Novel : Kisah Cinta Jomlo Pesantren (31)

Fiksiana, KMAB, Novel121 Dilihat

Cover Novel Kisah Cinta Jomlo Pesantren (Ilustrasi Foto by Ajinatha). 

Episode 31. 

Hampir dua pekan aku vakum dari kegiatan Kampus dalam mengikuti progam spesialisai ilmu bedah yang tengah dijalani. 

Hari Senin pagi ini agenda pertama yang aku jalankan adalah bertemu dr Hambali, Dokter Bedah Senior yang juga bergelar Profesor.

BACA JUGA : Kisah Cinta Jomlo Pesantren (1) 

Aku sudah berjanji menemuinya di RS Hasan Sadikin tempat dimana dr Hambali melakukan praktik.

Kota Bandung yang mendung tetapi hanya sedikit ada gerimis turun. Aku baru saja memarkir sepeda motor Jepang antik berwarna hitam itu di area parkir.

Lalu bergegas menuju lantai dua menuju ruang kerja dokter Hambali.

“Silakan duduk Hen!” Kata dokter Hambali menyambutku. “Bagaimana kabar kondisimu? Tampak sudah kembali ceria dan semangat ya.”

“Alhamdulillah dokter. Saya sudah siap kembali mengikuti program-program yang agendanya tertunda.” Kataku.

“Oke Hen. Hari ini ada tiga agenda operasi pasien. Pagi ini dua jadwal di sini dan siang nanti di RS Santosa. Kamu bisa mempersiapkan diri.”

“Baik dokter!”

Aku merasakan ada semangat baru tumbuh lagi untuk menghadapi jadwal hari ini. Fokus hari ini adalah mengikuti kegiatan bedah dari dokter Hambali di dua Rumah Sakit.

Untuk sementara aku harus bisa melupakan masalah yang selama ini tengah aku hadapi. Hilangnya Mikayla Angela yang tanpa jejak dan masalah penganiyaan yang aku alami di ujung jalan layang Pasopati, dua masalah itu disimpan dulu.

Aku benar-benar fokus menghadapi jadwal bedah bersama dokter Hambali yang diawali padapagi hari dan terakhir pada siang menjelang sore.

Sungguh benar-benar jadwal yang sangat padat yang harus aku tuntaskan sebaik mungkin. Aku sudah bertekad untuk segera bisa menyelesaikan studi dokter spesialis ini secepat mungkin.

Sudah dua pekan aku seakan menghilang dari kesibukan di Ruang Operasi. Namun ketika kembali berada di ruangan itu, masih terasa keakraban suasananya.

Aktivitas bedah bersama dokter Hambali terasa sangat menyenangkan. Aku benar-benar bekerja dengan fokus di ruang operasi itu.

Maka dalam satu hari itu, tiga kegiatan operasi bedah di dua Rumah Sakit berhasil aku kerjakan bersama mentor senior, dokter Hambali.

Hujan baru saja reda pada sore hari itu. Kota Bandung semakin terasa sejuk sesejuk hatiku yang baru saja menyelesaikan semua agenda hari ini dengan lancar.

Tetiba ponselku berbunyi. Ada nomor tak dikenal, aku ragu mengangkat panggilan ini. Tapi, apakah ini Mikayla, pikirku. Siapa tahu ini adalah Kayla maka aku memijit tombol on di ponselku untuk menerima telpon ini.

“Assalaamu alaikum! Hendarno masih ingat aku?” Tanya seorang gadis di seberang sana. Suaranya lembut dan merdu. Aku seperti mengenal baik dengan suara merdu gadis ini.

“Siapa ya?

“Ayo tebak dong!”

Aku benar-benar diam untuk mengingat-ingat siapa gadis ini. Jelas ini bukan Mikayla juga pasti bukan Annisa yang selalu memanggilku Mas Arno. Setelah lama terdiam, aku menyerah.

“Aku Raina!” Ujar gadis itu. Raina? Aku hanya bisa terperangah.

BERSAMBUNG Episode 32. 

@hensa.

Tinggalkan Balasan

1 komentar