin). Isinya tentang aktivitas sehari-hari, siapa orang yang paling dekat disertai alasannya, serta apa yang ingin mereka sampaikan bila hari itu adalah hari terakhir mereka di dunia.

Saat membaca satu demi satu lembaran kisah mereka, saya terharu, bangga, dan kadang sesekali tersenyum. Bagaimana tidak? Sebagian dari mereka ada yang harus bertahan dengan kondisi orang tua yang bercerai. Ada juga yang salah satu orang tuanya sudah meninggal. Ada yang sedari kecil tinggal dengan saudara atau nenek. Serta kisah pilu lainnya.

Di antara mereka juga ada yang orang tuanya sedang sakit. Ada yang tak terlalu dekat dengan keluarga. Ada sosok sosok yang merindukan. Namun, satu hal yang pasti. Di kelas, mereka selalu tampak ceria.

Betapa saya kagum atas mereka yang mampu bertahan dengan permasalahan yang ada. Saya tak bisa bayangkan bagaimana bila seandainya saya di posisi mereka. Sungguh, mereka adalah manusia-manusia hebat.

Di luar kelas yang saya ajar, saya juga sering menemukan kisah-kisah hebat yang dimiliki murid di sekolah kami. Ada anak yang tidak senang belajar, namun ternyata ia senang membantu ibunya. Anak lelaki ini bahkan pernah saya lihat membawa sekantung keresek belanjaan untuk keperluan dapur.

Ada juga sosok yang ikut menjadi kuli pasir bila liburan tiba. Untuk membantu perekonomian keluarga, tentu. Yah, di daerah kami memang banyak galian pasir. Ada yang ke sekolah sambil berjualan telur asin, kue sederhana, hingga rujak.

Ada yang menjadi tukang parkir setiap akhir pekan. Ada yang ikut menjaga toko bersama orang tuanya. Ada juga yang ikut berjualan mainan atau pergi ke kebun membantu orang tua di luar jam sekolah.

Di antara mereka banyak yang menahan diri saat teman-teman yang lain jajan di saat istirahat. Hanya berkumpul bersama teman karena memang tak ada uang. Saat banyak anak yang naik angkot meski jarak rumahnya dekat, beberapa masih ada yang harus berjalan kaki berkilo-kilo meter untuk pergi pulang sekolah.

Inilah keadaan murid di sekolah saya.

Bagi saya, mereka adalah guru kehidupan sejati. Anak yang pendiam atau selalu tampak ceria. Anak yang kadang terlibat masalah karena mencari perhatian. Anak yang kadang membolos keluar kelas atau anak yang pintar sekalipun, mereka memiliki kisah hidup yang luar biasa.

Terkadang, saya memberi motivasi di kelas. Sesekali, saya juga menceritakan kisah tokoh yang sukses walau mereka berasal dari keluarga sederhana atau bahkan penuh permasalahan hidup.

Saya selalu berharap, kisah-kisah tersebut dapat menginspirasi mereka. Menjadikan mereka orang-orang yang masih memiliki mimpi untuk kehidupan yang lebih baik. Menjadikan mereka sosok yang penuh optimisme dalam hidup. Menjadikan mereka para pejuang tangguh. Menjadikan mereka sosok yang akan memperjuangkan mimpi-mimpinya.

Mereka memiliki potensi yang luar biasa. Tempaan hidup yang sulit membuat kebanyakan dari mereka menjadi bersikap lebih dewasa.

Terima kasih anak-anak, kalian adalah guru kehidupan Budit*.

 

*panggilan saya di sekolah.

Tinggalkan Balasan