Kemampuan literasi masyarakat Indonesia masih rendah? Bagaimana upaya meningkatkan literasi masyarakat? Bagaimana membudayakan membaca? Apakah hanya sekedar membaca? Ataukah memahami informasi yang tersirat dan tersurat? Lalu mampu memaknainya dan menginterpretasinya dengan benar?
Inilah secuil pertanyaan yang seringkali terlontar di kalangan pemerhati pendidikan ketika membahas tentang budaya literasi di negeri ini yang masih jauh tertinggal dari negara tetangga. Literasi tidak hanya soal baca tulis saja, tentu diikuti dengan kompetensi yang mendukung literasi itu sendiri yaitu kompetensi memahami informasi yang disampaikan, kompetensi memaknai, kompetensi mereview, kompetensi mengulas dan berpendapat, kompetensi menginterpretasikan dan kompetensi mengintegrasikan beberapa informasi. Tidak semua orang bisa memahami informasi yang mereka temukan dalam suatu berita atau teks meski semua orang bisa membaca. Tidak semua orang mampu memaknai atau mereview berita dengan benar meski semua orang mampu membaca. Terkadang tidak sedikit terjadi miss communication saat menyampaikan kembali atau menceritakan kembali (mereview) informasi dari apa yang mereka baca. Inilah yang menjadi penyebab salah tafsir, salah kata yang bisa menyebabkan hoaks atau berakibat fatal.
Bila miss communication dari seseorang ke orang lain dan itu terus terjadi, berulang lagi dan berantai maka tidak menutup kemungkinan informasi akan melenceng jauh dari hal yang sebenarnya. Maka perlu untuk membudayakan literasi beserta kompetensinya. Bagaimana caranya? Salah satu caranya melalui pendidikan. Perkembangan bahasa akan selalu terjadi seiring dengan perkembangan dinamika masyarakat. dan teknologi. Munculnya istilah baru, kosa kata baru seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi akan terus mewarnai dan memperkaya KBBI.