Sumber gambar : tempo.co
Selamat pagi sobat,
Kali ini saya mengulas tentang sosok Pemimpin yang tengah berkuasa dengan perilaku yang jujur dari pandangan agama islam.
Sejatinya jujur adalah sifat luhur dan terpuji. Sifat ini sangatlah penting ada pada diri setiap orang, apakah ia hanyalah rakyat biasa, atau ia sebagai pemimpin yang tengah berkuasa.
Kejujuran seseorang, selain akan mendatangkan ketentraman bagi dirinya, juga akan memberikan keadilan, ketenangan dan kenyamanan bagi orang lain.
Begitu juga bila seseorang tersebut adalah Pemimpin yang tengah berkuasa maka kejujuran seorang Pemimpin tersebut juga akan memberikan keadilan, ketenangan dan kenyamanan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Rasulullah SAW bersabda : “Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan”. (HR. Tirmidzi).
Seorang Pemimpin akan diuji kejujurannya ketika tengah berkuasa.
Bagi seorang Pemimpin, bertindak jujur memang tidaklah mudah. Apalagi ketika ketamakan duniawi, yang meliputi gengsi, kekuasaan atau posisi, dan balas budi berupa upeti, sudah merasuki diri dari seorang Pemimpin tersebut
Pemimpin seperti ini akan
menghalalkan segala cara, termasuk berdusta, demi tercapainya hasrat dan
keinginan nafsunya. Demi untuk mendapatkan dunia, orang rela memutar-balikkan fakta. Menukar kebenaran dengan kebohongan, begitu juga sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, di masa itu para pendusta dibenarkan omongannya sedangkan orang-orang jujur didustakan, di masa itu para pengkhianat dipercaya
sedangkan orang yang terpercaya justru tidak dipercaya, dan pada masa itu muncul Ruwaibidlah, ditanyakan kepada Rasulullah SAW. Apa itu Ruwaibidlah ? Rasul menjawab : Seorang yang bodoh (yang dipercaya berbicara) tentang masalah
rakyat/publik”. (HR. Ibnu Majah).
Kejujuran seorang Pemimpin atau Penguasa akan menjadi lebih urgen dari orang atau
rakyat biasa karena kejujurannya secara positif akan berpengaruh besar terhadap rakyat yang dipimpinnya, seperti dapat terealisasinya pemerataan pembangunan dan
kesejahteraan ekonomi bagi rakyatnya.
Dan sebaliknya, kebohongan seorang Pemimpin atau Penguasa akan berdampak besar bagi rakyat yang dipimpinnya, tentu dalam bentuknya yang negatif, seperti bertindak zhalim dan anti kritik, kehidupan rakyat yang semakin sulit, melonjaknya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan yang semakin tinggi.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Senantiasalah kamu berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan
sesungguhnya kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai seorang yang selalu jujur”. “Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang
senantiasa berdusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis di sisi Allah sebagai
seorang pendusta”. (HR. Bukhari Muslim).
Karena pentingnya nilai sebuah kejujuran ini, maka Imam Ibnul Qayyim berkata,
“Iman asasnya adalah kejujuran dan nifaq asasnya adalah kedustaan”.
Hal ini sesuaisabda Rasulullah SAW, di mana para sahabat pernah bertanya: “Ya Rasulullah, “Apakah ada orang beriman yang pendusta ?” Beliau menjawab, “Tidak”. (HR. Malik).
Dan sabda Rasulullah SAW yang lain yang menyatakan bahwa dusta merupakan tanda dari kemunafikan.
Rasulullah SAW bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga
perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia memungkiri
dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari Muslim).
Oleh karena itu, betapa berat menjadi seorang Pemimpin yang selalu harus bertindak jujur baik dalam perkataan maupun dengan perbuatannya.
Sesungguhnya Pemimpin yang bertindak jujur dalam ucapan dan perbuatanya adalah sosok Pemimpin yang akan membawa rakyat kepada kebaikan, keadilan, kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan.
Sobat, saatnya saya undur diri ..
Selamat beraktivitas ..
Salam sehat ..
NH
Depok, 15 September 2021