Ngeteh Bareng Ibu Menlu Retno Marsudi, Catatan Nostalgia (2)
Oleh : Nur Terbit
Ibu Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, bukan saja pandai berkomunikasi dengan perwakilan negara luar, tapi juga dengan anggota komunitas blogger, netizen dan penulis.
Kami dijamu, ngeteh bareng, bahkan foto Boomerang. Wanita berambut pendek, berkacamata dan murah senyum ini, pernah dirosting (di-bully) oleh komedian Kiki Saputri bersama menteri lainnya. Dan ia tidak marah, malah ngakak tertawa.
“Keluarga Ibu Retno ini ternyata pejabat. Istri Menteri Luar Negeri, suami Ketua RW di komplek tempat tinggal beliau,” kata Kiki. Disambut tawa yang hadir.
Ketika itu, di salah satu program televisi swasta, Kiki diberi kesempatan oleh host Rossy Silalahi untuk merosting Ibu Menlu — yang lagi duduk bersama bintang tamu lain : Ibu Susi Pudjiastuti, Rudiyantara, Hanif Dhakiri.
Ketiga nama yang disebut terakhir ini: ibu Menteri Kelautan dan Perikanan, bapak Menteri Kominfo dan juga Menteri Tenaga Kerja (saat masih menjabat), tidak luput dirosting oleh Kiki Saputri.
Inilah kisahnya. Selama sekitar 3 – 4 jam, kami diterima di salah satu ruangan di areal gedung Kementerian Luar Negeri di Pejambon, Jakarta Pusat suatu sore di awal September 2019 silam.
Foto Boomerang Ala Ibu Menlu
Foto Boomerang itu jika ada dua-tiga orang atau lebih, disertai sedikit bergerak. Tapi tidak demikian dengan Ibu Menlu Retno Marsudi. Simak tulisan saya berikut ini.
Bersama sejumlah blogger yang ditemuinya sore itu, “tuan rumah” mengajak kita berkumpul untuk “Selfi” dan berkali-kali ganti gaya. Wah seru deh…
Tidak tanggung-tanggung loh, yang ngajak bareng boomerang ini, seperti disampaikan di awal tulisan di atas, tidak lain adalah Ibu Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi (dalam gambar, paling tengah baju hitam).
“Wah ibu Menteri kita ini lebih gaul dari pada kita ini yang blogger atau netizen,” komentar salah seorang teman. Semua baru sadar, lalu tertawa bersama hehe..
“Iya dong, biar fotonya beda. Nah, sekarang kita Boomerang ya, kita bergerak ke depan ya, mulai….”, seru ibu Retno.
Kami pun seperti dikomando, ikut melangkah ke depan ke arah juru foto khusus Kemenlu. Luar biasa ya..
Itulah puncak acara pertemuan silaturrahim antara blogger, netizen, dengan Ibu Menteri Retno Marsudi di Gedung Pancasila, kawasan Kantor Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta Pusat, Selasa sore 10 September 2019.
Sebelumnya, pada pagi hari, Ibu Menlu membuka acara Digital Diplomacy diikuti delegasi dari berbagai negara, yang berlangsung dua hari di Hotel Mulia, Senayan, 10 – 11 September 2019.
Siapa Ibu Retno Marsudi?
Menlu Retno, lengkapnya Retno Lestari Priansari Marsudi, S.I.P., LL.M. adalah Menteri Luar Negeri perempuan pertama Indonesia yang menjabat dari 27 Oktober 2014 hingga 22 Oktober 2019 dalam Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Kemudian dipercaya kembali menjabat sebagai Menlu untuk periode kedua Jokowi.
Lahir: 27 November 1962 (usia 58 tahun), Semarang. Kebangsaan: Indonesia. Pasangan: Agus Marsudi. Pendidikan: Universitas Gadjah Mada, Universitas Oslo, lainnya. Anak: Dyota Marsudi, Bagas Marsudi. Orang Tua: Moch Sidik, Retno Werdiningsih.
Ibu Retno Marsudi, mengakui besarnya manfaat media sosial (medsos) seperti Facebook, Google, Instagram, dan Twitter untuk menyebarkan pesan.
Menurutnya, teknologi internet sebagai media baru yang sangat luar biasa manfaatnya.
“Teknologi internet dan alat media baru harus dimanfaatkan dalam melawan ancaman kekerasan berbasis ekstremisme di internet,” kata Retno.
Karena itu katanya, kita perlu melobi raksasa teknologi seperti Facebook, Google, Instagram, dan Twitter untuk menyebarkan pesan damai, melawan ekstremisme kekerasan dan ideologi teroris melalui platform mereka.
Mantan duta besar RI untuk Belanda itu juga menekankan bahwa komunitas internasional harus aktif mengeksplorasi pemanfaatan internet dan teknologi digital terkait hal tersebut.
“Di sinilah diplomasi diperlukan, untuk memastikan bahwa media sosial dan platform online dapat berkontribusi pada perang melawan ekstremisme dan kekerasan terorisme,” kata Menlu RI.
Namun, Menlu RI Retno Marsudi menekankan bahwa diplomat, sebagai ujung tombak diplomasi, tidak bisa bekerja sendiri.
Pemerintah, pejabat bahkan diplomat perlu melobi dan berkolaborasi dengan berbagai perusahaan raksasa teknologi digital dan internet dewasa ini untuk melawan kekerasan berbasis kebencian, ekstremisme hingga terorisme.
Retno mengatakan, kolaborasi itu pada hakikatnya cukup sederhana, mendorong perusahaan teknologi digital raksasa memenuhi tanggung jawab moralnya “dalam menyediakan platform untuk para pemimpin dunia, pemimpin agama, dan pemimpin masyarakat untuk menyebarkan pesan toleransi dan perdamaian online.”
Tanya Jawab dan Habib Rizieq
Di ujung pertemuan pada sesi tanya jawab sore itu, kami para blogger diberi kesempatan mengajukan pertanyaan. Saya di antaranya mempertanyakan kondisi dan nasib TKI kita di luar negeri.
Ibu Menlu pun menjawab secara lugas, dan meminta kepada stafnya data yang saya butuhkan, tentang jumlah TKI di luar negeri, terutama yang terancam hukuman mati. Data tulisan tangan dari staf itu, kemudian diberikan ibu Menlu kepada saya.
“Terus ibu Menlu, boleh tahu bagaimana kabar dan situasi terakhir dari Habib Riziek Shihab? Kapan pulang ke Indonesia dan apa kendalanya?,” kata saya. Waktu itu, Imam Besardan berpengaruh ini sedang “umroh” ke Arab dan (kabarnya) kesulitan kembali ke tanah air.
Ibu Menlu tersenyum, dan secara diplomasi mengatakan, “Memang ada apa dengan beliau di Arab? Gak perlu barangkali saya komentari ya, kita lihat perkembangan selanjutnya saja,” katanya.
Di luar gedung pertemuan di komplek Menlu sore itu, sinar senja sudah mulai mengintip. Acara pertemuan yang cukup familiar itu pun berakhir.
Kami pun bersalaman dan tak lupa, ya itu tadi, foto bersama sambil maju-mundur menggunakan fasilitas Boomerang. “Ayo bareng-bareng…,” ajak ibu Menlu.
Itulah catatan nostalgia saya, dengan ibu Menteri Luar Negeri pertama di Indonesia dari kalangan perempuan.
Salam Literasi
#NurTerbit #KMAA 13 #CatatanNostalgia