Ilustrasi Foto by Pixabay
Makna terdalamnya sebuah kemenangan adalah semua latihan selama bulan Ramadan penuh berkah tersebut harus mampu diwujudkan dalam keseharian pada sebelas bulan berikutnya hingga kembali bertemu Ramadan tahun depan.
Setiap usai berpuasa selama 30 hari penuh pada bulan Ramadan, setiap itu pula kita mencoba memahami makna terdalam yang bisa diambil.
BACA JUGA : Penerbit YPTD dan Kompasiana, Wujud Kolaborasi Perjuangan Literasi
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkahNya. Banyak pehala tersedia yang bisa diraih oelh para hamba yang taat.
Ibadah puasa di hadapan Allah adalah ibadah yang sangat istimewa karena inilah ibadah yang hanya diketahui oleh hamba bersama Tuhannya.
Sebuah Hadis Qudsi menyebutkan bahwa Allah berfirman: “Setiap kebaikan itu digandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Maka sesungguhnya puasa itu adalah untukKu. Aku yang akan memberinya pahala.”
Begitu pula Rasul Allah pernah berkata bahwa setiap sesuatu itu mempuna pintu dan pintu ibadah itu adalah puasa.
Dua hal di atas menggambarkan betapa istimewanya ibadah puasa, salah satu rukun dari 5 rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh hamba Allah.
Nilai puasa yang memiliki level tinggi di hadapan Allah tersebut memiliki landasan yang kuat yang berguna bagi pembinaan karakter ketauhidan.
Puasa mengandung pelajaran yang bertumpu pada kemampuan untuk menahan diri. Ini adalah amalan sangat rahasia yang hanya diketahui oleh Allah.
Dengan berpuasa kita menahan diri dari rasa lapar dan haus. Selain itu juga menahan diri dari nafsu syahwat, yang merupakan pintu paling disukai setan untuk menjerumuskan hamba Allah.
Perjuangan menahan diri ini seperti mendaki jalan yang sangat terjal. Menahan diri dari syahwat mata dalam memandang.
Menahan diri telinga dari mendengar. Menahan diri mulut dalam berkata. Bahkan menahan diri dari cara berfikir dan bertindak dalam memutuskan sesuatu.
Selama sebulan penuh, pembelajaran dan pelatihan lahir dan batin tersebut berlangsung melalui ibadah puasa.
Jika latihan menahan diri ini berhasil maka semua kebiasaan yang dijalaninya selama bulan Ramadan menjadi hal yang rutin.
Sehingga kebiasaan menahan diri tersebut berhasil membebaskan dari beban hawa nafsu yang membelenggunya.
Kesucian dalam hatinya mulai tampak terasa menjadi hal yang biasa. Syahwatnya bisa dengan mudah mampu dikendalikan.
Ibadah puasa yang dikerjakan dengan penuh kesungguhan, khusyu dalam menjaga hati dan hanya berharap keridhoan Allah. Maka itulah puasa yang memiliki tingkat ibadah istimewa.
Paling tidak kita harus mampu berpuasa dengan mencegah dari hal-hal yang membatalkannya.
Demikian pula utamanya kita harus mampu mencegah pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan anggota badan yang lain dari perbuatan dosa.
Jangan sampai kita berpuasa yang didapat hanya sekedar rasa lapar dan haus saja. Sungguh itu adalah pekerjaan yang yang sangat sia-sia yang dilakukan sebulan penuh.
Maka ketika hari Idul Fitri tiba, berbahagialah para insan Tuhan yang berhasil menyelesaikan semua latihan jiwa dan raga tersebut. Benarkah kita sudah meraih kemenangan dengan tibanya hari Lebaran ini?
Usai sudah bulan Ramadan kita jalani. Makna terdalamnya sebuah kemenangan adalah semua latihan selama bulan penuh berkah tersebut harus mampu diwujudkan dalam keseharian pada sebelas bulan berikutnya hingga kembali bertemu Ramadan tahun depan.
Teringat sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim: “Antara sholat Lima waktu, sholat Jumat ke sholat Jumat berikutnya, Ramadan hingga Ramadan berikutnya.
Akan menjadi kaffarah dosa yang dilakukan di antara amal ibadah itu, selama dosa-dosa besar dijauhi.”
Setelah kembali meraih jiwa yang fitrah, semoga kita selalu terjaga dari segala perbuatan dosa sepanjang tahun hingga kita bertemu kembali Ramadan tahun depan.
Referensi:
Imam Al Ghazali, Teosofia Al Quran
Syaikh Ishamuddin Ash-Shababithi, Shahih Hadits Qudsi dan Syarahnya
Sindangpalay 23 Agustus 2021
1 komentar