Menyesallah di Depan

“SESAT di ujung jalan, kembalilah ke pangkal jalan.” Satu kalimat singkat tapi mengandung makna luas. Peribahasa yang dijadikan orang tua-tua kita untuk memberikan wejangan kepada anak-anaknya atau kepada siapa saja yang perlu diberi nasihat.

Sering kita mendengar ada orang yang menyesal karena terlanjur berbuat yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Sayangnya sesal itu selalu ada di akhir tindakan. Tentu terlambat.  Itu sejalan dengan satu peribahasa lainnya yang berbunyi, “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.” Artinya peribahasa itu menunjukkan betapa menyesal di akhir perbuatan, itu tidak ada gunanya.

Menyesal di depan artinya berpikir dahulu sebelum melakukan suatu tidankan. Berpikir beberapa kali sebelum melakukan tindakan satu kali. Pesan itu sering juga dihubungkan dengan keberadaan pisik kita, adanya dua mata, dua telinga dan dua lobang hidung dan hanya satu mulut. Maksudnya, untuk satu kali berbicara (keluar dari mulut) diperlukan dua kali mendengar (memperhatikan), dua kali melihat (mematut-matut) dan dua kali mengamati. Begitulah pentingnya berpikir terlebih dahulu sebelum terlanjur bertindak yang menimbulkan penyesalan.

Sebuah kalimat mutiara yang diucapkan oleh seorang tokoh terkenal, Maria Robinson juga menyatakan hal yang kurang-lebih sama. Katanya, “Tidak ada seorang pun yang bisa kembali ke masa lalu dan memulai awal yang baru lagi. Tapi, semua orang bisa memulai hari ini dan membuat akhir yang baru.” Di satu sisi kalimat itu memastikan bahwa keteledoran di awal tidaklah akan bisa dihapus begitu saja dengan memulai kembali tindakan lain sebagai penggantinya. Tapi di sisi lain, kalimat itu memastikan pula bahwa kita hanya akan bisa melakukan hal baru untuk memulainya.

Jika demikian, tidak perlu ada penyesalan untuk kekeliruan dengan tujuan menghilangkan kesalahan itu. Kesalahan tetaplah kesalahan. Dan tidak akan dapat dihapus begitu saja. Yang perlu dilakukan adalah menghentikan kekeliruan itu pada titik paling cepat yang bisa dihentikan. Selebihnya memulai langkah baru dengan semangat baru.

Bahwa tindakan ini seperti kembali memulai lagi, tidak perlu menjadi pemikiran. Akankah itu seolah kita memulai kembali atau kita akan mengakhiri tindakan pertama kita, juga tidakm perlu membuat pikiran kita galau dan kacau. Memulaikah (kembali) atau akan mengakhiri pekerjaan kita, tidaklah masalah. Kita ingin kesalahan awal itu tidak berulang, dan kita ingin tindakan sekarang akan berakhir dengan gemilang, itulah yang utama yang perlu kita fokuskan.***

Tinggalkan Balasan