MENULIS “MENCEGAH” KEPIKUNAN

Kesehatan0 Dilihat
Dok Pribadi

Oleh: MUCH. KHOIRI

Judul tulisan ini sepintas mengada-ada, namun sejatinya tidak. Ada hubungan erat antara menulis dan kepikunan. Kata kerjanya ‘mencegah’ dalam tanda kutip. Artinya tidak harafiah, tetapi khusus alias spesial.

Mencegah sama sekali, tentu, tak bisa dijamin. Lha wong ini urusan sunnatullah. Menjadi tua kok dilawan? Siapa mampu? Kalau dilambatkan, masih masuk akal deh. Semua manusia jelas akan menua seiring waktu, tapi jika manusia berikhtiar agar (kelihatan) awet muda (dengan pola olahraga dan pola makan yang ideal), mengapa tidak?

Jadi, mencegah di sini bermakna memperlambat kedatangannya. Mencegah kepikunan berarti memperlambat terjadinya kepikunan. Jika mencegah bermakna saklek, ia  meniadakan kepikunan. Bukan ini maksudnya, karena kita tidak mau melawan sunnatullah. Sekali lagi, ini hanya memperlambat.

Baiklah, mengapa menulis mencegah kepikunan? Di dalam otak manusia, si ‘sekretaris’ akal, ada jutaan neuron. Neuron-neuron itu akan dinamis dan tetap hidup lincah jika digunakan secara aktif–baik kegiatan reseptif (menerima) maupun kegiatan produktif (mengeluarkan), di samping kondisi fisik tetap bugar dan mendapat asupan gizi dan nutrisi yang memadai.

Tubuh perlu asupan gizi dan nutrisi dari makanan dan minuman, akal (juga otak) perlu asupan gizi dan nutrisi dari informasi (termasuk bacaan). Dengan gizi dan nutrisi ini neuron-neuron memiliki sumber tenaga untuk hidup dan bergerak dengan dinamis. Maka, membaca itu menghidupkan dan menggerakkan.

Menulis, sebagaimana membaca, menjaga neuron-neuron tetap hidup dan bergerak dinamis. Dengan begitu, otak bisa bekerja teratur dan optimal. Pada kondisi demikian, pikiran atas sadar dan bawah sadar orang sangat bagus, sehingga tidak ada kehilangan memori (memory loss). Maka, kepikunan tak terjadi dan menimpa seseorang.

Sebaliknya, jika otak orang itu tidak dimanfaatkan untuk berpikir secara atas sadar atau bawah sadar, maka neuron-neuron akan layu atau mati. Akibatnya, bisa terjadi memory loss, dan di sinilah kepikunan itu terjadilah. Gejala umumnya, orang mudah lupa, termasuk sesuatu yang terkait diri sendiri.

Tak sedikit orang yang suka menulis (juga membaca) yang pikirannya tetap bekerja dengan baik hingga usia senja. Pikiran mereka tetap jernih dan cerdas; karena itu, kebijaksanaan keluar dalam tindakan, ucapan, dan tulisannya. JK Rowling juga tetap sehat dengan menulis serial Harry Potter-nya, meski usianya tidak lagi muda.

Maka, agar tidak pikun, selain banyak membaca, ayo kita menulis. Ayo menulis agar neuron-neuron tidak layu dan mati, melainkan tetap hidup dinamis, memungkinkan otak bekerja optimal. Ayo menulis agar kerja reseptif dan produktif otak terjamin dengan baik. Ayo menulis agar tidak cepat pikun. Sekali lagi, ayo menulis dan terus menulis.[]

*Much. Khoiri hanyalah penggerak literasi, dosen, editor, dan penulis  buku dari Unesa Surabaya. Tulisan ini pendapat pribadi.

Tinggalkan Balasan

1 komentar