KALIMAT Sehati Bukan Karena Memberi, tapi Sehati Karena Saling Memahami, bisa ditemukan dalam buku-buku motivasi. Kalimat yang berkali-kali diucapkan oleh pakar motivasi, ini sering kita temui. Entah di media sosial atau pada buku-buku yang membahas motivasi. Memang mudah menemukannya di banyak media. Di medsos yang selalu menyampaikan kalimat-kalimat motivasi, misalnya dapat dijumpai kalimat semacam itu. Dan kita pasti senang membacanya. Pesannya mudah dicerna.
Kumpulan kalimat-kalimat indah penuh makna memang enak membacanya. Selain bunyi (rima) yang dipakai yang dikombinasi dengan penggunaan diksi-diksi indah serta makna yang mendalam menjadikan kalimat-kalimat indah seperti itu itu berulang-ulang ingin dibaca. Kita pun menyebutnya sebagai kata atau kalimat mutiara. Saya sendiri menemukan dan membacanya pada salah satu laman (website) yang khusus bermateri motivasi. Maaf, saya tidak menyebut laman itu di halaman ini.
Kalimat itu memang singkat, namun mengandung makna yang luas dan panjang. Mengingatkan kita bahwa bersatunya dua atau lebih hati dalam satu kesepahaman adalah dikarenakan adanya saling memahami. Bukan karena saling memberi. Apalagi harus memberi materi. Dan rasa bersama itu penting dalam keseharian kita dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
Sehati dalam makna terjalinnya dua atau beberapa hati atau pemikiran menjadi satu hati atau satu pemikiran (kesepakatan) itu merupakan harapan untuk kekuatan dalam kebersamaan. Inilah makna positifnya. Dalam rumah tangga, misalnya atau ketika masih dalam masa pacaran (taaruf) menuju ke rumah tangga, sehati itu amatlah penting. Dari banyak masalah dan kendala yang akan merintangi cinta maka rasa sehati akan menjadi solusi.
Benar bahwa tidak selalu tepat dan benar mempraktikkan sehati untuk semua hal dalam semua keadaan. Bisa juga ada kalanya tidak perlu sehati. Tentu saja dalam posisi kesepakatan itu bernilai negatif atau akan mengarah ke perbuatan dan tindakan buruk. Posisi begini tentu saja tidak perlu sehati atau disepakati. Bahkan ingin bunuh diri bersama karena merasa cinta (berdua) tidak mendapat restu dari orang tua, pun tidak harus sehati. Inilah saatnya hati mesti berbeda. Jika bisa bersama (sehati) dalam menolaknya maka sehati seperti itu kembali menjadi pemting.
Agar hati bisa sehati maka tidak ada jalan lain kecuali harus berhati-hati. Harus waspada dan berjaga-jaga. Berhati-hati dalam setiap tindakan, perbuatan maupun perkataan, itu sudah mutlak. Tidak dibenarkan semborono atau ceroboh dalam berbuat. Sikap ceroboh itu adalah pertanda tidak hati-hati. Ketidakhati-hatian pasti menimbulkan masalah sekarang atau nanti. Bahwa harus berhati-hati, itu pasti. Karena dengan berhati-hati akan mudah menjadi sehati.***