KMAB 24 Pertamakali Naik Pesawat

KMAB 24

Perjalanan  Hidup

Pertamakali Naik Pesawat

Oleh Lusia Wijiatun

Sumber: ekonomi.bisnis.com

Tami pun, tidak menyangka bahwa ia akan meperoleh gelar sarjana. Pada awalnya  merasa sudah cukup bila lulus diploma, ternyata masih kurang. Bu Tami memutuskan untuk melanjutkan ke S1 swadaya.

Selesai kegiatan Wisuda,  robongan berpsah masing-masing kabupaten. Karena rombongan kabupaten lainnya telah membeli tiket pesawat terlebih dahulu.

Beberapa teman bu Tami lainnya juga sudah pulang lebih dulu.Tinggal  Bu Tami dengan tiga temannya.  Bu Tami mengajak ketiga temannya untuk mampir ke rumah adiknya.

Pada awalnya Tami mengira rumah adiknya itu dekat. Ternyata jauh, sehingga membutuhkan waktu untuk sampai di tempat itu. Tapi, untunglah   mereka dijemput adik Bu Tami.

Sebenarnya kelompok Bu  Tami  juga sudah memesan tiket pesawat  kepada anak ibu kost.  Namun  tiketnya belum ada.Setelah adiknya lama menunggu  Tami dan temanya segera berangkat.Anak ibu kos berjanji akan mengantar tiket ke rumah adik Bu Tami.

Keesokan harinya Aji anak ibu kos, benar benar mengantar tiket ke rumah adik Tami. Puji Tuhan, lega sekali rasanya. Perasaan was-was yang sejak kemmrin terhapus sudah.

Satu persatu masing-masing dari mereka melihat tiket pesawat tersebut. Di bolak- balik tiket itu, serasa tak percaya, apakah benar ini tiket pesawat? Kalau lihat gambar tiketnya ,iya bener-benar tiket pesawat. “ Jagi kita benar-benar naik pesawat ya?” kata salah seorang teman bu Tami.

Ha-ha ha ha ha ha, mereka tertawa bersama, sambil saling mencubit satu sama lain. Mereka sangat gembira, ya tentu saja, karena itulah pertama kalinya mereka naik pesawat. Senyum selalu merekah di bibir mereka.

Untuk menanti hari esok,  Bu Tami dan teman-temannya jalan-jalan dulu ke Mall. Dengan keberanian yang ada mereka mencoba naik angkot, ke moll yang satu dan mol yang lain.

Walaupun tidak belanja banyak, pastinya dapat melihat-lihat moll yang ada  di Jakarta. Yang selama ini memang belum pernah mereka kunjungi. Tentunya sebagai warga Negara Indonesia merasa bangga dapat  berkunjung atau datang ke daerah ibukota.

Daerah ibukota yang sangat ramai membuat mereka heran, apalagi melihat kesibukan orang yang tiada hentinya.  Begitulah suasananya, membuat Bu Tami agak gugup saat akan menyeberang jalan. Dengan mantap meski takut, akhirnya bisa menyeberang jalan dan segera menyetop angkot yang menuju arah rumah adik Bu  Tami.

“Puji Tuhan, sampai di rumah ya kita, untung tidak sesat,” kata salah seorang teman bu Tami.Mereka tertawa lebar sambil istirahat melepas lelah. Mereka saling memberi ejekan lucu, karena ada salah satu diantara mereka ada yang mabuk kendaraan.

Mereka berempat, bu Tami, bu Asih, bu Ken dan bu Lia. Mereka berembat seperti empat serangkai saja. Bu Tami adalah yang paling kecil badannya diantara mereka. Oleh karena itu setiap menyeberang jalan mereka selalu memegang erat tangan bu Tami.

Menjelang malam mereka beristirahat, karena esok harinya akan pulang. Semua tas sudah disiapkan berikut belanjaan juga sudah terbungkus rapi.

Pukul 04.00 WIB mereka sudah berangkat menuju  bandara. Rasa senang dankhawatir bercampur menjadi satu. “Bagaimana  rasanya naik pesawat ya mbak” Tanya bu Lia kepada Bu Tami. “  Entah ya, nantim kita sama-sam merasakan ya,” jawab bu Tami.

Satu persatu para penumpang menuju pesawat, begitu juga dengan empat sekawan itu, Walau ada rasa takut tetapt tetap melangkah pasti.Clingak-clinguk mereka mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertulis ditiket.

Kemudian mereka duduk rapi, dan merarik napas dalam-dalam. Dalam hati berdoa semoga selamat sampai tujuan. Ya, namanya baru pertama kali naik pesawat, wajar saja lah agak heran dan juga takut. Mereka saling melempar senyum satu sama lain pertanda hati senang, meski agak cemas.

Tinggalkan Balasan