Blog Keroyokan Memicu Blog Pribadi

PADA saat belajar dan belajar menulis di blog pribadi di sekitar tahun 2010, itu kendala yang paling berat saya rasakan adalah karena ilmu dan pemahaman saya tentang blog atau website belum ada waktu itu. Di otakku benar-benar nol. Saya benar-benar bermodal semangat dan nekad saja untuk mencoba membuat dan menulis di blog. Jadinya, ya belajar dan belajar terus.

Frasa ‘belajar terus’ ini juga salah satu jargon hidup saya, Belajar Terus dan Terus Belajar selama menjadi guru. Sejak awal menjadi guru (PNS) pada tahun 1985 saya menyadari betul bahwa guru itu memang harus belajar. Tidak sekadar mengajar. Untuk itu saya benar-benar ingin membuktikannya pada keinginan mengelola blog pribadi ini.

Pada waktu yang sama saya mencoba ikut menjadi member (anggota) blog bersama. Blog yang dibuat oleh seseorang, kelompok atau lembaga yang disiapkan untuk komunitas juga. Di komunitas penulis blog bersama, istilah yang populer untuk blog bersama adalah blog keroyokan. Satu blog dikeroyok ramai-ramai. Maksudnya semua orang, sesuai ketentuan peraturan dari pengelola/ pemilik blog maka setiap orang boleh menulis di blog yang sama tersebut. Saya berusaha untuk menjadi anggotanya lalu belajar menulis atau mengirimkan tulisan ke situ.

Saya ingat ada blog kompasiana.com, blog milik kompas grup yang sudah kita kenal sebagai grup media yang terbesar di Tanah Air. Ada juga blog guraru.org yang dibuat oleh komunitas guru. Blog ini masih baru dan dikelola oleh para guru yang mempunyai pemikiran baru. Guraru sendiri adalah singkatan Guru Era Baru. Guru-guru yang bermotivasi baru, berpemikiran baru dan harapan baru. Begitu moto blog guraru yang saya tahu. Mungkin masih ada satu-dua blog atau website lain yang saya juga ikut mengirimkan tulisan ke adminnya. Tapi dua blog ini saya cukup aktif dalam satu masa tertentu sekitar  tahun-tahun itu.

Di blog kompasiana saya ingat saya cukup aktif setelah mendaftar menjadi anggota kompasianer. Di sini saya mengenal banyak penulis hebat. Saya mengenal nama-nama seperti Om Jay atau Wijaya Kesumah, MPd, Pak Thamrin Dahlan, dan beberapa teman lainnya. Belakangan memang saya tidak terus aktif. Meskipun saya masih mempunyai akun di situ, tapi sudah sangat lama tidak aktif menulis di situ.

Rekam jejak tulisan saya di kompasiana lumayan banyak juga. Sayangnya saya tidak aktif membukukannya kecuali menajdi sebuah buku yang berjudul BTBDK (Budek Tak Budek Dengarkan Kami) yang isinya kebanyak tentang kritikan. Khusus masalah hukum. Buku ini saya terbitkan secara indie dengan penerbit Leutika Prio, Jogyakarta pada tahun 2011. Itulah satu-satunya buku saya yang terbit dari tulisan-tulisan yang dipublish di blog keroyokan kompasiana.com itu.

Ada catatan indah saya saat menulis di blog kompasiana, yakni saat admin berencana membuat buku antologi tentang Jokowi yang baru saja terpilih menjadi Walikota Ibukota Jakarta di tahun 2012.  Isu dan berita-berita di medsos yang menginginkan Jokowi menjadi presiden cukup banyak. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya admin kompasiana mengatakan akan akan menyelesksi dan memilih beberapa tulisan yang berkaitan dengan Walikota Jakarta itu untuk dibukukan. Walaupun berharap ada tulisan saya yang akan terpilih, namun saya sadar bahwa untuk menembus seleksi admin tidaklah mudah.

Alhamdulillah ternyata ada tiga tulisan saya terpilih oleh admin, masing-masing, 1) ‘Langkah Awal Jokowi Bersih’ yang saya posting pada 2 Oktober 2012. Lalu 2) ‘Pilihlah DJ di Pilpres 2014’ yang saya posting pada 27 Oktober 2012; dan tulisan lainnya, 3) ‘Jokowi Tak Harus Jadi Superman Mengatasi Banjir’ yang saya posting pada 17 Januari 2013. Tulisan-tulisan itu terhimpun bersama 60-an artikel dari 40-an orang kompasianer dalam buku antologi Jokowi (Bukan) Untuk Presiden, Kata Warga tentang Jokowi yang diterbitkan oleh Penerbit Pt Elex Media Komputindo, Kompas Gramedia. Terbit untuk cetakan pertama pada tahun 2013. Buku yang diedit oleh Nurulloh itu juga diberi Kata Pengantar oleh  Pepih Nugraha selain Kata Pengantar oleh Nurulloh sendiri. Bangganya, saat itu ketika saya mendapatkan dua eksemplar buku dari admin kompasiana.

Begitulah sedikit catatan saya bersama blog keroyokan. Tentu saja ada banyak kisah haru-biru yang menyertai kita menulis bersama di blog hebat seperti kompasiana. Pasti juga ada duka-sulitnya. Ketika akan memveryfikasi akun, misalnya juga sebuah poenbgalaman tertentu yang saya rasakan. Akun kita memang selalu diperhatikan oleh admin.

Blog keroyokoan ternyata sangat mempengaruhi saya dalam gairah menulis dan mengelola blog pribadi. Jika di blog pribadi harus menyetel sendiri tampilan blognya sedangkan di blog keroyokan kita tinggal menulis saja. Seperti blog YPTD (Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan), ini juga kita sebagai anggota Yepetedesianer cukup mengirimkan tulisan saja. Segala sesuatunya telah disiapkan oleh pengelola atawa dmin Yepetede sendiri. Di sini bahkan ada motivasi lain yang menggoda kita untuk menulis, akan terbitnya buku kita dengan ber-ISBN secara gratis. Sungguh godaan tersendiri.***

Tinggalkan Balasan