Memanfaatkan Buku Sebagai Jendela Dunia

YPTD0 Dilihat

Sejak dahulu, terpatri dalam pikiran saya bahwa buku adalah jendela dunia. Ketika masih kecil, saya belum bisa kemana-mana. Tetapi dengan membaca buku, saya bisa mengetahui tempat-tempat lain yang jauh.

Saya getol belajar geografi, karena banyak pengetahuan tentang berbagai suku bangsa, daerah, negara, benua dsb. Maka sebelum kelak melakukan perjalanan secara nyata, saya sudah tahu segala sesuatu tentang tempat yang akan saya kunjungi. Saya bercita-cita ingin keliling dunia menyaksikan semua ciptaan Allah.

Almarhum bapak mengerti kesukaan saya membaca buku. Maka beliau pernah membawakan buku-buku dari beberapa kedutaan, mengenai negara-negara tersebut. Saya sangat antusias, berharap suatu saat bisa melintas batas mengunjungi negara itu.

Ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, saya lebih banyak mendekam di perpustakaan. Selain tidak mempunyai uang jajan, saya memang ingin membaca buku-buku yang menarik. Utamanya buku tentang provinsi yang belum pernah saya datangi. Saya senang membaca penjelasan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat di suatu daerah.

Untuk lebih mengenal suku bangsa, saya datang ke Taman Mini Indonesia Indah. Di sana ada replika rumah adat, baju tradisional dan keterangan tentang kebiasaan masyarakat yang bersangkutan.

Namun puluhan tahun kemudian, setelah lepas dari profesi jurnalis, barulah saya berkesempatan melangkah lebih jauh. Saya mulai melakukan perjalanan ke luar negeri. Dan ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan tidak akan terlupakan.

Meski baru pertama menginjakkan kaki ke suatu negara, saya sedikitnya sudah mengenal karakter orang dan tempat yang saya kunjungi. Hal itu berkat banyak membaca buku sejak kecil.

Nah, saya ingin berbagi pengetahuan tentang pengalaman saya juga melalui buku. Berkat dorongan dan dukungan teman-teman penulis, saya tertantang untuk mewujudkan impian menerbitkan buku.

Harapan saya semakin tinggi karena ada YPTD, yang bisa membantu untuk menerbitkan buku master dengan ISBN. Setidaknya, akan ada buku saya di perpustakaan nasional, dan juga tercatat dalam lembaga literasi dunia.

Saya setuju dengan Pak Thamrin Dahlan, buku adalah mahkota penulis. Saya malu jika usia semakin bertambah tetapi belum juga menghasilkan buku.

Tinggalkan Balasan