Beras antah mari ditampi,
Saratlah padi di dalam kumba,
Mas Miftah ke mana menyepi,
Sedari tadi tak kunjung tiba.
Lebatnya amra di tepi titi,
Dipetik jiran bawa ke Chini,
Sembang mesra sungguh berarti,
Jadi hiburan di ruangan ini.
Ke pasar baru membeli kopiah,
Kopiah idaman amat didamba,
Saya masih di sini puan Rokiah,
Menunggu bang Asrul tak kunjung tiba.
Dahanan angsana hinggapan helang,
Dipanah adipati terbang ke muara,
Bujang teruna ke mana menghilang,
Rajukkah hati membawa lara?
Tepian semak hujung permatang,
Padi ditampi di redup bidara,
Tidurnya nyenyak di kala petang,
Enaknya mimpi bertemu si dara.
Ambil nampan ambillah rantang,
Diisi bubur darilah sagu,
Abang Asrul cepatlah datang,
Kita semua sudah menunggu.
Pohon jemuju subur di kali,
Serabutnya akar hingga ke tepi,
Sudah setuju empat sekali,
Kemudian tersedar mainan mimpi.
Dahanan patah tepian kali,
Kutip bidara dalam bunbunan,
Pantun Mas Miftah hebat sekali,
Bicaranya mesra penuh santunan.
Wau bulan buat hiasan,
Indah coraknya jika di gantung,
Andai mainan hati perasaan,
Jangan lupa ulamnya jantung.
Tumpah kuah penuh di jari,
Tika melati menambah laksa,
Musim buah menunggu hari,
Pulang nanti dapat merasa.
Membeli kalung pakai rupiah,
Bertahta safir juga permata,
Terima kasih cikgu Rokiah,
Diajarkan oleh abang Asrul tercinta.
Sabit rumput angkat di bahu,
Jika berpeluh bawa berenang,
Kalau boleh hamba tahu,
Benarkah di sana orang berbahasa Minang.
Nusantara semua warga serumpun,
Berpantun kita madah pujangga,
Selamat sore buat warga pantun,
Minum petang sambil berbicara.
Pagi hari menuju pekan,
Sambil menjaja dian setanggim,
Jangan lazimi telurnya ikan,
Lemaknya bahaya kolestrol tinggi.
Jangan ke hulu mmbawa timba,
Cari kenanga dan daun kina,
Jangan selalu memuji hamba,
Hamba hanya pacal yang hina.