Guru, Pembentuk Kebudayaan

Hari ini saya kembali belajar di Platform Merdeka Mengajar. Merdeka Belajar adalah topik yang saya pilih kali ini. Meski judulnya merdeka belajar, modul ini lebih berupa refleksi untuk para pendidik. Sudah menjadi guru yang seperti apa saat ini? Apakah sudah menjadi guru yang mampu menuntun para muridnya?

Apakah pendidikan zaman kolonial masih kita terapkan saat ini? Karena keadaan kita saat ini adalah buah dari Pendidikan yang kita dapatkan dulu. Meski begitu, bukan berarti kita harus mengajar dengan cara yang sama sebagaimana dulu kita (atau mungkin saya saja) rasakan.

Setiap kita bisa berubah. Kita (pendidik) hanya perlu menyelaraskan peran guru yang relevan dengan kondisi murid dan zaman. Sebagaimana Ki Hajar Dewantara yang berpikir bahwa mendidik anak sama dengan mendidik rakyat. Tak heran bila guru disebut sebagai pembentuk kebudayaan masa depan (melalui murid-muridnya).

Seorang guru mampu menebalkan kodrat-kodrat baik yang dimiliki oleh peserta didik. Membantu murid dalam mengoptimalkan potensinya masing-masing.

Mengapa kita ingin menjadi pendidik? Siapa saja sosok guru yang kita senangi dulu? Barangkali jawabannya akan membantu kita untuk merefleksikan diri dengan lebih baik.

Bagaimana kemudian kita berupaya menjadi guru yang bertutur kata lembut, mendengarkan pendapat murid, serta memotivasi murid-muridnya. Sebagaiaman sistem among, ing ngarso sing tuladha, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani.

Seorang guru harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya, memberi semangat serta dorongan (motivasi) agar para murid mampu melejitkan potensinya.

Sepertinya saya masih harus banyak berbenah. Semoga di lapangan nanti, dimulai dengan penerapan kurikulum yang baru, saya dan kita semua bisa menjadi guru yang lebih baik lagi. Aamiin.

Tinggalkan Balasan