Menjadikan Puasa Sebagai Pembersih Hati

INSYAALLAH, dua-tiga hari lagi kita akan memasuki bulan mulia, Bulan Suci Ramadhan. Segala persiapan lazimnya kita lakukan untuk menyambut bulan penuh ampunan itu. Satu bulan dalam satu tahun –kalender Islam—Allah memberikan kesempatan mukmin untuk berpuasa di bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan pula kita berkesempatan beroleh limpahan rahmah, maghfiroh dan terjauhkannya diri kita dari api neraka. Maka berbagai kegiatan, pertemuan atau acara dihelat untuk saling mengingatkan kemuliaan bulan Ramadhan.

Pertemuan bulanan karyawan/ wati Yayasan Darul Mukmin (YDM) untuk bulan April 2021 dilaksanakan pun disejalankan dengan menyambut bulan Ramadhan 1442. Dilaksanakan pada hari Sabtu (10/04/2021) pagi di Graha Azam YDM dengan menghadirkan seorang ustaz terkenal di Kabupaten Karimun, Buya Syarifuddin El-Makky. Kepadanya diminta untuk memberikan tausiah kepada seluruh karyawan/ karyawati YDM yang aberkesempatan hadir.

Pertemuan Bulanan yang disejalankan dengan penyambutan Bulan Suci Ramadhan 1442 dan dengan mengundang Al-Ustaz Syarifuddin El-Makky sebagai penceramah, itu dimaksudkan agar pertemuan rutin karyawan YDM itu sedikit lebih istimewa karena akan datangnya bulan Ramadhan. Untuk diketahui, pada acara itu hadir Direktur YDM, HM. Rasyid Nur dan dua orang manajer, masing-masing Manajer SDM, Pendidikan dan Pengembangan Alquran, Noor Famayani serta Manajer Keuangan, Sarpras dan Unit Usaha, Zini serta para guru, pegawai dan para karyawan/ karyawati YDM. Termasuk karyawan Yayasan DArul Huffazh yang mengelola Rumah Tahfizh untuk siswa-siswi di YDM.

Acara dimulai tepat pukul 08.45 sesuai undangan yang diedarkan pihak yayasan. Diawali dengan pembacaan Alquran oleh Ali Syahbana dilanjutkan dengan tausiah oleh Ustaz Syarifuddin El-Makky. Dalam tausiahnya selama 45 menit, pengasuh Pondok Pesantren Syawarikul Anwar, itu menyampaikan materi membersihkan hati dengan puasa. “Ramadhan itu jika digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah itulah jalan pintas,” kata buya mengawali tausiah. “Jika di luar Ramadhan butuh 70 tahun untuk dapat mendekat Allah sementara di Ramadhan hanya perlu satu bulan penuh. Maka pakailah bulan dengan baik dan efektif.”

Ustaz Syarifuddin yang rutin mengisi pengajian Islam di Radio Azam, menjelaskan betapa hikmah dan berkah Ramadhan yang begitu besar. Pahala yang disediakan dalam bulan suci ini begitu besar. Kesempatan menghapus dosa dengan meminta ampun kepada Allah sambil memperbanyak ibadah, adalah cara terbaik untuk dapat bertemu Allah. Mengutip salah satu hadits, Buya menjelaskan bahwa kegembiraan yang paling tinggi nilainya bagi orang yang berpuasa adalah ketika kelak manusia dapat bertemu dengan Allah. Sebagai kekasih Allah semua orang ingin bertemu Allah. Dan puasa dijanjikan-Nya untuk dapat bertemu dengan-Nya sebagai ganjaran puasa itu.

Lebih detail dia menguraikan bahwa secara batin puasa itu ada tiga tingkat. Tingkat pertama (yang paling rendah) adalah puasa yang hanya sekadar menahan badan dari makan dan minum. Tidak makan dan tidak minum sejak selepas sahur hingga berbuka. Tapi anggota tubuh lainnya tidak berpuasa. Malah masih melakukan maksiat, jelasnya. “Inilah derajat paling rendah. Ibarat sekolah, itu hanya selevel Sekolah TK,” katanya. Bagi orang yang berpuasa pada tingkat ini biaanya ibadahnya masih pahit. Cenderung mencari yang enteng. Solat ingin yang sedikit. Berinfak ingin sedikit, dan lainnya.

Ibadah mestinya naik kelas. Jadikan terasa manis. Selalu berusaha untuk melakukan ibadah yang banyak. Namun, bagi tingkat puasa ini malah sebaliknya. Lebih jelek, perbuatan-perbuatan yang dilarang agama masih saja dilakukan walaupun tidak makan dan tidak minum.

Puasa tingkat kedua adalah tidak makan, tak minum dan menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat. Maksudnya, selain perutnya berpuasa juga tangan, mata, kaki, telinga, hidung dan anggota badan lainnya juga berpuasa dari melakukan maksiat atau perbuatan yang dilarang agama. “Menjaga maksiat –dosa, kecil/besar– itu siang dan malam. Tidak hanya di waktu siang pada saat kita berpuasa saja.” Dengan tegas ustaz mengatakan bahwa selama 24 jam itu hendaklah dipuasakan diri kita.

Lalu puasa tingkat ketiga adalah orang yang tidak makan, tidak minum, tidak bermaksiat dari kesemua anggota badan sekaligus menahan hati dari maksiat. Kata ustaz, jika mulut bisa menahan kata kotor, atau mata bisa menahan melihat yang maksiat bagaimana dengan hati? Bisakah hati kita untuk tidak mengumpat, tidak mengomel dan lain sebagainya yang dilarang Allah? Jika bisa ditahan inilah puasa tingkat terbaik. Dan inilah sesungguhnya syarat untuk membuat hati bersih. Jadi, jika kita ingin membersihkan hati kita maka berpuasalah dengan baik, dari anggota tubuh yang zahir hingga anggota tubuh yang batin (hati). Begitu dia menutup ceramahnya di hadapan 60-an orang karyawan-karyawati YDM.

Inti sari dari ceramah Buya Syarifuddin mengerucut kepada kesimpulan bahwa untuk membersihkan hati hanya dapat dilakukan dengan melaksanakan puasa dengan baik dan benar serta semata-semata keikhlasan kepada Allah. Tiga tingkat puasa yang diuraikannya adalah untuk memperkuat bahwa kebersihan hati itu akan terwujud ketika seseorang mengamalkan perintah puasa dengan mempuasakan lahir dan batin dari dirinya. Jadi, jika kita benar-beanr ingin membersihkan hati sebagaimana kita ingin membesihkan badan atau pakaian, hendaklah dilaksanakan puasa dengan baik.***

Tinggalkan Balasan