Ada Mbah duku
Sedang ngobatin pasiennya
Konon katanya
Sakit karena diguna-guna
(deudeuh teuing)
Sambil komat kamit mbah dukun baca mantra
Dengan segelas air putih lalu pasien disembur
Lirik lagu Mbah dukun dipopulerkan oleh Alam, bahkan menjadi salah satu lagu yang mendapatkan penghargaan di beberapa ajang. Endang Kurnia sang pencipta, menciptakan lagu untuk Alam dari curhatan sang penyanyi tentang Lela, kekasihnya. Dari cerita itu Endang Kurnia membuatkan lagu untuk Alam.
“Cinta di tolak dukun bertindak.” Celotehan masyarakat Indonesia yang umum di ungkapkan ketika seseorang gagal dalam mendapatkan hati seorang gadis.
Mbah dukun identik dengan mantra. Sebuah kalimat yang hanya dimengerti oleh dukun. Sebagai cara untuk menangani masalah pasiennya. Mantra yang diucapkan berbeda sesuai kebutuhan pasien. Ada pasien yang mengingkan kebaikan diri sendiri atau untuk melukai orang lain.
Mantra berasal dari bahasa sansekerta yaitu “mantra” atau “manir” yang merujuk pada kata-kata yang berada di dalam kitab Veda, yaitu kitab suci umat Hindu. Dalam masyarakat Melayu, mantra biasa dikenal sebagai serapah, jampi atau seru.
Menurut Wikipedia, pengertian mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu “menciptakan perubahan” (misalnya perubahan spiritual).Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Ada kalimat yang menarik ketika melihat film “the Master Yinyang”. Ungkapan kalimat itu adalah “Nama adalah mantra terpendek didunia.Pendek panjangnya nama seseorang tergantung pengharapan orang tua kepada anaknya ingin seperti apa ketika dewasa.
Contoh pemberian nama yang saya lakukan kepada anak anak saya, Azlan Hudzaifah dengan harapan anak saya menjadi singa penjaga rahasia yang baik. Atau Usamah Muhsi Satria anak kedua saya. Dengan mantra itu saya puya harapan agar anak saya menjadi prajurit Tangguh yang penuh dengan perhitungan dan menjadi seorang satria sejati.
Berbeda dengan anak saya yang ketiga saya beri nama Caira Lenita Quintasya. Dengan harapan putri saya menjadi seorang anak yang lemah lembut dan kebaikannya akan membawa keharuman bagi orang disekitarnya, serta menjadi kesayangan semua orang.
Salah satu kewajiban orang tua dalam Islam adalah memberi nama yang baik. Selain melakukan akhikah dan mentahnik anaknya.
Sedangkan pujangga Inggris tidak peduli dengan sebuah nama. Karena bagi dia apapun namanya tidak akan mengubah sifat dan karakter sesuatu.
“What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet,” kata William Shakespeare (26 April 1564-23 April 1616), pujangga terbesar Inggris, yang artinya kurang lebih, “Apalah arti sebuah nama? Andaikata kita memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.”
Shakespeare lupa bahwa untuk menjadi bunga mawar yang wangi melalui proses panjang. Pohon mawar dengan perawatan yang baik akan menghasilkan mawar yang baik. Bahkan mawar akan tumbuh sesuai dengan keinginan pemiliknya.
Orang tua hanya yang menguasahakan anaknya menjadi anak yang baik dengan tidak membiarkan tumbuh begitu saja. Dengan pemberian nama sebagai mantra adalah bagian dari usaha mengeluarkan sesuatu yang istimewa dari seorang anak.
Berilah mantra yang baik, sekecil apapun mantra itu yakinlah akan menjadi kebaikan untuk dunia. Karena dengan memberi mantra adalah awal dari perjalanan baik seorang manusia.
By. Nurhadi