Menyapa Senja
Nina Sulistiati
Senja menyapa tanpa lembayung jingga
Kelam, diiringi rinai hujan pelan-pelan
Ada rasa gundah menyapa asa
Akankah luka tertepis dari kalbu
Semua kisah berawal di sini
Kala pena hidup menggoreskan kisah.
Perjalanan waktu yang mengalir
Dalam suka lara, silih berganti
Kadang terhempas dan jatuh
Penuh luka yang menggores jiwa
bergulat dalam iradah sang Rabbi
Berbalut dalam asa, cita dan doa
Semburat jingga tak menghias senja
Camar tak lagi bermain di cakrawala
Ombak yang menghantam karang
Menghempas gundah dan memecah jiwa
Sisa waktu itu entah kapan akan terkikis habis
Berujung di akhir helaan napas
Berbalut kasih dan ridho ilahi
Sementara cerita penuh warna hitam, abu tak menentu
Iringi langkahku di sisa waktuku, duhai pemilik kalbu
Bersama cahaya cinta dan kasih-Mu
Asa yang pupus kini kembali menyala
Dalam balutan semangat yang membara
Ingin kusapu kisah lara dalam doa
Rangkaian kata penuh makna
Mengangkasa, menggema, melanglangbuana
dalam titian asa yang tak berujung dariMu pemilik kalbu
Goresan asa itu kini terlukis di mayapada.
Membias dalam ucap dan doa
Kusambut senja bersama harapan
Esok lembayung jingga hadir memberi secercah cahaya
Baluri kami dalam cinta kasihMu.
Kupasrahkan lara yang tercipta kepadaMu pemilik kalbu.
Ampuni kami, yang kerap menorehkan dosa
Setiap langkah kutiti menuju ridhoMu
Cibadak Juli 22
Hujan Pagi Ini
Nina Sulistiati
Mentari enggan menyapa pagi ini
Rinai hujan dan gemuruh sang bayu
Memacu resah yang bersarang di kalbu
Menyurutkan langkah dan asa di hati
Namun karya tetap harus tercipta
Mencerdaskan anak bangsa yang penuh cita
Mewujudkan generasi rabbani yang sejati
Generasi cinta Nabi dan illahi rabbi
Kutepiskan enggan yang merajalela
Kubangkitkan semangat agar menyala
Bagiku membagi ilmu wujud pengabdianku
Mencetak generasi yang berbudaya tujuanku
Kulangkahkan kaki penuh semangat
meski hujan menyapa langit pagi ini
ku goreskan asa menuju cita-cita
Untuk wajah-wajah generasi muda bangsa
Cibadak, Juli 2022