Kenyataan Yang Memotivasi Diri

Terbaru0 Dilihat

Halo semua! Perkenalkan nama ku Amanda berusia 18 tahun. Aku akan menceritakan sebuah kenyataan tentang perjalanan dalam mencapai cita-citaku, yang hasilnya tidak membuat aku menyerah justru membuatku termotivasi. Semua ini berawal dari semasa aku menduduki bangku SD kelas 4. Kala itu, sedang ada pemilihan kandidat anggota Dokter Kecil. Awalnya aku sangat tidak tertarik. Setelah diadakan seminar Dokter Kecil selama seminggu di sekolah ku tersebut, semangatku menjadi menggebu sekali. Entah darimana rasa keinginanku datang. Akhirnya dengan persetujuan kedua orangtua ku, aku mendaftarkan menjadi anggota Dokter Kecil. Semua usaha ku lakukan agar terpilih. Siang dan malam aku terus belajar serta mencari tahu lebih dalam lagi tentang dokter. Singkat cerita, hari yang ku tunggu telah tiba yaitu hari seleksi menjadi anggota Dokter Kecil. Aku bersemangat sekali.

Seleksi demi seleksi ku ikuti. Semua selesai. Pengumuman akan dilakukan tiga hari ke depan. Aku terus berdoa dan berharap agar keinginan kecilku ini terwujud. Tiga hari kemudian, hasil pengumuman telah selesai, aku berlari menuju papan pengumuman yang telah ramai dikunjungi teman-teman sebayaku. Saat itu ada yang sangat berbahagia dan ada juga yang sangat murung. Aku memiliki tubuh yang kecil membuatku mampu menerobos masuk kerumunan tersebut. Dengan mengebu-gebu aku mencari secara detail namaku di kertas tersebut. Tanpa aba-aba, air mataku turun dari tempatnya. Aku termenung sejenak. Aku tidak melihat namaku tertulis di kertas tersebut. Aku pun menangis. Aku izin pulang lebih dulu sebelum waktu pulang tiba. Mama menjemputku. Aku takut akan dimarahinya. Namun, nyatanya mama memberiku semangat. Akhirnya aku tidak berlarut-larut dalam kegagalan tersebut. Aku bangkit lagi. Mulai saat itu, aku bercita-cita ingin menjadi dokter saat dewasa nanti.

Dua tahun berlalu dan Ujian Nasional telah usai dilaksanakan. Aku mendapatkan hasil yang cukup memuaskan. Aku keterima di salah satu SMP favorit. Semangat ku makin tinggi. Motivasiku semakin mengalir deras di diri ku. “aku akan menjadi dokter sungguhan”, kalimat itu terus terngiang di telingaku. Hari demi hari ku lalui di masa SMP ku. Semua berjalan dengan lancar seperti rencana ku. Aku mampu mencapai nilai-nilai yang cukup tinggi dan mengikuti olimpiade setiap tahunnya. Walau aku tidak pernah menjadi juara di setiap olimpiade yang ku ikuti, tapi itu sudah cukup membuat kedua orangtua ku bangga terhadapku. Aku terus belajar tanpa henti untuk mendapatkan nilai sempurna.

Alih-alih mencari cita-cita lain selain dokter, saat SMP aku juga mengikuti kegiatan di luar akademik yaitu silat, karate, paskibra, dan basket. Aku cukup berpotensi dalam silat dan karate. Aku telah mendapatkan banyak medali penghargaan yang membuatku terkadang memiliki keinginan untuk menjadi seorang atlet beladiri saja. Namun keinginan tersebut ku urungkan karena ayah ku tidak menyetujuinya. Lagi dan lagi aku terus menggali potensi ku di empat bidang tersebut, lagi lagi aku harus mengundurkan diri dalam bidang basket dan paskibra karena sudah berkali-kali perlombaan diadakan, namun diriku tidak pernah terpilih karena tubuh ku yang kecil dan memiliki tinggi yang kurang.

