Menulis Reportase : Mampir di Kampung BJ Habibie, Presiden Ke-3
Oleh : Nur Terbit
Suatu hari di bulan Oktober 2016 silam, saya bersama seorang teman, Kang Arul — Doktor Cyber Media dari Universitas Gajah Mada Jogyakarta — mampir bermalam di Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
Sekitar 150 kilometer dari Kota Makassar. Kami sempat ditemani Pangerang P. Muda, cerpenis yang juga guru di kota ini.
Kami menginap di sebuah hotel, melepas lelah setelah seminggu mengisi acara pelatihan “pemanfaatan media sosial untuk isu bencana” di Kota Sengkang, Kabupaten Wajo, dan Kota Barru. Acara ini difasilitasi oleh ormas NU (Nahdlatul Ulama) dan BNPB (Badan Nasional Penanganan Bencana) Daerah.
Sebelum pulang ke Makassar dan balik ke Jakarta, kami mendapatkan cerita sekitar Habibie dan Ainun, di kota kelahiran beliau.
Cerita tersebut sengaja kami hadirkan kembali di sini, tiada lain, sebagai rasa kagum sekaligus rasa haru akan kepergian beliau.
Waktu mampir di Pare-Pare itulah, sempat saya goreskan cerita ini, dan lalu muncul di laman Facebook dan Istagram saya. Begini kisahnya :
JALAN-JALAN ke Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan, tidak lengkap rasanya jika tidak mampir di kampung Baharuddin Jusuf Habibie, Presiden RI ke-3.
Daerah ini cukup bersejarah, itu sebabnya kunjungan ini semakin kurang lengkap jika sengaja melewatkan begitu saja tanpa mampir di “Monumen Cinta Abadi: Habibie – Ainun” di pojok Lapangan Makkasau. Seolah menyambut siapa saja yang masuk ke Kota Pare-Pare.
Monumen ini berdiri dan diresmikan awal tahun 2016. Konon, untuk mengenang perjalanan cinta abadi ibu negara Hasri Ainun, dengan pria jenius BJ Habibie, putera terbaik Indonesia yang lahir di Pare-Pare, di mana monumen ini berdiri.
Selain dituangkan dalam buku biografi, perjalanan cinta tersebut juga sudah diangkat ke layar lebar berupa film bioskop berjudul “Habibie – Ainun”. Hasilnya luar biasa. Bukunya jadi “best seller” dan filmnya juga “box office”.
Habibie & Ainun adalah film drama biopik Indonesia yang dirilis pada tanggal 20 Desember 2012. Film ini dibintangi oleh Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari.
Pada peluncurannya, film ini disaksikan oleh Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi oleh Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta ke-16, (ketika itu Joko Widodo yang kini jadi Presiden ke-7), dan oleh tokoh utama film ini sendiri, Presiden Republik Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie.
Film ini diangkat dari memoar berjudul sama, yang ditulis Habibie mengenai kisah hidupnya bersama mendiang istrinya, Hasri Ainun Habibie.
Kesuksesan buku dan film bioskop tersebut lalu disusul film squel berikutnya berjudul “Rudi Habibie” yang tak kalah meledaknya. Kisah cinta Habibie dengan gadis Polandia sewaktu “Rudi” masih kuliah dan tinggal di Jerman.
Eh, ini satu bukti loh, bahwa orang jenius itu tidak hanya tahunya belajar “mulu”, dia juga punya rasa cinta, bisa jatuh cinta.
Pemuda Habibie juga manusia.. (koq nulisnya ikut baper — bawa perasaan, sih ya ? hehehe..)
Kembali ke soal masa kecil “Rudi” di Pare-Pare, seorang teman saya yang penulis, blogger dan guru PNS ngasih bocoran bahwa BJ Habibie sempat kecewa ketika menemukan rumah tempat kelahirannya di Pare-Pare ini sudah direhab.
“Habibie maunya rumah orang tuanya yang penuh kenangan itu, dipertahankan keasliannya”.
Begitulah cerita tercecer yang dapatkan dari Kota Pare-Pare, Sulsel, Oktober 2016.
Monumen Cinta Sejati
Monumen Cinta Sejati Habibie dan Ainun ini, konstruksi dan pembukaan pertamanya dilakukan 12 Mei 2015 untuk didedikasikan kepada BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari.
Monumen ini dibuat untuk mengenang cinta Presiden ketiga Republik Indonesia dan istrinya, dan untuk menginspirasi warga Parepare. Selain itu sebagai kado pernikahan untuk Habibie di hari ulang tahun pernikahannya dengan Ainun ke — 53.
Pada acara peresmian monumen yang terletak di alun-alun Kota Pare-Pare ini, selain Habibie juga hadir Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (ketika itu) Agus Arifin Nu’mang, Wali Kota Parepare yang dijabat saat itu Taufan Pawe.
Habibie yang didampingi putranya Ilham Akbar Habibie, tidak dapat menyembunyikan perasaan harunya saat salah seorang penyanyi melantunkan lagu cinta sejati yang merupakan soundtrack film Habibie-Ainun.
Peresmian monumen Habibie-Ainun ini yang menelan biaya hampir dua miliar rupiah. Pada acara peresmian, dimeriahkan dengan peluncuruan kembang api sebanyak 53 kali sesuai dengan jumlah tahun hari pernikahan Habibie — Ainun.
Dalam sambutannya Habibie kembali berkisah tentang kisah cinta sejatinya selama ini dengan almarhumah Ainun serta membacakan puisi untuk almarhumah Ainun.
“Bagus sekali, mudah-mudahan monumen ini dapat menjadi pemicu warga untuk selalu berkarya dan selalu mengenang pak Habibie,” ujar salah seorang warga.
Selain dituangkan dalam buku biografi, perjalanan cinta tersebut juga sudah diangkat ke layar lebar berupa film bioskop berjudul “Habibie — Ainun”. Hasilnya luar biasa. Bukunya jadi “best seller” dan filmnya juga “box office”.
Kesuksesan buku dan film bioskop tersebut lalu disusul film squel berikutnya berjudul “Rudi Habibie” yang tak kalah meledaknya. Kisah cinta Habibie dengan gadis Polandia sewaktu “Rudi” masih kuliah dan tinggal di Jerman.
Eh, ini satu bukti loh, bahwa orang jenius itu tidak hanya tahunya belajar “mulu”, dia juga punya rasa cinta, bisa jatuh cinta. Pemuda Habibie juga manusia.
Begitulah cerita tercecer yang saya dapatkan dari Kota Pare-Pare, Sulsel, Oktober 2016.
Salam Literasi
#Nur Terbit #KMAA 13 #HabibieAinun