Spirit Berproses Bersama, Berkolaborasi, dan Berkaryaguna
[: Kharir Hatta ]
Menulis tentang Indonesia seakan tidak ada habisnya. Dari satu desa saja telah ada banyak cerita dan bisa ditulis dari desa itu lebih banyak cerita lagi. Hanya saja, mau atau tidakkah kita menceritakannya dan lalu menuliskannya, sehingga menjadi karya yang dapat dibaca dan dinikmati khalayak, bahkan bisa menjadi sumber informasi dan sumber pembelajaran bagi generasi penerus.
Untuk mulai menulis membutuhkan tekad dan semangat yang kuat, tidak mudah putus asa. Itulah di antara tantangannya. Banyak yang menyerah begitu saja di tengah proses.
Bukan cerita baru, kalau satu karya dari seorang penulis bahkan sampai bertahun-tahun barulah bisa dituntaskan, sebab sering mengalami mangkrak di tengah prosesnya. Hal ini semacam ‘kebuntuan yang menjengkelkan’.
Hal itulah yang sering terjadi pada para penulis pemula. Jangankan penulis pemula, penulis kawakan pun sering mengalami hambatan kala menghadapi kata demi kata dan menjalinnya sehingga menjadi satu karya. Semua itu menuntut energi, ketekunan, sumberdaya, waktu, dan keteguhan menjalani prosesnya hingga satu karya tulis bisa diselesaikan.
Kehadiran Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan layak disyukuri. Mengapa? Karena yayasan ini melihat persoalan literasi secara jeli dan berupaya mengatasi masalah ‘kebuntuan’ berkarya. YPTD menyediakan diri dan sumber dayanya untuk berkontribusi dalam menggerakkan dinamika literasi dalam kapasitas dan juga keterbatasannya. Suatu ikhtiar yang layak diapresiasi.
Di YPTD spirit yang dibina adalah semangat berproses bersama, berkolaborasi, dan berkaryaguna. Sebagai komunitas, YPTD terbuka bagi segala kalangan; semua adalah saudara, sahabat, cum keluarga yang saling memberi dukungan dan solusi perihal kepenulisan. Secara naluriah, kita para penulis pemula umumnya, memang mengharapkan adanya komunitas yang selalu ramah, apresiatif, dan luwes mendampingi proses kepenulisan. Semoga spirit ini terus kita temui di YPTD.
Begitulah kesan kala pertama kalinya penulis meminta petunjuk tentang bagaimana agar tulisannya sampai di YPTD kepada bapak Haji Thamrin Dahlan. Beliau menyambut dan menjawab dengan luwes dan ramah.
Hal ini pun juga penulis rasakan kala berkonsultasi kepada salah seorang penulis yang sudah sering mengirimkan tulisannya di YPTD, yaitu bapak Toad Isbandi. Jawaban beliau super ramah dan antusias, malah memberikan petunjuk yang sangat jeli dan teliti. Hal-hal inilah yang selalu membuat kita merasa layaknya bagian dari satu ‘keluarga’.
Penulis yakin, masih banyak orang yang sebetulnya ingin juga berkecimpung, bisa menulis, dan menghasilkan karya. Tetapi mungkin juga tersimpan rasa ragu, malu, enggan karena belum kenal, dan merasa tidak cukup percaya diri. Apalagi harus bertanya ke sana ke mari sebab tidak melek IT. Akan tetapi, berkat keramahan dari berbagai pihak di keluarga YPTD, maka semua itu akhirnya bisa ditepis. Semua sekat ini hilang oleh jiwa kebersamaan. Inilah yang menurut penulis spirit dan tauladan ketulusan kolaboratif yang konkrit dus nyata.
Spirit silaturahmi, gotong-royong, dan baku-bantu semacam inilah yang menjadi ruh bangsa Indonesia yang harus kita lestarikan dan pusakai, pun spirit dan tauladan nyata yang telah ditampilkan oleh keluarga besar Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.
Buah duku dari Palembang
Bawa tiga hilang satu
Wahai kawan janganlah bimbang
Bersama kita maju
Kharir Hatta Kendal, 17 Agustus 2021