Tanpa mengurangi rasa semangatku, aku menyambi bakatku di akademik dan beladiri dengan mencari bakatku di bidang lain. Aku menemukannya yaitu kemampuan ku di sastra. Aku mampu menulis puisi dan sebuah novel online. Hingga akhirnya di penghujung semester akhir di bangku SMP, aku terus menggali potensi ku di bidang sastra. Aku mulai memberanikan diri untuk terjun ke dunia per-wattpad-an. Aku menuangkan semua imajinasiku tersebut dalam novel-novel online. Usahaku tidak sia-sia, para pembaca setia ku di dunia wattpad sangat menyukainya. Pupus harapan cita-cita sebagai atlet, aku masih memiliki harapan di dunia sastra dan kedokteran.

Memasuki masa SMA, tanpa ku duga salah satu kumpulan puisi ku di terbitkan. Rasa bahagia terus menggeroti diri ini. Harapan ku di dunia sastra semakin tinggi namun harapan ku di dunia kedokteran semakin menurun. Perlahan cita-cita ku beralih ke penulis dan penyair. Aku makin menggebu. Di sela-sela kesibukanku di bangku SMA, aku selalu menyempatkan diri untuk menggali diri agar  cita-citaku menjadi seorang penulis terwujud. Tahun demi tahun di masa SMA ku lalui, aku telah mempersiapkan diri untuk memasuki perguruan tinggi.

Yang mana saat itu aku duduk di kelas 11, aku meminta persetujuan kedua orangtua ku. Pupus harapanku kesekian kalinya, orangtuaku tidak menyetujuinya. Akhirnya, orangtuaku mengarahkanku untuk mengambil Kepolisian. Di penghujung kelas 12, aku mendaftar di kepolisian, namun aku ditolak karena tinggi ku yang kurang. Setelah itu, aku kembali mendaftarkan diri di sekolah kedinasan STSN, namun aku kembali ditolak. Di bangku SMA kelas 12 aku mendapatkan kabar gembira, aku mendapatkan kesempatan SNMPTN, namun lagi dan lagi aku ketolak di perguruan tinggi negeri pilihan ayah ku. Penyesalan yang ku lakukan hinggap hingga sekarang yaitu karena aku tidak mendaftarkan diri dalam ujian SBMPTN dan Mandiri. Hingga akhirnya ayahku menyarankan mendaftarkan diri di Akademi Keperawatan Polri mengikuti jejak kakak perempuanku yang telah lulus lebih dulu.

Banyak sekali pelajaran yang ku dapat dari semua perjalanan selama 18 tahun aku hidup di bumi. Perlahan tapi pasti, aku akan menerima kenyataan ini. Motivasi terbesarku saat ini adalah “kesuksesan tidak dapat dinilai dari apapun profesinya dan setinggi apapun jabatannya. Namun kesuksesan seseorang dapat dilihat dari seberapa banyak manfaat yang ia berikan selama hidup di bumi”. Walau begitu, hal ini tidak akan membuat ku menyerah. Aku akan melakukan yang terbaik dalam hal yang sedang ku jalani saat ini. Yang mana cita-cita ku sekarang adalah menjadi manusia berguna untuk semua makhluk. Setelah lulus dari Akademi Keperawatan Polri, aku akan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu kembali mendaftarkan diri di dalam Kepolisian karir dalam bidang keperawatan. Semua ini ku lakukan untuk mewujudkan keinginan ayah ku. Tentu saja untuk kebahagiaan kedua orangtua ku juga serta nilai kemanusiaan. Semua ini belum berakhir. Aku akan tetap melanjutkan potensi ku dalam bidang beladiri dan sastra. Namun, aku juga akan tetap menyeimbangi diri dengan tujuan yang sekarang ingin ku raih.

Tinggalkan Balasan

3 komentar