Mendayung sampanĀ berarak mendung,
Di tengah segara awanan kabur,
Menggunung harapan hendak ke Bandung,
Apakan daya hajat terkubur.
Di bawah redup rimbun kuini,
Rehat pemburu buat teduhan,
Kelangsungan hidup pandemi kini,
Norma baru menjadi taruhan.
Mandi puteri di tepi perigi,
Puteri lembayung bergurau sakan,
Pandemi harus kita arungi,
Norma baru kita amalkan.
Amal tasmik zakat harta,
Pada yang Esa kita taat,
Jadikan pandemi madrasah kita,
Isikan masa dengan manfaat.
Si anak kecil pergi ke pekan,
Pergi membeli makanan ikan,
Jemputan mu puan saya sambutkan,
Kecil tapak tangan nyiru tadahkan.
Anak itik lelah berlari,
Langit Kediri makin mendung;
Tunggu pandemi menghilang diri,
Pasti kami keburu ke Bandung.
Senyuman melirik anak teruna,
Mengusik si dara ayu bersantun,
Bertamu pandemi tersirat makna,
Serumpun nusantara berbicara pantun.
Tanam padi sedia pangan,
Tanam setahun beberapa kali,
Kalau kerja sudah ringan,
Rasa hati senang sekali.
Merimbun kemumu tepian kali,
Tempat pemburu rehat lelahnya,
Dato’ Wisnu hebat sekali,
Berpantun merdu ganteng orangnya.
Pohon palas dipangkas dara,
Rimbunnya rendah tepian hutan,
Marilah berbalas pantun bicara,
Eratkan ukhwah terjalin ikatan.
Pagi jumaat girang berkelah,
Pantai gebu jiwa terpana,
Banyak manfaat pergi sekolah,
Guna ilmu halau corona.
Ke batu belah membuat pagar,
Pagar membayang si pokok lada,
Pergi sekolah niat mengajar,
Tapi sayang murid tiada.
Bapak menteri menyambut tetamu,
Sambil minum jamah bidara,
Sabar menanti kunjungan muridmu,
Sambil melamun terkenang si dara.
Dari daik ke tanjung pura,
Singgah di pinang ke kampung hulu,
Kalau asyik memikir dara,
Murid datang kita tak tau.
Sampan kotak dari lah hulu,
Sampai ke sebrang hendak niaga,
Tidak pula sampai begitu,
Kami datang disambut mesra.