KMAC 22 Redundant 19: Ompung

Redundant 19: Ompung

Oleh Erry Yulia Siahaan

Kok, banyak sekali yang dipanggil ompung, Ma,” kata anak sulung saya suatu ketika. Waktu itu dia masih kecil. Kami sedang menghadiri sebuah acara keluarga besar. Om-om dan tante-tante saya hadir. Anak-anak saya harus memanggil mereka semua “ompung” karena ada jarak dua generasi di antara mereka.

Wajar kalau anak saya heran. Setahu dia, ompung atau neneknya adalah yang tinggal di Cililitan, Jakarta. Ompung Saka boru, demikian sebutan untuk ibu saya itu. Loh, kok sekarang malah muncul ompung-ompung lain dan banyak pula, begitu pikirnya. Saya kemudian memberikan penjelasan, sehingga dia akhirnya mengerti.

(Sumber: Lawyersclubs)

Ompung (dibaca: oppu atau oppung) adalah panggilan hormat dalam komunitas Batak untuk orangtua dari ayah dan ibu. Namun, panggilan ini secara umum juga biasa digunakan untuk setiap orang yang usianya sebaya dengan kakek-nenek kita. Ompung doli berarti kakek, sedangkan ompung boru berarti nenek. Jadi, kata doli dan boru merujuk gender, laki-laki ataukah perempuan. Sedangkan cucu disebut pahompu, meskipun dalam realita seringkali seorang ompung memanggil cucu-cucunya cukup dengan nama.

Untuk memudahkan identifikasi bahwa seseorang adalah kakek atau nenek yang mana, sebutan ompung biasanya diikuti dengan nama. Nama itu diambil dari cucu pertama si ompung. Jika ompung mempunyai anak laki-laki dan perempuan, sebutannya diambil dari nama cucu pertama dari anak laki-laki. Jika anak laki-lakinya belum mempunyai keturunan, ompung mengambil dulu nama cucu pertama yang lahir dari anak perempuan. Jika ompung tidak mempunyai anak laki-laki, berarti panggoaran-nya (penamaannya) sudah jelas, dari cucu pertama yang lahir dari anak perempuan.

Seperti ibu saya. Dulu, ibu saya sempat dipanggil dengan Ompung Martuah, sesuai dengan nama cucu pertama dari kakak perempuan saya yang paling tua. Waktu itu abang saya belum menikah. Begitu abang saya mempunyai anak, dan anaknya diberi nama Saka, ibu saya langsung digoari (dinamai) Ompung Saka. Lengkapnya, Ompung Saka boru.

Silsilah (Sumber: Albertus Devin/mojok.co)

Partuturan

Dalam masyarakat Batak, partuturan sangat penting dilakukan. Partuturan adalah cara bertutur-sapa dalam berinteraksi secara adat Batak, berdasarkan silsilah keluarga. Ini merupakan bentuk penghormatan antara satu dengan yang lain, dan untuk mencegah ketersinggungan hanya karena salah menyebutkan panggilan kepada seseorang.

Panggilan kekerabatan dalam adat Batak cukup banyak, sesuai dengan urutan generasi dan hubungan kekerabatan. Seorang tante atau bibi dalam adat Batak Toba, misalnya, bisa saja dipanggil dengan Namboru, Inanguda, Inangtua, atau Nantulang. Sebaliknya, seorang om atau paman bisa dipanggil dengan sebutan Amangboru, Amanguda, Amangtua, atau Tulang Salah menyebut bisa berabe. Orangtua bisa malu. Bisa-bisa orangtua dinilai tidak pernah mengajarkan adat Batak kepada anak-anak.

Berikut ini sebutan-sebutan dalam bertutur-sapa dalam masyarakat Batak (berdasarkan pengalaman saya dan dari sejumlah sumber):

Amang-Inang, Angkang-Anggi

  • Amang-Inang adalah sebutan untuk ayah dan ibu. Sedangkan angkang-anggi sebutan untuk kakak-adik yang sama gender-nya dengan kita. Kalau berbeda gender, panggilannya adalah ito.
  • Amang, Among atau Bapa adalah panggilan kepada ayah (biasanya ayah kandung).
  • Inang, Inong, atau Omak adalah panggilan kepada ibu (biasanya ibu kandung).
  • Haha, Hahang, atau Angkang adalah panggilan satu gender untuk yang lebih tua. Atau, panggilan seorang laki-laki kepada (1) abang kandung dan abang sepupu (anak dari amang tua) dan orang lain yang satu marga dan setingkatan dengan abang, (2) istri dari abang (angkang boru) atau biasa dipanggil angkang saja (dibaca: akkang), (3) pariban yang lebih tua (bisa juga dipanggil kakak), atau panggilan seorang perempuan kepada (4) kakak kandung dan kakak sepupu (anak dari amang tua) dan orang lain yang satu marga dan setingkatan dengan kakak tapi satu gender, (5) suami dari kakak, (6) nenek dari suaminya (angkang mangulahi).
  • Anggi adalah panggilan satu gender untuk yang lebih muda. Atau, panggilan seorang laki-laki kepada (1) adik kandung dan adik sepupu (anak dari amang uda) dan orang lain yang satu marga dan setingkatan dengan adik, (2) istri dari adik (anggi boru) atau biasa dipanggil inang, (3) pariban yang lebih muda (bisa juga dipanggil adik), atau panggilan seorang perempuan kepada (4) adik kandung dan adik sepupu (anak dari amang uda) dan orang lain yang satu marga dan setingkatan dengan adik tapi satu gender, (5) suami dari adik, (6) panggilan seseorang yang sudah tua atau nenek-nenek kepada istri dari cucunya (anggi mangulahi).

