Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1888) seorang pelukis keturunan Arab yang lahir di Semarang mempunyai riwayat hidup cemerlang sebagai seniman. Pelukis yang di mata pengamat dipandang sebagai pelopor aliran romantisme karena obyek gambarnya yang bergerak, penuh drama banyak adegan petualangan.
Salah satu lukisan yang terkenal adalah antara Hidup dan mati (1848) yang melukiskan perkelahian antara Bison dan Singa. Di samping lukisan tentang petualangan Raden Saleh juga melukis penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang.
Ada simbol unik yang membuat Raden Saleh memperlihatkan semangat kebangsaannya. Pada lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro tersebut lukisan orang – orang Belanda kepala mereka cenderung dilukis lebih besar dari proporsi sebenarnya. Ini memberi tekanan bahwa Belanda adalah sombong dan besar kepala serta licik. Pelukisan yang ditunjukkan Raden Saleh sudah menunjukkan meskipun ia belajar cukup lama di Eropa (1830 – 1851) ia tetaplah orang Indonesia yang lebih cinta negaranya sendiri. Ia sangat kritis terhadap penjajah Belanda
Sebagai penulis yang kebetulan mengambil jurusan seni rupa ketika kuliah saya merasa kagum dengan lukisan- lukisan Raden Saleh. Beberapa tahun lalu pernah melihat lukisan Raden Saleh ketika dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia. Lukisan dengan teknik melukis yang diserap lewat pendidikan barat. Pengalaman cukup lama keliling Eropa membuat Raden Saleh sangat fasih menerapkan teknik melukis.
Butuh kecakapan dan bakat luar biasa untuk bisa membuat lukisan seperti halnya lukisan – lukisan pelukis yang kini dijadikan Jalan di Jakarta. Jalan dari Cikin Raya menuju ke Salemba terhubung dengan jalan Raden Saleh. Penanda antara lain masjid dan rumah sakit Cikini.
Lukisan – lukisan Raden Saleh menurut kritikus dan pengamat seni lebih cenderung ke aliran romantisme. Romantisme menggambarkan tentang gambar- gambar dramatis, bersifat petualangan, penuh intrik. Dengan fasih seperti yang tergambar dalam perkelahian antara singa dan bison Raden Saleh menggambarkan detail ekspresi dari kuda dan singa yang sedang berkelahi antara hidup dan mati. Penggambarannya benar benar memukau seperti sedang menyaksikan perkelahian dramatis seperti ketika melihat film documenter atau film triller dan petualangan.
Raden Saleh beruntung bisa mengenyam pendidikan Eropa, Tetapi kecintaan pada tanah air membuat ia kembali ke Indonesia. Meskipun secara budaya ia sudah malang melintang di Eropa tetapi rasa kebangsaannya membuat ia kembali untuk membela bangsanya dengan caranya sendiri.
Apa yang dibuat Raden Saleh merupakan sebuah kebanggaan Indonesia telah memiliki seniman yang bisa berkiprah di tingkat dunia. Bagaimanapun kebudayaan Indonesia telah dikenalkan oleh para seniman terutama seniman lukis. Affandi, Hendra Gunawan, pelukis Bali, Basuki Abdullah menjadi langganan para kolektor seni. Mereka memburu bahkan saking mahalnya mulai muncul lukisan palsu yang membuat para kolektor harus hati- hati membedakan yang asli dan palsu.
Para duplikator dalam dunia lukis bukan duplikator ecek – ecek, mereka bisa meniru dengan persis lukisan dari pelukis yang sedang booming. Nilai karya asli pelukis bisa mencapai milyaran rupiah. Hal ini mengundang mafia pemalsuan lukisan marak.
Sebagai pelukis yang berasal dari Indonesia, Raden Saleh merupakan salah satu pelukis yang sangat dicari lukisannya. Meskipun ada beberapa lukisan yang berkecenderungan terlalu dramatis hingga muncul kengerian para kolektor untuk memajangnya di rumah, tetapi sebagai karya seni lukisan Raden Saleh benar- benar luar biasa.
Semoga sedikit pengetahuan tentang Raden Saleh bisa memberikan apresiasi pada para pembaca yang awam tentang dunia seni rupa khususnya seni lukis. Sebagai penulis yang berangkat dari pendidikan seni rupa perlu mengenalkan pada pembaca bahwa seni budaya khususnya seni rupa merupakan salah satu andalan untuk meningkatkan kiprah Indonesia di mata dunia. Banyak karya seniman dari zaman pra sejarah hingga zaman batu yang bisa dinikmati masyarakat internasional.
Jejak Lukisan yang mendunia itu bisa dilihat di museum- museum di Eropa. Beberapa lukisannya ada yang kembali dan milik pemerintah Indonesia. Untuk masa sekarang ini banyak pelukis yang dikatakan go internasional, seperti Dadang Cristanto yang kini bermukim di Australia, pelukis pemenang lomba Philip Morris seperti Yuswantoro Adi.
Raden Saleh mungkin bukan satu- satunya pelukis yang pernah mengenyam pendidikan di Eropa, banyak pelukis yang bisa belajar di luar negeri, namun nama Raden Saleh sangat melekat sebagai pelopor seni rupa modern. Semoga banyak seniman lain yang bisa berkiprah di tingkat Internasional, karena pembaca tahu banyak talenta- talenta luar biasa yang lahir dari bumi Indonesia ini.