Berjuang Untuk Hidup
“Pak Amin! Tunggu…! Tunggu..! Suara bu Sinar dari jauh terdengar sayup-sayup memanggil driver bus kantor. Pak Amin yang sedang menyalakan mobil tentu saja tidak mendengar karena suara mesin mobil yang berisik. Untungnya bu Indah yang duduk dipinggir dekat jendela melihat bu Sinar berlari menuju bus sambil membawa tentengan 2 tas plastik di tangan kanan dan kirinya.
Bu Indah segera meneriaki Pak Amin, “ Pak! Masih ada penumpang yang belum terangkut. Itu bu Sinar yang sedang berlari-lari!”
Pak Amin yang sudah menjalankan bus pelan-pelan segera mengerem. Sambil terengah-engah bu Sinar menaiki bus yang cukup tinggi. Bu Sinar yang sudah terlatih berusaha melangkahkan kakinya ke bus. Barang bawaan dia masukkan terlebih dahulu. Penumpang yang berada di depan membantu mengangkatkan barangnya dan meletakkan dibawah tempat duduk yang biasa bu Sinar duduki.
Sambil masih mengatur napas bu Sinar merapikan beberapa barang dagangannya agar tidak mengganggu penumpang lain. “Pak Amin nanti berenti di Cikal ya. Sebentar saja. Masih ada titipan kue yang harus dibawa.” Pinta bu Sinar kemudian.
Tidak berapa lama bus berhenti dan bu Sinar turun lagi untuk mengambil satu plastik besar berisi kue pesanan dari teman-teman di kantornya. Dengan sedikit berlari bu Sinar kembali ke bus. Beberapa penumpang saling berpandangan tanpa mengatakan apa-apa. Ekspresi mereka berbeda-beda. Ada yang tampak kurang senang ada juga yang wajahnya datar-datar saja dan ada wajah yang tampaknya kasian.
Wajar saja jika mereka berekspresi berbeda-beda karena pagi ini ada kegiatan menyambut kedatangan orang no 1, bapak presiden Jokowi. Jadi beberapa penumpang khawatir kalau terlambat dan pintu gerbang Mabes akan ditutup.
Bus melaju cepat meninggalkan Citra Indah Jonggol menuju Cilangkap. Sepanjang perjalanan bus terpaksa membunyikan klakson untuk meminta jalan kepada pengendara mobil dan motor yang berlalu lalang di depan bus. Bu Ani yang duduk di barisan kedua setelah sopir dan bu Sinar masih memikirkan bagaimana kondisinya setelah pensiun nanti. Bu Ani masih bersyukur hingga menjelang pensiun dia masih diberikan kesehatan dan rejeki yang tetap mengalir walau pas untuk sehari-hari.
Dia juga berkaca kepada bu Sinar betapa malang melintangnya kehidupan bu Sinar. Untuk bertahan hidup, bu Sinar masih harus mencari tambahan selain gaji PNS yang dia miliki. Bu Sinar yang sudah bercerai dan putri yang dibawa suaminya tidak memiliki rumah sendiri. Dia masih mengontrak untuk dirinya sendiri. Ketika bu Sinar curhat (bercerita) tentang kehidupannya membuat bu Ani gemes terhadap suami bu Sinar yang tidak bertanggung jawab.
Bu Ani hanya dapat memberikan dia semangat untuk tetap berjuang dan menikmati hidup untuk dirinya sendiri juga mendoakan putrinya yang dibawa suaminya dengan ibu barunya. Mata ibu Sinar selalu berkaca-kaca ketika menceritakan kisah hidupnya yang serasa menyayat di hati.
Bu Ani kadang-kadang membantu bu Sinar dengan membeli dagangan yang ditawarkan ke dirinya. Hati bu Ani turut sedih ikut merasakan penderitaan yang dialami bu Sinar. Bu Ani yang sudah ditinggal suami karena meninggal tiga tahun lalu sudah mulai bangkit dari rasa sedih. Bu Ani berjuang untuk tetap tegar dan sehat agar putra semata wayangnya segera mendapatkan pekerjaan.