Tulang-Nantulang, Amang Tua/Muda-Inang Tua/Muda

  • Tulang adalah panggilan kepada (1) saudara laki-laki dari ibu kita, (2) laki-laki yang satu marga dengan ibu kita dengan urutan keturunan setingkat dengan ibu kita, (3) anak laki-laki dari saudara laki-laki nenek kita, (4) paman dari istri kita (tulang mangihut), (5) laki-laki yang merupakan ipar dari saudara laki-laki ayah maupun ibu kita, (6) panggilan kita (laki-laki) kepada cucu laki-laki dari paman kita atau anak dari tunggane kita (tulang naposo).
  • Nantulang adalah panggilan kepada (1) istri dari tulang atau paman, (2) orang yang lebih tua (perempuan) yang satu marga dengan bibi, (3) panggilan seorang laki-laki kepada istri dari anaknya tunggane (istri dari tulang na poso) atau istri dari cucunya tulang (nantulang na poso).
  • Amang Tua atau Bapa Tua adalah panggilan kepada (1) saudara laki-laki dari ayah, yang lebih tua, (2) laki-laki yang satu marga dengan urutan keturunan setingkat ayah tapi usianya lebih tua dari ayah, (3) suami dari kakak perempuan ibu (suami dari inang tua), (4) bapak dari ompung doli atau biasa disebut amang tua mangulahi.
  • Inang Tua, Nangtua, Omak Tua, atau Maktua adalah panggilan kepada (1) istri dari saudara laki-laki ayah yang lebih tua, (2) istri dari orang yang satu marga dengan urutan keturunan setingkat ayah tapi lebih tua, (3) kakak perempuan ibu kita, (4) istri dari amang tua, (5) ibu dari ompung doli atau biasa disebut inang tua mangulahi.
  • Amang Uda atau Bapa Uda adalah panggilan kepada adik laki-laki dari ayah, (2) laki-laki yang satu marga dengan urutan keturunan setingkat ayah tapi lebih muda, (3) suami dari adik perempuan ibu, (4) suami dari inang uda.
  • Inang Uda atau Nanguda adalah panggilan kepada (1) istri dari adik laki-laki ayah, (2) istri dari orang yang satu marga dengan urutan keturunan setingkat ayah tetapi lebih muda, (3) adik perempuan ibu, (4) istri dari amang uda.

Bere-Maen-Boru

  • Bere adalah (1) panggilan kita (laki-laki) kepada keponakan dari saudara perempuan atau anak dari ito kita, (2) panggilan kita (perempuan) kepada anak dari saudara perempuan dari suami kita, (3) panggilan kepada abang dan adik dari menantu kita yang laki-laki (abang dan adik dari hela kita).
  • Maen atau Parumaen adalah (1) panggilan kita (laki-laki) kepada anak perempuan dari tunggane kita, (2) panggilan kita (perempuan) kepada anak perempuan dari ito kita, (3) panggilan kepada menantu perempuan kita (istri dari anak kita).
  • Hela adalah panggilan kepada menantu laki-laki kita (suami dari boru kita) – di mana pada saat memanggil hela, biasanya kita menyebutkannya dengan sebutan “amang” atau “amang hela“. Seorang hela (menantu laki-laki) ketika dia masih berpacaran dengan boru kita (belum resmi menjadi menantu), dipanggil “bere” oleh kita.
  • Boru adalah panggilan ayah kepada putrinya atau kepada setiap istri bere.

