Puisi yang Hilang (5)

Fiksiana, Puisi0 Dilihat

Puisi yang hilang. Dinding terjal spiritual. Menghadang di depan mata. Dinding tinggi tak terdaki. Terjal tak terlewati.

Dinding Gerejamu itu terlalu tinggi dan terjal. Dinding spiritual yang membelenggumu. Ingat Sayang, kamu tidak salah. Akulah yang salah kenapa selalu menganggapmu istimewa.

Kamu tidak pernah salah. Akulah yang salah, kenapa selalu terpesona pada senyum lembutmu dan pesona pandanganmu. Terpukau pada ramah tutur katamu.

Betapa kulihat ketulusan cintamu dari tatapan tulus dengan pandangan jernih. Aku melihat di wajahmu sangat jelas ada ketegasan keyakinanmu dan kekuatan taatmu. Juga kedalaman imanmu.

Dan sepasang matamu yang teduh itu adalah kedamaian bagi hatiku yang gersang. Sepasang mata indah yang banyak bercerita tentang cinta. 

Namun Dinding Gerejamu itu terlalu tinggi dan terjal. Dinding spiritual yang mebelenggumu. Taman Gereja Katedral Santo Petrus itu adalah saksi bisu saat aku hanya mampu memandang Dinding Gerejamu terlalu tinggi dan terjal yang harus kudaki.

Padahal di sana ada cintamu. Tolong beritahu aku, bagaimana cara aku menggapainya. Aku tak berdaya. Hanya berharap cintamu jatuh dalam pelukanku. 

@hensa. 

Tinggalkan Balasan