Sertifikasi Ustadz

Terbaru0 Dilihat

 

Ketika tinggal di Dubai, jarang sekali aku menemukan Masjid-masjid disana yang mengadakan kajian-kajian keagamaan.

Berbeda dengan masjid ditanah air, tentu saja sebelum ada pandemi ya? Ketika itu masjid-masjid di Indonesia marak sekali dengan berbagai kajian.

Ada kajian al-Qur’an, mulai dari cara membaca, menghafal, bahkan sudah ada pula kajian Tafsirnya. Luar biasa. Ada pula kajian hadist, fiqh, tasawuf dan seterusnya.

Pertanyaaanya, mengapa di Dubai kajian keagaman di masjid-masjid begitu redup? Sedang di Indonesia terang benderang?

Agak susah untuk menjawabnya. Di Dubai, seseorang yang mau berceramah dimasjid kudu punya izin terlebih dahulu, dilihat qualifikasinya, apakah memang layak apa tidak layak? Jadi ada semacam “Surat izin” berceramah. Ya rada-rada mirip SIM lah. Jadi tidak semua bisa ceramah dimasjid, ngasih pengajian apalagi minta sumbangan.

Kembali ke pertanyaan, mengapa kajian keagamaan jarang diadakan di masjid-masjid Dubai? Inilah yang masih menjadi misteri. Apakah karena “ketatnya” persyaratan menjadi ustadz atau karena sebab yang lain entahlah?

Berbanding terbalik dengan Indonesia, sebelum adanya pandemi, setiap masjid punya majelis taklim sendiri. Pematerinya beragam, ada yang memang layak, ada juga yang enggak layak. Persoalan inilah yang saat ini lagi “rame” tentang kelayakan seseorang menjadi ustadz.

Menurutku, ustadz memang perlu disertifikasi.

Itu aja

Tinggalkan Balasan