Refleksi dan Resolusi Sebuah Keharusan

DALAM menjalani hidup dua kata –gagal atau sukses—selalu ada. Selalu menjadi pikiran, apakah kita sudah berhasil dalam satu usaha atau kegiatan, atau mungkin belum berhasil alias gagal. Dan selalu menjadi pertanyaan, khususnya menjelang akhir tahun, apa yang sudah dibuat tahun ini? Dan perntanyaan berikutnya, apa pula yang akan dibuat di tahun depan?

Dalam keseharian kita kedua hal itu kita kenal dengan istilah refleksi dan resolusi. Mengevaluasi diri atau menginstrospeksi (bercermin kembali) untuk satu tahun berjalan ituilah refleksi dan merencanakan kegiatan untuk ke depan itulah resolusi. Refleksi dan resolusi selalu seiring-sejalan dalam kita melakoni kehidupan menjelang penutup tahun dan akan membuka tahun berikutnya. Tahun miladiyah memang akan berakhir satu hari lagi.

Dari awal tahun (Januari) 2021 lalu sesungguhnya setiap kita sudah berusaha berbuat yang terbaik, untuk diri dan keluarga dan juga untuk orang lain. Tapi apakah benar-benar sudah terwujud apa yang diusahakan? Itulah pertanyaan lain yang juga muncul. Tidaklah mudah menjawabnya sendiri. Catatan yang dibuat mungkin sudah menggambarkan keberhasilan. Kita juga merasa sudah melakukan apa yang harus dilakukan sepanjang tahun berjalan. Tetap saja kita tak yakin atau tetap saja ada keraguan tentang keberhasilan itu.

Objektifnya, orang lain sejatinya yang bisa memberikan penilaian. Jika pandangan atau penilaian dialas sikap objektif tentu saja itu lebih baik berbanding penilaian kita sendiri yang mungkin subjektif. Pastinya belum tentu sama penilaian oleh kita terhadap diri kita dengan penilaian orang lain terhadap diri kita. Jika kita yang menilai diri kita boleh jadi subjektifnya lebih menonjol.

Untuk itu, dalam refleksi mestinya yang kita lihat adalah apakah target atau program yang dulu di awal tahun menjadi renanca atau resolusi yang ditargetkan sudah dilaksanakan atau belum? Jika belum maka itu artinya kita masih gagal untuk rencana itu. Jika sebaliknya, artinya itu sudah terlaksana. Keterlaskanaannya pun tidak harus diukur dengan perasaan. Cukup dengan ukuran pikiran yang dapat dibuktikan. Seumpama direncanakan menyusun buku ber-ISBN untuk satu tahun itu, tinggal dimembuktikan sudah terlaksana atau belum.

Tahun 2022 sudah akan datang setelah bulan Desember, bulan penutup tahun ini sampai ke hari terakhir. Suka atau tidak suka, diterima atau ditolak bulan baru akan hadir setelah bulan ini pergi. Januari 2022 akan hadir setelah bulan penutup tahun ini pergi. Itu hukum alam. Selama waktu berjalan, bulan ke bulan juga akan berjalan. Lazimnya gegap-gempita orang menyambutnya akan kelihatan dimana-mana.

Lalu apa yang akan direncanakan pada tahun yang akan datang? Itulah resolusi yang mestinya kita susun menjelang tahun baru itu. Tidak harus membuat target yang terlalu muluk. Khawatir tidak akan mudah melaksanakannya. Sampai batas kemampuan itulah resolusi yang harus ditargetkan.

Tentang usaha tahun ini semoga saja rencana-rencana itu sudah terlaksana dan rencana tahun depan juga akan ditargetkan untuk dapat terlaksanakan. Jika demikian, memang perlu kita senantiasa merefleksi diri kita agar kita tahu yang sudah dan yang belum terlaksana. Di sisi lain pun kita perlu menyusun rencana kegiatan apa yang akan dilaksanakan. Selamat menutup tahun 2021 dan selamat membuka dan akan memulai tahun 2022.***

Juga di mrasyidnur.blogspot.com dan mrasyidnur.gurusiana.id

Tinggalkan Balasan