Ilustrasi wanita idaman Jomlo Pesantren (Foto by iStockphoto).
Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren ini ditulis khusus dalam rangka mengikuti program KMAB yang diselenggarakan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan mulai 7 Juli 2022 – 17 Agustus 2022.
Episode 5
“Hendarno Al Ghufron anak bungsu Kiyai Haji Ahsan Ghufron. Tumben nanyain foto Ayam Kampus.” Itu jawaban Arga ketika aku kembali menanyakan foto gadis itu tempo hari yang ada di ponselnya.
“Hen memang kamu mau booking dia?” Kata Arga sambil menyeruput kopi pekat dari cangkir warna hitam.
“Tidaklah, aku hanya ingin memastikan. Rasanya aku kenal dia!”
“Serius?” Tanya Arga penasaran.
“Mangkanya mana foto yang dulu itu?” Tanyaku. Lalu Arga membuka ponselnya lalu mencari foto yang aku maksudkan. Setelah ketemu, ponsel itu diberikannya kepadaku.
Kembali aku memperhatikan foto itu. Benar dia Mikayla. Tapi semakin aku perhatikan aku kembali meragukan foto itu adalah Makayla yang sekarang ini.
Foto itu seperti jepretan yang sudah lama sekali. Diam-diam aku menghafal nomor kontak yang ada pada Chanel itu sebelum mengembalikan ponsel ke Arga.
“Gimana kamu kenal orangnya?” Tanya Arga penasaran.
“Ternyata bukan cewek yang aku kenal.” Kataku acuh tak acuh.
“Bener nih Hen. Bukan apa-apa. Kalau kamu kenal, bisa booking tanpa perantara. Harganya jadi miring.” Arga tertawa.
Sobatku satu ini memang agak urakan. Mendengar istilah booking dan harga miring Arga sebenarnya telah merendahkan seorang wanita. Rasanya miris sekali itu terjadi pada Mikayla.
Pertemuan dengan Arga di Kantin Kampus pagi itu membawa info baru bahwa foto dalam ponsel itu adalah foto lama. Aku juga sekarang memiliki nomor kontak jaringan online Ayam Kampus.
Jangan berpikir “ngeres” dulu, aku mencatat nomor kontak itu hanya ingin memastikan bahwa Mikayla bukan termasuk Ayam Kampus. Caranya dengan berpura-pura memesannya.
Pagi ini usai sarapan bubur ayam di Kantin Kampus, aku bergegas menuju Rumah Sakit sebelum siangnya mengikuti kegiatan akademik spesialis penyakit dalam.
Fokus menjalani kegiatan hari ini dengan paripurna maka akupun merasa begitu banyak manfaat yang aku dapat hari ini. Terutama informasi tentang Mikayla.
Aku masih menggenggam ponsel sambil mencari nomor kontak jaringan Ayam Kampus. Setelah kutemukan lalu “klik” kusambung.
“Hallo!” Suara seorang lelaki menyambut telponku.
“Mas! Mikayla masih kosong?”
“Siapa ini?” Aku tidak menjawab pertanyaannya.
“Kalau masih kosong aku bayar dua kali lipat.” Kataku melanjutkan.
“Yang lain saja Bro. Kayla udah gak di sini!”
“Maksud lu?”
“Dia udah pensiun lama. Dua tahun lalu.”
“Tapi ini fotonya masih ada!”
“Iya belum sempat dihapus.”
Mendengar penjelasan ini rasanya aku merasa lega. Aku sendiri merasa heran dengan kelegaan itu. Aku seakan tidak mempedulikan masa lalunya yang ternyata benar bahwa Kayla dulunya pernah menjadi ayam kampus.
“Hallo Bro gimna jadi pesan yang lain saja?” Tanya Mucikari di seberang.
“Nanti saja.” Kataku pendek dan ponsel itu lalu aku matikan.
Mikayla Angela, wanita yang saat ini selalu menjadi bayang-bayang mataku. Apakah ini yang namanya cinta itu buta?
Tadi di Kantin Kampus, Arga ketika menyebut nama Bapak di belakang namaku, Hendarno Al Ghufron, aku merasakan beban ada di pundakku.
@hensa.
2 komentar