Ilustrasi cover novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren (Foto by Ajinatha).
Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren ini ditulis khusus dalam rangka mengikuti program KMAB yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022.
Episode 12
Besoknya usai mencari referensi untuk makalah symposium minggu depan, dari Perpustakaan Pusat itu aku langsung menuju Fakultas MIPA yang hanya berjarak seratus meter saja.
Seperti janji kemarin, kami bertemu di Kantin Kampus pada siang itu. Aku mencari meja dimana Tiffany menungguku. Aku melihat Tiffany memanggilku sambil melambaikan tangannya.
“Hai Fanny! Apa kabar?”
“Baik Mas Hen! Kapan lulus ahli bedahnya nih?”
“Masih sedang berjuang biar cepat lulus,” kataku sambil tertawa.
“Lama kita tidak ketemu ya. Jadi ada berita penting apa Mas?” Tanya Tiffany langsung ke tujuan pertemuan ini. Tiffany memang orang yang tidak suka dengan basa-basi.
Aku mengawali cerita Mikayla saat pertama kali bertemu di Halte depan kampus, lalu berkenalan di Perpustakaan Pusat. Sampai akhirnya aku berkunjung ke tempat kostnya.
“Benar Kayla dulu pernah terjerumus di protitusi online namun sudah lama dia tidak lagi.” Jelas Tiffany sambil memandangku tajam sambil tersenyum.
“Kenapa kamu senyum-senyum gitu?”
“Ah gak apa-apa. Aku udah menduga kalau Mas Hendar mau cerita tentang Kayla.” Kata Tiffany masih sambil tersenyum.
“Kayla juga sering bercerita tentang Mas Hendar. Dia bilang sangat nyaman ketika ngobrol. Ada perasaan damai ketika mendengar nasehat Mas Hendar.” Lanjut Tiffany.
“Aku bilang pada Kayla kalau Mas Hendar itu anak seorang Kiyai sehingga setiap tutur katanya penuh dengan nasehat.”
Sungguh aku terkejut bercampur dengan rasa senang mendengar kalimat-kalimat yang baru saja diucapkan Tiffany ini.
“Fany, kamu itu terlalu berlebihan. Aku jadi malu karena tidak seperti yang kamu katakan itu.” Kataku menyangkal.
“Aku bilang apa adanya Mas. Dan, Kayla benar-benar suka mendengar ceritaku.”
Aku hanya mengangkat bahu, menyerah. Sebenarnya sangat berat bagiku menyandang sebagai seorang putra Kiyai yang sangat disegani di Pesantren Darul Madinah.
Tiffany, gadis oriental berkulit kuning langsat ini hanya tersenyum manis ketika melihatku begitu gugup.
Dengan tuturan ceritanya kepada Mikayla pantas saja akhirnya Mikayla tahu aku adalah anak seorang pemilik dan pengasuh pesantren.
Aku mencoba sebanyak mungkin mencari informasi tentang Mikayla melalui Tiffany.
“Fany, kamu sudah lama berteman dengan Kayla?”
“Sejak semester satu.”
“Sudah lama sekali. Sekarang sedang menyusun skripsi ya. Fany pasti sudah mengenal dekat tetang Kayla.”
“Iya Mas. Semua uneg-uneg Kayla ada padaku. Bahkan cerita tentang Mas Hendar juga.” Kata Tiffany mulai menggoda.
“Dia cerita apa tentang aku?” Tanyaku bikin penasan saja.
“Penasaran ya,” kata Tiffany dengan mimik wajah menggoda. Aku hanya tersenyum kecut digoda seperti itu.
“Nanti aja ah ceritanya,” kembali suara Tiffany menggoda.
“Oke, oke. Tapi Fany sekarang Kayla sudah tidak lagi di dunia itu kan?” Tanya penuh khawatir. Tiffany sejenak menatapku lalu gadis cantik Tionghoa ini tersenyum.
“Kayla sudah dua tahun lalu tidak lagi di sana. Hanya dalam dua bulan ini dia sering dibujuk untuk kembali oleh mantan germonya dulu.”
“Terus gimana, Kayla mau?”
“Kok Mas Hendar perhatian banget sih?” Tiffany menatapku heran tapi sambil senyum penuh arti. “Ah jangan-jangan Mas Hen udah mulai ehm,” kata Tiffany masih sambil tersenyum.
“Fany! Jangan-jangan. Itu maksudnya apa?”
“Iya jangan-jangan Mas Hendar mulai suka ya sama Kayla?” Mendengar ini aku baru sadar kalau tadi aku begitu bersemangat mencari tahu tentang Mikayla.
“Mas Hen tenang saja. Kayla sekarang sudah tidak mau lagi ada di sana.” Jelas Tiffany yang membuat aku merasa lega.
“Oh ya bagaimana skrispimu Fany?” Aku sengaja mengalihkan pembicaraan karena informasi penting tentang Kayla sudah aku dapatkan.
“Draft nya masih ada di Pembimbing.”
“Sama dong seperti punya Mikayla masih ditahan pembimbingnya.”
“Lho kok Mas Hendar tahu?”
“Iya waktu itu ketemu di Perpustakaan sempat ngobrol sebentar.”
“Bagus Mas Hen. Bagi saya sih berharap Kayla banyak bergaul dengan orang seperti Mas Hendar ini.” Kata Tiffany.
Mendengar ini membuat hatiku berbunga-bunga. Tentu saja berbunga-bunga bagaimana tidak, sekarang paling tidak ada sahabat dekatnya yang sudah mendukungku untuk lebih dekat lagi bersama Mikayla Angela.
Tapi, aku seperti merasakan bersama Mikayla jalan di depan rasanya semakin terjal. Seterjal apa? Jalan naik yang harus aku daki? Atau jalan turun yang curam dengan jurang yang mengancam? Entahlah aku akan jalani saja.
@hensa.
terima kasih novelnya
terimakasih kembali..
Semakin bikin penasaran
iya mari ikuti terus hingga tamat…