KENAPA KECANDUAN FILM?

Film51 Dilihat

KENAPA KECANDUAN FILM?

Menonton film drama favorit apa saja dapat membuat ketagihan, terlebih jika ceritanya menarik dibumbui dengan kisah romantis dan humor. Para pemain yang ganteng dan cantik, suasana yang mendukung dengan panorama yang apik, serasa penonton masuk di dalamnya.

Sebenarnya menonton tidak hanya menghibur, namun banyak pelajaran yang dipetik. Semua kembali kepada cara pandang masing-masing. Saya pribadi sangat terhibur namun juga kesal ketika membaca komen para penonton yang aneh-aneh dan tampak menggelikan. Betapa pandainya sutradara dan kru film menciptakannya, sehingga emosi kami ikut hanyut.

Pada awalnya saya menonton film drama Korea (Drakor) yang banyak di gandrungi emak-emak dan para remaja. Saya termasuk emak-emak itu, hahaha. Saya pernah marah ketika melihat staf saya di jam kerja masih sempat menonton  Drakor. Saat itu saya bertanya-tanya, mengapa mereka begitu kecanduan menonton.

Sepulang dari rumah, saya mencoba mengintip salah satu judul Drakor kolosal yang juga ditayangkan di stasiun televisi. Tayangan itu dimulai pukul 21.00 malam, hanya satu episode setiap malam dengan banyak iklan. Ada kalanya saya tidak dapat menonton karena harus berebut remote TV dengan suami dan anak. Rasanya ingin ketawa jika mengingat masa itu. Karena rasa penasaran dengan kelanjutan dari cerita drama berseri itu, akhirnya saya browshing dari internet dan ternyata drama itu akan selesai dengan banyak episode. Ada rasa ragu untuk meneruskan menonton karena saya takut bakal ketagihan dan tidak dapat mengerjakan hal penting lainnya seperti belajar bahasa Inggris, menyiapkan bahan ajar atau kegiatan menulis.

Namun rasa penasaran itu semakin kuat, akhirnya saya memutuskannya untuk menonton Drakor hingga selesai dalam waktu satu minggu. Ceritanya memang seru dan menegangkan. Benar sekali menonton Drakor membuat saya ketagihan dan ingin searching judul Drakor yang lainnya. Untung saya tidak segera menemukan judul film Drakor yang menarik perhatian saya. Ada beberapa minggu saya tidak lagi mencari atau menontonnya. Mungkin karena saya masih terkesan dengan Drakor pertama yang saya tonton. Saya masing membayangkan panorama indah dengan tanaman serta bunga-bunga yang tertata rapi, pepohonan, air sungai yang jernih, dan baju-baju tradisional yang dikenakan. Saya banyak mempelajari budaya dari film itu. Hingga suatu hari salah satu anggota saya terlihat tersenyum-senyum didepan PC nya. Lagi-lagi dia sedang menonton film drama. Tapi kali ini drama China. Wah ada lagi nich yang bikin kepo (rasa keinginan tahu saya).

Perlahan-lahan saya bertanya kepadanya tentang film drama yang sedang dilihatnya. Diapun memberikan beberapa judul film drama China yang sedang jadi trending. Wah rasanya ingin segera sampai rumah agar dapat menonton lebih bebas dan rileks. Pastinya setelah menyiapkan makan malam. Suami mulai menyindir sambil tersenyum karena saya tampak serius menonton Drama China (Drachin) dan sesekali tertawa. Bahkan ketika putra saya berada disamping saya, saya tidak menyadarinya.Ya.. Tuhan,..sedemikian addicted-nya saya. Seketika aku off-kan serial dramanya.

Saya mulai mengatur jadwal menonton. Ketika suami dan putra saya asyik dengan kegiatan masing-masing, maka saya bisa menonton. Sesekali ada iklan untuk buatkan suami kopi dan mi goreng cepat saji untuk putra saya. Cukup menyenangkan jika dapat membagi waktu untuk menonton. Saya bisa menulis, mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya.

Namun lagi-lagi saya tergoda dengan pesan yang dikirimkan anggota saya tentang judul film bagus. Memang godaan selalu ada. Tinggal bagaimana menyikapi godaan itu. Saya memutuskan untuk terus menonton namun saya harus memiliki waktu khusus untuk mengerjakan tugas pokok. Beberapa kosa kata dalam bahasa Inggris sebagai running text-nya saya coba cocokkan dengan bahasa China yang yang saya dengarkan. Lumayan dapat belajar bahasa China walau sedikit-sedikit seperti ucapan terima kasih, kata-kata menolak, mengucapkan kata lezat, mempersilakan, cara memanggil kakak, ibu. Wah lumayan dapat belajar sedikit-sedikit. Lagu-lagu pengiring drama China bikin saya terpukau, hingga saya harus mencari di internet dan mencoba mendendangkannya.

Saya juga mempelajari budaya masyarakat Thionghoa ketika meminum teh, bagi para raja-raja yang penuh dengan segala tata kramanya. Ketika mereka mendoakan kerabat mereka yang meninggal. Mereka menyajukan makanan kesukaan orang yang yang sudah meninggal dan membakar uang kertas. Ketika mereka berdoa di kuil dan bersujud. Apapun kepercayaan mereka, saya sangat menghargainya. Karena pada prinsipnya agama dan kepercayaan mengajarkan kebaikan.

Ada lagi yang sangat berkesan dan akan terus saya ingat adalah obat-obatan herbalnya yang terbuat dari rempah-rempah yang telah dikeringkan. Yang sampai sekarang banyak diminati orang. Masakan-masakan lezatnya yang diolah dengan menggunakan rempah-rempah yang baik untuk kesehatan. Tapi ada hal yang mengerikan pada setiap cerita drama, racun dapat menyembuhkan orang yang keracunan. Ini dia yang saya masih belum tahu kebenarannya. Walau kadang-kadang film tampak tidak masuk akal namun masih saja saya menyukai untuk menontonnya.

Yang jelas tanpa disadari saya menjadi kecanduan untuk menonton film drama China karena budayanya dapat merebut hati masyarakat dunia, termasuk hati saya. Saya bermimpi suatu hari dapat datang sendiri di negara China yang penuh dengan keunikan dan keuletan masyarakatnya dalam berbisnis.

Semua yang saya tulis ini adalah pendapat pribadi ya para pembaca. Jika ingin membuktikan sendiri silakan menonton drama China tapi maaf jangan sampai kecanduan ya.

 

Nani

Jonggol, 1 Februari 2022

 

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar