“Bagaimana yang lain, usulan Kak Indra. Kira-kira jika setuju, kapan kita bisa mulai hal tersebut, atau bisa dibilang kerja bakti ya kak Indra” Kak Adi menanyakan kepada kawan-kawan
“Kalo saya mohon maaf nih, sebelumnya. Saya harus keliling kalo hari minggu. ” Kata Pak Darto
Pak Darto memang anak pesantren, namun nasibnya harus keliling dijalanan sebagai wirausaha berkeliling perumahan. Masih teringat saat diawal Pak Darto hadir di perumahan saya tinggal, kira-kira 20 tahun lalu. “Donat… donaat… donaat… donaaaat.” teriak Pak Darto dengan sepeda bututmya yang membawa keranjang merah bertumpuk empat yang isinya bukan hanya donat, kue kue lain juga ada di dalam keranjang merah yang dijual pagi hari. Lain lagi jika sang surya sudah ingin pamit dari penglihatan, gerobak bakso malang yang dibawanya berkeliling perumahan, dengan iringan mangkung yang dipukul menggunakan sendok menimbulkan bunyi yang khas, “ting.ting…ting..ting.ting..ting” membuat yang mendengar sudah paham bahwa yang lewat adalah bakso Pak Darto. Saat matahari benar benar terbenam, profesi wirausaha Pak Darto tinggalkan, beliau dengan sigap mempersiapkan masjid untuk digunakan sholat berjamaah oleh para jamaah, beliau juga yang bersholawat untuk nabi sebagai pengingat kepada para jamaah bahwa waktu magrib sebentar lagi akan masuk. Suara Pak Darto juga sangat merdu saat bertilawah qur’an dan mengumandangkan adzan. Jadi bisa disimpulkan Pak Darto adalah anak pesantren yang multitalent. Oh iya… Pak Darto sehari hari tinggalnya di masjid, sebelum berangkat berkeliling Pak Darto akan membersihkan seluruh masjid, setelah bersih barulah Pak Darto berkeliling dengan sepeda butut tak lupa keranjang merah selalu dibawa di belakangnya.
“Klo Bu Norma bagaimana, bisa ikut bergabung untuk bersih bersih madrasah” tanya Kak Adi.
“Insyaallah saya siap Kak Adi” Sahut Bu Norma.
“Bagaimana Kak Indra, sebagai yang punya ide” tanya Kak Adi
“Insyaallah hadir Kak adi” jawabku singkat
Hari semakin sore, namun lingkungan Madrasah tidak terasa sepi. Karena hari ini hari kamis, DKM Masjid mengadakan takjil untuk para jamaah yang melakukan puasa sunah. Jadi sembari menunggu adzan magrib beberapa jamaah sudah ada yang datang untuk menunggu adzan magrib dan dilanjutkan buka puasa sunah bersama.
“Pak Darto, Bu Norma, dan Kak Indra, karena hari sudah sore dan apa yang kita ingin bahas sudah ada titik temu, maka pertemuan kita hari, kita akhiri” Kata Kak Adi
“Baik Kak Adi, Terimakasih” Jawab kami semua
“Saya akhiri Assalamu’alaikum Wr. Wb” Salam Kak Adi
“Walaikumsalam” Jawab kami lagi
Sembari membereskan kursi dan meja yang kami pakai rapat tadi, dan membersihkan beberapa botol dan kardus snack yang sudah tidak terpakai lagi. Saya menawarkan tebengan untuk Kak ADi, kebetulan rumah kita seaarah.
“Bareng Kak Adi” tanyaku
“Siap, Boleh banget nih dapat tebengan sampe rumah” jawab Kak Adi
“mister, sekalian ada yang mau ane tawarkan nih ke ente” Kata Kak Adi, dengan bahasa yang tidak lagi formal seperti tadi rapat.
“Apaan mister” Tanyaku
“Nanti ane tunjukkan, saat sampe di rumah” jawab Kak Adi.
Perjalan ke rumah Kak Adi tidak sampai 5 menit, karena memang dekat sekali. Dari madrasah luruus saja sampai melewati dua gang, kemudian di gang kedua belok kanan, hitungan empat rumah sebelah kiri sampe rumah Kak Adi.
“tunggu sebenar mister” Kata Kak Adi, sambil masuk ke dalam rumah.
“Ok” jawabku
“Ini mister, gimana tertarik gak” Kata Kak Adi, sambil memberikan buku berwarna hitam kepadaku
“Buku apaan mister” tanyaku
“Ane ikutan pelatihan menulis mister, udah dua bulan. Kemudian diajak untuk bikin buku ini mister” Kak Adi menjelaskan
“Keren….Antologi apaan Kak Adi?” jawabku lagi, sembari bertanya
“Antologi itu buku yag ditulis keroyokan mister” Kak Adi menjelaskan
“berarti dibuku ini ada ente, mister” tanyaku lagi penasaran
“Iya mister kira-kira begitu” Jawab Kak Adi
“kerenn… kok bisa” lirihku dalam hati
“jadi seperti yang ane bilang mister, ane ikut pelatihan menulis buku bersama PGRI, trus diajak buat buku ini. Lumayan mister buat ada kenangannya, pernah nulis buku, walaupun buku Antologi” Kak Adi menjelaskan, seakan mengetahui rasa penasaranku.
“…” ku hanya manggut-manggut
“gimana mister, harganya murah cuma 70.000” tanya Kak Adi memastikan
“Siap mister, ane pulang dulu yaaa, nanti ba’da magrib ane kesini lagi” jawabku, memberi kepastian kepada Kak Adi
Sepanjang perjalanan pulang bersama si Supra, saya berfikir! kok bisa Adi punya buku yang ditulis bareng bareng, bagaimana caranya. Pikiran itu sepanjang jalan terus ku pikirkan sampai di rumah.
“Assalamu’alaikum Wr. Wb” Salamku sebelum masuk ke rumah
“Walaikumsalam, Ayaaahhhh….” sambut dua bocah kecil dari dalam rumah ketika pintu dibuka dan langsung menggelayut di kaki kiri dan kananku.
“Awaasss Kak, De…. Ayah bersih-bersih dulu” ucapku kepada mereka, namun mereka tetap saja tidak mengerti.
“Kakak, Ade… Ayo biar Ayah mandi dulu, Ayah baru sampe itu dari luar” Suara istriku dari ruang TV.
“tuuuhhh, dengarkan kata Ibu, … ” Pintaku, …