Simatua, Lae-Tunggane-Eda

  • Simatua adalah panggilan kepada mertua: (1) amang, simatua doli, atau simatua baoa untuk mertua laki-laki, (2) Inang atau simatua boru untuk mertua perempuan.
  • Lae (hanya untuk panggilan sesama laki-laki) adalah panggilan kita (laki-laki) kepada (1) anak laki-laki dari namboru kita, (2) suami dari saudari kita yang perempuan. Panggilan “lae” pada sebagian besar wilayah di Toba juga digunakan untuk memanggil “tunggane” kita.
  • Tunggane (hanya untuk panggilan sesama laki-laki) adalah panggilan kita (laki-laki) kepada (1) saudara laki-laki dari istri kita, (2) anak laki-laki dari tulang kita.
  • Eda (hanya untuk panggilan sesama perempuan) adalah panggilan kita (perempuan) kepada (1) anak perempuan dari tulang kita, (2) istri dari saudara laki-laki kita, (3) panggilan sesama perempuan yang sebaya tetapi beda marga atau beda boru (marga adalah sebutan nama keluarga untuk laki-laki, boru adalah sebutan nama keluarga untuk perempuan).

Amangboru-Namboru, Amang/Inang Naposo

  • Amangboru adalah panggilan kita kepada (1) suami dari saudari ayah kita, (2) suami dari perempuan yang merupakan keturunan satu marga dengan kita yang urutannya setingkat dengan ayah, (3) suami dari namboru.
  • Namboru (sering disingkat “Bou”) adalah panggilan kita kepada (1) saudara perempuan ayah kita, (2) perempuan yang merupakan keturunan satu marga dengan kita dengan urutan keturunan setingkat ayah, (3) istri dari amangboru.
  • Amang (Na)poso, Bapa (Na)poso, atau Ama (Na)poso adalah panggilan kita (perempuan) kepada (1) keponakan laki-laki dari saudara laki-laki kita atau anak dari ito kita, (2) laki-laki yang memangil kita “namboru”, (3) semua laki-laki yang marganya sama dengan kita tetapi urutan keturunannya di bawah kita (setingkat dengan anak kita). Panggilan ini di beberapa daerah disebut juga Paraman.
  • Inang (Na)poso adalah panggilan kita (perempuan) kepada (1) istri dari amang na poso kita, (2) menantu perempuan dari saudara laki-laki kita.

Ito-Pariban, Inang-Amang, Inang Bao-Amang Bao

  • Ito atau Iboto (hanya untuk panggilan antar lawan jenis) adalah (1) panggilan seorang laki-laki kepada saudara perempuannya atau sebaliknya, (2) panggilan umum lawan jenis dalam budaya Batak Toba, (3) panggilan seorang laki-laki kepada perempuan yang satu marga dan sebaya atau sebaliknya, (4) panggilan seorang laki-laki kepada saudara perempuan dari ompung doli dari ayahnya (ito mangulahi, lebih tepatnya ito mengulangi ke atas), (5) panggilan seseorang yang sudah tua kepada cucu dari saudara laki-laki (ito mangulahi, lebih tepatnya ito mengulangi ke bawah).
  • Pariban adalah (1) panggilan dari seorang laki-laki kepada anak perempuan dari tulang, (2) panggilan dari seorang perempuan kepada anak laki-laki dari namboru kita, (3) panggilan kita kepada laki-laki yang istrinya sama marga/boru dengan marga istri kita.
  • Inang (Ibu) adalah (1) panggilan kepada perempuan yang lebih tua dari kita atau kepada orang (perempuan) yang dituai, (2) panggilan umum untuk menghormati semua perempuan, (3) panggilan umum kepada menantu perempuan (inang-parumaen).
  • Amang (Bapak) adalah (1) panggilan kepada pria yang lebih tua dari kita atau orang (pria) yang dituai, (2) panggilan umum untuk menghormati para pria, (3)    panggilan umum kepada menantu laki-laki (amang-hela).
  • Inangbao adalah panggilan seorang laki kepada (1) istri dari saudara laki-laki istrinya, (2) istri dari tunggane-nya, (3) istri dari iparnya.
  • Amangbao adalah panggilan seorang perempuan kepada (1) suami dari saudara perempuan suaminya, (2) suami dari eda-nya, (3) suami dari iparnya.

Ompung-Pahompu

  • Ompu atau Ompung adalah panggilan kepada kedua orangtua dari ayah dan ibu dan merupakan panggilan umum untuk seseorang yang usianya setara dengan kakek-nenek kita, baik dari ayah maupun ibu. Secara gender dibedakan menjadi ompung doli (kakek) dan ompung boru (nenek).
  • Pahompu berarti cucu. Biasanya seorang ompung memanggil cucunya cukup dengan nama saja.

Sepintas memang rumit. Banyak sekali yang harus dihafal. Namun, jika sudah sering diterapkan, semua akan mudah. Benar kata pepatah, “ala bisa karena biasa”. Generasi muda kita perlu mengetahui unsur-unsur budaya semacam itu, supaya bentuk kearifan lokal tersebut tidak punah. “Pekerjaan rumah” buat kita. ***

Tinggalkan Balasan