Lulus dari S1 bahasa Inggris dan menganggur selama 2 tahun bukan berarti putranya tidak mau bekerja namun karena kesempatan kerja yang ditawarkan melalui media sosial belum menerima dirinya untuk menempati posisi yang ditawarkan. Putra pertama bu Ani meninggal 14 tahun lalu kemudian suaminya tiga tahun lalu. Apa yang dialaminya adalah ujian dan suratan bagi dirinya.
Ketika dia melihat perjuangan bu Sinar yang sehari-hari mengumpulkan receh (kata orang) untuk membayar biaya kontrakan juga menikmati kesendiriannya, bu Ani mendapatkan banyak pelajaran. Bu Ani masih lebih beruntung daripada bu Sinar. Dia masih punya putra yang mendampingi. Bisa tinggal di rumah sendiri dan memiliki mobil pribadi walau dia tidak mengendarai sendiri. Hidupnya sudah berlebih walau mungkin untuk biaya perawatan mobil dan rumah harus dia sisihkan dari gaji yang pas.
Bus terus melaju menuju Cilangkap. Cuaca diluar mendung tapi tidak hujan. Beberapa penumpang sudah jatuh tertidur. Mereka menggunakan waktu perjalanan ke kantor untuk beristirahat. Hanya bu Ani dan bu Sinar yang masih terjaga dan menikmati pemandangan di luar. Sesekali bu Ani memvidiokan motor-motor dan mobil yang mendahului busnya. Hasilnya tampak indah jika dia putar ulang vidionya karena lampu-lampu motor dan mobil yang menyala.
Pukul 06.00 bus memasuki kawasan Mabes. Para penumpang sudah terbangun dan beberapa bersiap-siap untuk turun dari bus. Barisan berbaret biru berseragam peace keeping force terlihat jelas dari dalam bus. Mereka pasukan yang akan menyambut kedatangan bapak presiden.
Bus berhenti menurunkan penumpang yang berdinas di Mabes TNI dan jalan kembali menuju pintu gerbang Mabes TNI AL. Pemberhentian terakhir bus di depan pintu gerbang Mabes TNI AL. Para penumpang turun. Demikian juga dengan bu Sinar dan bu Ani. Bu Ani ingin membantu bu Sinar membawakan barang dagangannya namun bu Sinar menolak karena dia melihat bu Ani juga sedang membawa banyak bawaan.
Bu Sinar yang bertubuh langsing mengangkat seluruh barang dagangannya menuju penjagaan. Teman pria sekantor dengannya membantu membawakan hingga tempat tujuan. Bu Ani memandang bu Sinar hingga bu Sinar lenyap dari pandangan matanya.
Bu Ani melangkah perlahan menuju gedung kantornya sambil berdoa di dalam hati semoga hari ini adalah hari yang pernuh berkah dan menyenangkan bagi dirinya dan teman-teman kantornya. Dia melintasi lorong dan menunggu lift bersama-sama personel gedung lainnya. Lift terbuka dia memasuki lift menuju lantai 3 dan keluar lift menuju ruangannya.
Pintu ruangan kantor dia ketuk dan dia buka dan ternyata masih sepi. Dia letakkan tentengan yang berisi kolang-kaling ke dalam kulkas agar nanti anggotanya bisa mengolah kolang kaling yang sudah direbus menjadi minuman segar yang dapat dinikmati bersama-sama di siang hari.
Itulah cara bu Ani berjuang dan menikmati hidup yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Berusaha menjalin persahabatan dengan teman-teman di bus dan di kantornya. Melalukan pekerjaan yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain disekitarnya. Perjuangan bu Sinar senantiasa menjadi pelajaran baginya.
Jakarta, 28 Februari 2024.
Nani, pecinta literasi