Satu Jam Saja Cukup Menulis Satu Artikel

Humaniora, Literasi124 Dilihat

Sebagai penulis sesibuk apapun baik bila  tetap sediakan satu jam saja untuk menulis. Ada hari hari di mana kesibukan kerja  membuat kesempatan menulis rasanya semakin sulit. Mungkin 24 jam rasanya kurang. Banyak pikiran, banyak tugas tumpang tindih di kepala. Saking banyaknya pekerjaan membuat kesempatan menulis terbengkalai.

Mengatasi Keterbatasan Waktu Menulis

Kalau seorang penulis profesional apapun tantangan dan hambatan tetap harus menulis. Menulis bisa dengan gawai, barang beberapa menit menulis satu paragraf dilanjutkan dengan satu paragraf lain di kesempatan lain dalam sehari. Konsep itu dicatat dan saat pas waktunya konsep itu disatukan dan dipadupadankan.

Ketika banyak tugas dan pekerjaan menumpuk rasanya benar- benar susah, mengosongkan pikiran lalu membuka gawai atau mengambil laptop kemudian menulis. Idealnya sih setiap hari bisa menulis paling tidak satu artikel, tapi bagi penulis pemula, mentargetkan satu hari satu artikel itu rasanya berat. Apalagi kalau membayangkan menulis satu tahun tanpa jeda. Artinya dalam menulis target 360 artikel harus diselesaikan.

Bagaimana kalau tidak ada inspirasi. Pernyataan itu hanya alasan orang malas, inspirasi ada dimana- mana. Ketika telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, hidup bisa mencium bebauan dan tangan masih aktif bergerak, inspirasi tetap akan hadir.

Misalkan benar- benar tidak ada ide lihat saja sekeliling. Pintu pun bisa dijadikan cerita. Penulis bisa menuliskan detail pintu. Bisa membahas warna pintu, jenis kayu yang digunakan, desainnya yang unik, atau sekedar melihat kesibukan semut yang lalu lalang membawa makanan dari sudut pintu menuju tempat persembunyiannya.

Inspirasi Berjalan Saat Menulis

Inspirasi dari indra pendengaranpun bisa  dijadikan ide, misalnya bercerita tentang serangga yang selalu berbunyi di kala senja, suara jengkerik yang menemani manusia saat malam lindap. Ketika sepi terasa, dari indera pendengaran bisa berimajinasi tentang suara tokek yang tiba- tiba berbunyi di sekitar rumah. Atau suara aneh angin dari luar rumah yang bisa saja dijadikan inspirasi judul puisi.

Nah, setelah menulis dan memaksa mengetik, akhirnya ide itu datang membanjir, bahkan bingung karena di saat bersamaan ide- ide itu bermunculan dengan derasnya. Jadi ketika hanya ada waktu satu jam untuk menulis  seorang penulis bisa saja membuat tulisan inspiratif. Tidak masalah dengan banyaknya tugas harian yang membuat kesempatan menulis hilang percuma.

Saya sendiri bukan orang yang benar- benar konsisten menulis satu hari satu artikel. Kadang ketika benar- benar tengah bermasalah dengan diri sendiri dan ada kontradiksi karena ada pertengkaran dengan pasangan atau sedang tertekan karena target pekerjaan yang hampir semuanya mendekati deadline. Saat itu rasanya berat harus menulis.

Menantang Diri Menulis 40 Hari Nonstop

Mungkin baik melakukan jeda agar pikiran menjadi lebih segar.Tapi ketika ada tuntutan bahwa selama 40 hari menulis tanpa jeda seperti ada tanggungjawab untuk tetap menghadirkan tulisan. Anggaplah sebagai ujian mental sebagai penulis. Suatu saat jika menjadi penulis profesional, hambatan tantangan, stuck itu bisa diatasi dengan cara – cara sederhana.

Ernest Hemingway dalam novelnya bisa menggambarkan dengan detail, pintu dan rumahnya. Dari pintu bisa jadi judul novel seperti halnya novel karya Fira Basuki. Jendela dan langit- langitpun bisa dijadikan inspirasi menulis.

Jadi memang tidak ada alasan untuk mengatakan tidak bisa bila ditantang menulis meskipun waktu hanya satu jam. Nah, bila bisa melewati tantangan dan bisa menaklukkan diri sendiri menulis itu sungguh mengasyikkan.

Karena menulis ada saja cerita yang bisa disuguhkan pada para pembaca, pengalaman sederhana saja misalnya tentang tingkah laku cicak, saat ketemu pasangannya , atau saat di luar tampak heboh oleh sepasang kucing yang sedang berkasih- kasihan.

Semakin asyik menulis ternyata ide itu datang membandang. Jadi meskipun hanya sekitar satu jam rasanya ide selalu hadir, jika menulis dilakukan dengan rasa senang.

“Mas, Bro kamu senyum senyum sendiri, lagi jatuh cinta ya…”

“Huss… saya baru lihat kucing lagi indehoy.”

“katanya kamu sibuk…tapi masih memperhatikan saja sepasang makhluk berkasih- kasihan.”

“Itu naluri purba…bisa buat inspirasi menulis…”

“He jangan buat cerita “horor” lo, nanti disensor.”

 

“ Saya mau mau bikin cerita lucu bukan cerita horor.”

“Ah, mas bro… bisa bisanya ngeles.”

“Ah, jadi ingat buku Mas Joko Damono.”

“Tentang apa?”

“Judulnya sutradara itu menghapus dialog kita.”

“Lalu apa hubungan dengan dialog kita tadi.”

“Anggap saja dialog kita sudah dihapus oleh sang sutradara itu.”

“Hahaha…. itu baru lucu Mas Bro.”

 

Jakarta, 3 September 2021

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar