Suatu waktu di tahun 2015, saya hadir dalam acara Ngoplah (Ngobrol di Palmerah), yang bertempat di studio Kompasiana. Acara itu digagas oleh Thamrin Sonata yang saya kenal melalui cerpen-cerpen anak di majalah Bobo.
Dalam acara itu hadir para pemerhati literasi, ada Isson Khaerul, senior saya di almamater dan teman-teman penulis lainnya. Di situlah awal mulanya saya mengenal Pak Thamrin Dahlan.
Ternyata Pak Thamrin Dahlan adalah penulis yang sangat aktif di Kompasiana. Hampir setiap hari beliau menulis tentang berbagai hal, terutama pengalaman dan kehidupannya sehari-hari.
Pak Thamrin Dahlan menjadi anggota di Kompasiana sejak 19 Agustus 2010. Hanya berjarak beberapa bulan dari saya, yang masuk awal Mei 2010. Bedanya, Pak Thamrin Dahlan lebih aktif karena saat itu saya masih menjadi perantau di negeri Ottoman.
Pak Thamrin Dahlan tidak pernah bosan menulis. Selain menulis di Kompasiana, ia juga menyusun buku. Hingga sekarang telah terbit 30 buku, suatu rekor yang tinggi dalam 10 tahun kiprahnya di Kompasiana.
Pensiunan komisaris polisi ini menjadikan menulis sebagai hobinya. Tiga putra dan satu putri semua sudah mandiri, sehingga tidak ada kegiatan yang disukainya selain menulis.
Meski begitu, Pak Thamrin Dahlan juga tidak mengabaikan persiapan untuk akhirat. Saya pernah diundang menghadiri acara di majelis taklim di sebuah masjid, dimana beliau aktif. Di sana, Pak Thamrin Dahlan juga menyebarkan virus untuk rajin menulis dan membaca.
Pak Thamrin Dahlan tidak mengejar sesuatu yang sifatnya materi dari tulisan yang dihasilkan. Dia tidak pernah ikut lomba dan semacamnya. Tetapi dari sebuah buku, ia mendapat apresiasi.
Salah satu bukunya yang fenomenal adalah Prabowo Presidenku. Buku ini laris manis hingga cetak ulang. Bahkan banyak yang membajak tanpa izin. Namun berkat buku ini Pak Thamrin Dahlan bertemu dengan Prabowo Subianto.
Kecintaan pada literasi tidak pernah berhenti. Pada peringatan 10 tahun menulis di Kompasiana bulan lalu, Pak Thamrin Dahlan justru memperkenalkan YPTD, (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan). Sebuah yayasan yang ditujukan untuk membangun penulis membuat buku.
Istimewanya, di YPTD kita bisa menerbitkan buku dengan gratis. YPTD membantu penulis dengan mewujudkan sebuah buku masterpiece yang kelak bisa diperbanyak atau direvisi, lengkap dengan ISBN.
Memang benar kata Pak Thamrin Dahlan bahwa buku adalah mahkota penulis. Saya sejak dulu juga sedih karena belum mempunyai satu buku pun. Semoga YPTD dapat membantu saya dalam hal ini.
Jangan dekat dekat he he
Memang benar kata Pak Thamrin Dahlan bahwa buku adalah mahkota penulis. Saya sejak dulu ingin mempunyai buku yang bisa diterbitkan. Semoga YPTD dapat membantu saya dalam hal ini.
kata Pak Thamrin Dahlan bahwa buku adalah mahkota penulis. Saya sejak dulu ingin bisa menerbitkan buku. semoga Pak Thamrin dapat membantu saya .