GURU….Digugu lan ditiru. Sebuah akronim Jawa yang sarat akan makna. Semua perkataan seorang guru pastilah dipercaya (bahasa Jawa : digugu) dan semua tingkah laku guru pasti akan dijadikan tauladan bagi murid-muridnya (bahasa jawa: ditiru). Percaya atau tidak, hal ini benar-benar terbukti. Contoh kecil saja, jika ada seorang anak yang tidak suka makan sayur, dengan sedikit tutur kata dari sang guru, anak tersebut lama-lama mulai makan sayur. Padahal orang tua dari si anak sudah menggunakan segala cara agar anak tersebut suka makan sayur. Tapi itupun tidak berhasil. Hanya dengan perkataan guru, masalah dapat teratasi. Ajaib bukan perkataan sang guru?
Apalagi pada pembelajaran sekarang ini yang lebih menekankan pada penguatan karakter dan literasi, peran guru sangatlah penting bagi keberhasilan tujuan pembelajaran. Karakter siswa akan berhasil dibangun jika ada contoh yang nyata dari gurunya. Misalkan saja kedisplinan. Siswa akan berdisiplin jika sang guru juga mencontohkan sikap disiplin itu ke siswanya. Mulai dari disiplin waktu kedatangan ke sekolah, masuk kelas ketika mulai pembelajaran, penyelesaian tugas dan sebagainya. Siswa akan merasa enggan jika sang guru sudah menerapkan kedisiplinan itu tetapi siswa tersebut belum melakukan. Dari rasa enggan ini, akan muncul tindakan siswa untuk mengikuti apa yang dicontohkan oleh gurunya tersebut. Tidak hanya disiplin, karakter lainpun akan terbentuk dengan baik jika sang guru memberikan contoh teladan penerapan karakter tersebut di kehidupannya sehari-hari.
Pembiasaan literasi pun demikian. Literasi tidak hanya sekedar membaca tetapi mampu memahami serta mengambil hikmah dari informasi yang diperolehnya. Tidak mudah menghidupkan kebiasaan literasi bagi siswa era sekarang. Dimana sebagian besar waktu senggang mereka sudah dihabiskan untuk bermain game di gawai atau berselancar dengan kawan maya di media sosial. Guru haruslah berupaya cukup keras untuk menanamkan kebiasaan literasi siswa. Mulai dari menyesuaikan literasi tersebut dengan kebiasaan siswa yang yang tidak dapat lepas dari HP. Guru dapat memberikan contoh bahwa literasi tidak hanya sekedar membaca buku saja melainkan literasi digital pun bisa. Menonton video di YouTube, membaca sebuah postingan di media sosial, ataupun sekedar menonton TV saja merupakan literasi digital. Hanya saja tontonan atau postingan yang dijadikan bahan konsumsi harus ada nilai informasi yang dapat menambah pengetahuan siswa. Dengan demikian, siswa akan semakin kaya informasi dan ilmu. Ilmu yang didapat tidak hanya sekedar belajar di sekolah saja melainkan dari mana saja ia dapatkan.
Jika seorang guru mampu mencontohkan dua kebiasaan ini, baik peningkatan karakter dan literasi, maka siswa akan tumbuh menjadi sosok yang berkarakter mulia dan berliterasi tinggi. Inilah yang diharapkan oleh tujuan pembelajaran masa kini. Siswa tidak hanya pandai akan ilmu, tetapi juga kaya informasi dan berkarakter baik.
setuju, Jika seorang guru mampu mencontohkan dua kebiasaan ini, baik peningkatan karakter dan literasi, maka siswa akan tumbuh menjadi sosok yang berkarakter mulia dan berliterasi tinggi. Inilah yang diharapkan oleh tujuan pembelajaran masa kini. Siswa tidak hanya pandai akan ilmu, tetapi juga kaya informasi dan berkarakter baik.