Mengais Berkah di Balik Rumpun Bambu

Penjual rebung bambu – dokpri Sr Monika SND

Di masa  pandemi  ini  kegiatanku  dibatasi  situasi, apalagi  di  Ibu Kota  Jakarta   diberlakukan PSBB Pembatasan Skala Besar-besaran dan  secara  umum  Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat ( PPKM) Jawa-Bali. Aku   mengungsi  di  Bekasi, sekalian  mengadakan  kunjungan  dan  melihat  dari  dekat kehidupan  para  suster  dan  karyanya.

Kebiasaanku  setiap  pagi di sini  jika  tidak  hujan adalah berkeliling  lapangan, berjalan  kaki, berolah raga  yang  murah  meriah. Melihat  hijaunya  tanaman, memberi  makan  binatang  piaraan: kambing dan ayam. Sesuatu  yang  memberi  suasana  lain  dari  biasa  jika  saya  tinggal di  ibu kota.

Di sini  aku jauh  dari  keramaian  kota, di  komplek  Sekolah  Notre  Dame II di Jln West  Terrace Grand  Ave Blok  ND 001 Perumahan  Grand Wisata Desa  Lambang  Sari Kecamatan Tambun  Selatan, Bekasi. Angin  bertiup  semilir  jika  keadaan  normal, tapi  jika anginnya sedikit kencang suaranya mendengung  seperti  orang bersiul bersahutan.

Suasana  yang hening tenang dan segar udaranya meningkatkan  daya  produktivitas  bagiku. Di samping  mengerjakan  tugas  pokok, banyak  laporan  dan  administrasi  yang  kukerjakan, juga rapat dan zoominar.

Saya  juga ada  waktu  untuk  santai dan  rekreasi  bersama  para  suster. Yang  namanya  rekreasi  di biara  itu ya  duduk  santai  sesudah kegiatan selesai  di malam  hari, sambil  ngobrol, nonton  TV, bikin  pekerjaan  tangan, dan  tertawa  riang.  Murah  meriah  dan  menyehatkan.

Dokpri Sr Maria Monika SND

Kami  juga  panen  ketela  pohon alias  singkong, serta  ubi  jalar, karena  kami  hanya  berempat  tidak  mungkin mengonsumsi hasil  panen  itu. Sebagian  kami  bagikan  ke  karyawan  dan  tetangga  se-lingkungan, dan  sebagian  kami  olah  dan  keringkan  untuk  dibuat  tepung. Dalam  hal  pekerjaan kami  tak  kekurangan  ada  saja  yang  bisa  dikerjakan dengan  gotong  royong  dan  penuh  kegembiraan.

Di waktu  senggang  kami  juga  membuat  video  untuk  acara  pesta kongregasi, kegembiraan  perlu  diciptakan  dengan  hal-hal  yang  sederhana, memanen hasil  kebun, memberi  makan  ternak, memasak, membersihkan  ruangan, rekreasi  bersama.

Nah  ada  hal  yang  menarik  bagiku, jika  malam  hari  hujan dan  paginya  cerah, saya  melihat beberapa  wanita  keluar  masuk  deretan  rumpun  bambu di depan  komplek aekolah  kami.  Apa  yang  mereka  lakukan? Ternyata  mereka  mencari  tunas  bambu  muda atau  biasanya  disebut “Rebung”.

Kegiatan  mereka  sungguh  menarik  perhatianku. Suatu  pagi  saya  mendekati  mereka  ada  satu  wanita yang  setengah  baya,  dua sudah  tua dan kami bercakap-cakap.

“ Selamat  pagi  Bu, sedang  apa?”

“Selamat  pagi  Neng, panggil  saja kami, Mpok “

“Oh  ya  baiklah,”  jawabku. “Ini  Mpok  cari  Rebung  tunas  bambu”

“ Memangnya  selalu  ada,  ya  Mpok?”

“Ya  ada  saja, Neng  kan  bambunya  banyak  tuh, kalau  musim  hujan  begini tunas  bambu  mudah  tumbuh, bermunculan, ya  lumayan  bagi  kami  dari pada nganggur  dirumah”

“Dapatnya  berapa  Mpok?” tanyaku. “Ya  hari  ini  lumayan  ada  15 kilo.”

“Apa  Mpok  jual  rebung  ini ?” tanyaku. “Ya, dong , Neng!”

“Berapa,  Mpok,  sekilonya?” Ia menjawab, “Sepuluh  ribu,  Neng.”

“ Apa  mesti  habis  Mpok?” “ Kadang  habis, kadang  kagak  Neng,  kalau  kagak  habis ntar iris tipis kami  rebus dan  kami  jual  ke pasar. Pasti  habisnya  Neng, apalagi  kalau  menjelang  Imlek, banyak  yang  cari  rebung. nih”

“Semoga  laris  ya, Mpok.” “ Terima  kasih Neng, doain  ya.

Kemudian aku ajak si Mpok berfoto bersama. Mpok  itu  nggak  ketulungan  senangnya, ”Kayak  bintang film  aja,  Neng  kami  difoto”

“Memangnya  hanya  bintang kelem saja  yang  boleh  foto, eeeeh  bintang  film,” candaku. Ketiga  Mpok itu  makin  terkekeh-kekeh.

Saya  memanggil  satpam sekolah untuk  memotret  kami, apa  adanya. Dengan  melanjutkan  mengupas  rebung  dari  kulitnya  Mpok  itu senang  bukan  main.

Orang-orang sederhana  senantiasa  gembira, mudah  bersyukur dari  hal-hal  yang  sederhana dimaknai sebagai  anugerah  dan  berkah  Tuhan. Juga  jika  hujan  tiba, mungkin  bagi  banyak  orang  saat  ini  hujan  adalah  musibah yang  mendatangkan banjir, tanah  longsor, dan  bencana  lainya.

Namun  di tempat  lain, khususnya  di tempat  rumpun  bambu  ini hujan  mendatangkan  berkah  rejeki  bagi  mereka karena rumpun  bamboo semakin  banyak  bertunas dimusim  hujan  seperti  ini.

Dari  perjumpaan  itu, saya  tahu  bahwa tiga  Mpok  Ijah, Mpok  Irah, Mpok Ipah  bertetangga, saling  kompak  mencari  tunas  bambu, dan  membagi  hasil  secara  adil. Mereka  saling  bekerjasama  dan percaya dalam  mengais  rejeki.

“Sebentar  ya Mpok, tunggu  ya. Saya  masuk  dulu, ambil  uang mau beli rebung.“

“Oh, Neng  juga  doyan  sayur  rebung?”tanyanya.

“ Ya doyan  Mpok  kan  enak  dioseng sama  petai, atau  disayur  dengan  santan, juga  bisa  dibuat  untuk  isi  lumpia”

“Oh  bisa  dibuat  macam-macam  ya  Neng, Neng  dari  Jawa  ya?

“Nggak  Mpok  saya  dari  Betawi, kan  termasuk  Jawa  juga, emangnya Jawa  itu bukan  di sini?”

Kembali  ketiga  Mpok  itu  terkekeh.

Saya  ambil  uang  dan  dapatlah  rebung  lumayan  banyak, meskipun  tidak  ada  timbangan, Mpok  itu  tahu  sepuluh  ribu  itu  dapat  seberapa? Adil  dah dan  begitu senangnya  uang  itu dikibas-kibaskan  di rebung  yang  lain  dengan  berkata : “ Laris…laris…laris, ini  penglaris  dari  Neng Suster”.

“Loh  Mpok  kog tahu  nyebut  saya  suster?”, Abis  anak-anak  sekolah  sering nyebut  gitu,  kan?

Rupanya  Mpok  itu  sudah  lama  mencari  rebung di sekitar  sini, sebelum  pandemi, ketika  anak-anak sekolah ada.

“Sekarang  sepi  ya  Neng Suster, anak-anak  pada  belajar  di rumah?”

“Ya  Mpok,” jawabku.

“Dulu  jika  sekolah  ada, Mpok  juga  ikutan  mengais  rejeki. Banyak  orang  tua  murid  yang  beli  rebung, tanpa  harus  ke pasar.”

“Tapi  ya  disyukuri  saja,  Neng. Semoga si Covid  cepat  pergi  ya,” kataku.

“Mpok  itu  tidak  bisa  menyebut  Covit  tapi  copit,“ tukasnya.

“Ya  Mpok  yang  penting  kita  terus  berdoa  dan  berusaha, jangan  sampai  putus  asa ya.”

Percakapan  kami berhenti  dengan  anggukan  dan  senyum  yang  tulus  dari  tiga  Mpok yang  rajin  mencari  rebung, sebagai  berkah  dari  Tuhan  untuk  hidup mereka.

Sr. Maria  Monika  SND untuk Inspirasiana

 

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar